Anggota Komite 2 Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mengajak para pengusaha di Bali agar lebih menguasai bidang pemasaran produk dan tak hanya jago berproduksi.
"Pengusaha Bali seringkali tidak mempelajari pasar. Kita jago berproduksi, tetapi tidak jago menjual," kata Pastika saat bertemu dengan pelaku usaha Pak Oles dan sejumlah pelaku UMKM di Bokashi Farm, di Denpasar, Kamis.
Pertemuan yang dikemas dalam suasana santai serangkaian kegiatan reses itu bertajuk Usadha Berbasis Kearifan Lokal. Pastika hadir didampingi tiga staf ahli DPD yakni Ketut Ngastawa, Nyoman Wiratmaja dan Nyoman Baskara.
Menurut mantan Gubernur Bali dua periode ini, para pengusaha Bali kerap tidak memperhatikan apakah produk yang dibuat tersebut pasarnya masih terbuka ataukah sudah jenuh.
"Kebanyakan langsung memproduksi saja, yang penting barangnya bagus dan tidak memperhatikan pesaing," ucap Pastika.
Hal lain yang hendaknya diperhatikan, pelaku usaha harus memperhatikan ukuran barang yang akan diproduksi. Saat ini lukisan Bali dan patung berukuran besar, bisa jadi kurang dilirik konsumen, meskipun karyanya bagus.
"Tren sekarang produk yang kecil-kecil karena kebanyakan rumah orang berukuran kecil, minimalis," kata mantan Kapolda Bali itu.
Di era teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini, menurut Pastika, pemasaran secara digital pun tidak boleh dikesampingkan. "Menjadi orang yang idealis itu boleh, tetapi tetap harus realistis dengan perhitungan yang mantap," kata Pastika.
Dari sisi peluang, Pastika berpandangan pada sektor pertanian sebenarnya Bali masih terbuka. Namun selama ini masih didatangkan dari luar Bali. "Contohnya saja lele, Bali butuh 10-11 ton lele, namun hanya mampu menyediakan 5 ton," ucapnya menambahkan
Oleh karena itu, menurut Pastika, kuncinya dengan meningkatkan pendidikan dalam arti luas. Hal itu pula yang melandasi dirinya saat menjadi Gubernur Bali dengan membuat program-program untuk mewujudkan visi Bali Mandara (maju, aman, damai dan sejahtera).
Sementara itu, Direktur Utama Karya Pak Oles Tokcer Gede Ngurah Wididana dalam kesempatan itu juga berbagi sejumlah kiat sehingga bisa tetap bertahan selama 25 tahun menjalankan bisnis minyak Bokashi dan sejumlah produk lainnya. Minyak bokashi diolah dengan menggunakan teknologi fermentasi dari berbagai tanaman organik di Provinsi Bali.
Wididana yang biasa disapa Pak Oles itu mengatakan produk minyak Bokashi telah menembus pasar ekspor seperti ke Jepang, Cekoslovakia, Jerman dan Australia dalam lima tahun terakhir ini.
"Pandemi COVID-19 telah berimbas peningkatan permintaan minyak bokashi dari konsumen di Pulau Jawa dan Sumatera," katanya.
Untuk pemasaran produk (minyak, madu, balsam dan sebagainya), tak hanya melalui berbagai kanal digital, sekaligus produk yang ditawarkan dilengkapi dengan testimoni dan story telling (cerita).
Walaupun kondisi pandemi COVID-19, bisnisnya yang berbahan rempah-rempah tetap berjalan dengan mempekerjakan 700 lebih karyawan yang tersebar hingga ke luar Bali.
"Kolaborasi baik bisnis, sosial maupun politik sangat penting. Kami pun mengembangkan wahana edukasi pertanian mulai dari anak TK," kata Pak Oles yang sempat belajar pertanian ke Jepang.
Dalam kesempatan itu, ia pun memuji Mangku Pastika yang peduli dengan UMKM serta pemberdayaan sektor pertanian dan itu sudah tertuang dalam sejumlah program pembangunan ketika memimpin Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Pengusaha Bali seringkali tidak mempelajari pasar. Kita jago berproduksi, tetapi tidak jago menjual," kata Pastika saat bertemu dengan pelaku usaha Pak Oles dan sejumlah pelaku UMKM di Bokashi Farm, di Denpasar, Kamis.
Pertemuan yang dikemas dalam suasana santai serangkaian kegiatan reses itu bertajuk Usadha Berbasis Kearifan Lokal. Pastika hadir didampingi tiga staf ahli DPD yakni Ketut Ngastawa, Nyoman Wiratmaja dan Nyoman Baskara.
Menurut mantan Gubernur Bali dua periode ini, para pengusaha Bali kerap tidak memperhatikan apakah produk yang dibuat tersebut pasarnya masih terbuka ataukah sudah jenuh.
"Kebanyakan langsung memproduksi saja, yang penting barangnya bagus dan tidak memperhatikan pesaing," ucap Pastika.
Hal lain yang hendaknya diperhatikan, pelaku usaha harus memperhatikan ukuran barang yang akan diproduksi. Saat ini lukisan Bali dan patung berukuran besar, bisa jadi kurang dilirik konsumen, meskipun karyanya bagus.
"Tren sekarang produk yang kecil-kecil karena kebanyakan rumah orang berukuran kecil, minimalis," kata mantan Kapolda Bali itu.
Di era teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini, menurut Pastika, pemasaran secara digital pun tidak boleh dikesampingkan. "Menjadi orang yang idealis itu boleh, tetapi tetap harus realistis dengan perhitungan yang mantap," kata Pastika.
Dari sisi peluang, Pastika berpandangan pada sektor pertanian sebenarnya Bali masih terbuka. Namun selama ini masih didatangkan dari luar Bali. "Contohnya saja lele, Bali butuh 10-11 ton lele, namun hanya mampu menyediakan 5 ton," ucapnya menambahkan
Oleh karena itu, menurut Pastika, kuncinya dengan meningkatkan pendidikan dalam arti luas. Hal itu pula yang melandasi dirinya saat menjadi Gubernur Bali dengan membuat program-program untuk mewujudkan visi Bali Mandara (maju, aman, damai dan sejahtera).
Sementara itu, Direktur Utama Karya Pak Oles Tokcer Gede Ngurah Wididana dalam kesempatan itu juga berbagi sejumlah kiat sehingga bisa tetap bertahan selama 25 tahun menjalankan bisnis minyak Bokashi dan sejumlah produk lainnya. Minyak bokashi diolah dengan menggunakan teknologi fermentasi dari berbagai tanaman organik di Provinsi Bali.
Wididana yang biasa disapa Pak Oles itu mengatakan produk minyak Bokashi telah menembus pasar ekspor seperti ke Jepang, Cekoslovakia, Jerman dan Australia dalam lima tahun terakhir ini.
"Pandemi COVID-19 telah berimbas peningkatan permintaan minyak bokashi dari konsumen di Pulau Jawa dan Sumatera," katanya.
Untuk pemasaran produk (minyak, madu, balsam dan sebagainya), tak hanya melalui berbagai kanal digital, sekaligus produk yang ditawarkan dilengkapi dengan testimoni dan story telling (cerita).
Walaupun kondisi pandemi COVID-19, bisnisnya yang berbahan rempah-rempah tetap berjalan dengan mempekerjakan 700 lebih karyawan yang tersebar hingga ke luar Bali.
"Kolaborasi baik bisnis, sosial maupun politik sangat penting. Kami pun mengembangkan wahana edukasi pertanian mulai dari anak TK," kata Pak Oles yang sempat belajar pertanian ke Jepang.
Dalam kesempatan itu, ia pun memuji Mangku Pastika yang peduli dengan UMKM serta pemberdayaan sektor pertanian dan itu sudah tertuang dalam sejumlah program pembangunan ketika memimpin Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022