Denpasar (Antara Bali) - Kepala Pusat Penelitian Kebudayaan dan Pariwisata Universitas Udayana Agung Suryawan Wiranatha mendorong Pemprov Bali menggarap serius pasar wisata untuk kalangan lanjut usia karena sangat potensial dikembangkan di Pulau Dewata.
Agung Suryawan, di Denpasar, Jumat, mengatakan banyak warga lanjut usia di negara-negara maju yang seringkali mencari tempat wisata untuk menikmati masa masa tua mereka.
"Banyak pensiunan di luar negeri yang kaya-kaya. Kalau punya uang, tentu mereka ingin hidup nyaman. Biasanya mereka menghabiskan waktu dengan berkunjung ke berbagai tempat wisata. Ini potensial bagi Bali," ucapnya.
Menurut dia, dengan pengembangan wisata lansia tidak akan berdampak buruk bagi kepariwisataan Bali dan tidak akan merusak pasar wisata yang telah ada. "Wisata lansia justru akan membuka peluang kerja baru seperti untuk kebutuhan sopir antar jemput, perawat hingga pembantu rumah tangga," ucapnya.
Aturan keimigrasian, lanjut dia, kini memungkinkan para wisatawan itu tinggal di Bali dalam waktu hingga enam bulan. Mereka dapat tinggal dalam sebuah rumah sejenis vila dengan seorang sopir dan pembantu rumah tangga yang sekaligus perawat.
Selama ini, kata dia, potensi wisata lansia sebenarnya sudah tergarap, namun masih secara parsial dan belum serius. Hal itu terbukti dengan adanya kampung Jepang (permukiman warga lansia Jepang) di wilayah Tabanan. "Beberapa wisatawan pensiunan juga sudah datang ke Bali. Namun mereka belum digarap secara serius," katanya.
Agung Suryawan menambahkan, beberapa negara saat ini telah menggarap wisatawan lansia secara serius dan memasukkannya sebagai salah satu pasar utama mereka. Ia mencontohkan Thailand yang sudah sejak lima tahun lalu mulau menggarap hal itu.
Ia memperkirakan, pembelajaan wisatawan lansia bisa berkisar 75 -100 dolar AS per hari. "Pembelanjaan (spending money) mungkin lebih rendah dari wisatawan pada umumnya. Tetapi, kalau dihitung lama tinggalnya yang lumayan panjang, tentu manfaatnya bagi Bali akan jauh lebih besar," ujarnya. (LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Agung Suryawan, di Denpasar, Jumat, mengatakan banyak warga lanjut usia di negara-negara maju yang seringkali mencari tempat wisata untuk menikmati masa masa tua mereka.
"Banyak pensiunan di luar negeri yang kaya-kaya. Kalau punya uang, tentu mereka ingin hidup nyaman. Biasanya mereka menghabiskan waktu dengan berkunjung ke berbagai tempat wisata. Ini potensial bagi Bali," ucapnya.
Menurut dia, dengan pengembangan wisata lansia tidak akan berdampak buruk bagi kepariwisataan Bali dan tidak akan merusak pasar wisata yang telah ada. "Wisata lansia justru akan membuka peluang kerja baru seperti untuk kebutuhan sopir antar jemput, perawat hingga pembantu rumah tangga," ucapnya.
Aturan keimigrasian, lanjut dia, kini memungkinkan para wisatawan itu tinggal di Bali dalam waktu hingga enam bulan. Mereka dapat tinggal dalam sebuah rumah sejenis vila dengan seorang sopir dan pembantu rumah tangga yang sekaligus perawat.
Selama ini, kata dia, potensi wisata lansia sebenarnya sudah tergarap, namun masih secara parsial dan belum serius. Hal itu terbukti dengan adanya kampung Jepang (permukiman warga lansia Jepang) di wilayah Tabanan. "Beberapa wisatawan pensiunan juga sudah datang ke Bali. Namun mereka belum digarap secara serius," katanya.
Agung Suryawan menambahkan, beberapa negara saat ini telah menggarap wisatawan lansia secara serius dan memasukkannya sebagai salah satu pasar utama mereka. Ia mencontohkan Thailand yang sudah sejak lima tahun lalu mulau menggarap hal itu.
Ia memperkirakan, pembelajaan wisatawan lansia bisa berkisar 75 -100 dolar AS per hari. "Pembelanjaan (spending money) mungkin lebih rendah dari wisatawan pada umumnya. Tetapi, kalau dihitung lama tinggalnya yang lumayan panjang, tentu manfaatnya bagi Bali akan jauh lebih besar," ujarnya. (LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012