Yogyakarta (Antara Bali) - Anak perlu memperoleh pendidikan seks sejak dini untuk mencegah berkembangnya pikiran negatif, terutama ketika mereka sudah mulai mengenal informasi dari media seperti televisi, internet, dan buku, kata pakar kesehatan jiwa Eka Viora.
"Pendidikan seks untuk anak usia dini sudah seharusnya dilakukan, karena akan mempengaruhi kehidupan anak ketika remaja. Selama ini pendidikan seks untuk anak dianggap tabu di kalangan masyarakat," kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, mereka berpendapat bahwa pendidikan seks belum pantas diterima oleh anak, padahal pendidikan seks sangat berpengaruh untuk kehidupan anak ketika remaja. Mereka nanti bisa berhati-hati dengan perlakuan berbahaya yang bisa diterimanya, seperti pelecehan seksual.
"Orang tua merupakan aktor utama dalam pendidikan seks untuk anak usia dini. Orang tua sebagai wahana belajar utama bagi anak, karena orang tua yang paling tepat untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini," katanya.
Ia mengatakan anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tinggal bagaimana cara orang tua menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mereka. Salah satu hal penting adalah menjawab pertanyaan anak dengan jujur dan dengan bahasa yang lebih halus sehingga anak bisa memahami dengan baik.
"Namun juga tidak berarti harus dijelaskan secara detil, karena hal itu justru akan membuat anak merasa bingung," kata Eka.
Menurut dia pertanyaan yang sering dilontarkan anak pada orang tuanya, di antaranya "mama, kita lahir dari mana?", "ayah, mimpi basah itu apa?". Jika anak bertanya tentang nama-nama organ tubuh, orang tua biasanya hanya akan menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan.(*/M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Pendidikan seks untuk anak usia dini sudah seharusnya dilakukan, karena akan mempengaruhi kehidupan anak ketika remaja. Selama ini pendidikan seks untuk anak dianggap tabu di kalangan masyarakat," kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, mereka berpendapat bahwa pendidikan seks belum pantas diterima oleh anak, padahal pendidikan seks sangat berpengaruh untuk kehidupan anak ketika remaja. Mereka nanti bisa berhati-hati dengan perlakuan berbahaya yang bisa diterimanya, seperti pelecehan seksual.
"Orang tua merupakan aktor utama dalam pendidikan seks untuk anak usia dini. Orang tua sebagai wahana belajar utama bagi anak, karena orang tua yang paling tepat untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini," katanya.
Ia mengatakan anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tinggal bagaimana cara orang tua menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mereka. Salah satu hal penting adalah menjawab pertanyaan anak dengan jujur dan dengan bahasa yang lebih halus sehingga anak bisa memahami dengan baik.
"Namun juga tidak berarti harus dijelaskan secara detil, karena hal itu justru akan membuat anak merasa bingung," kata Eka.
Menurut dia pertanyaan yang sering dilontarkan anak pada orang tuanya, di antaranya "mama, kita lahir dari mana?", "ayah, mimpi basah itu apa?". Jika anak bertanya tentang nama-nama organ tubuh, orang tua biasanya hanya akan menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan.(*/M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012