Nusa Dua (Antara Bali) - Pemindahan arena permainan "parasailing" di objek wisata Tanjung Benoa, kawasan Nusa Dua, membingungkan para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
"Dulu begitu tiba di lokasi 'parasailing', kami bisa langsung terbang dan mendarat setelah membeli tiket," Chusnun Hadi, wisatawan asal Gorontalo, saat ditemui di Tanjung Benoa, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Selasa.
Saat ini untuk bisa terbang dengan menggunakan parasut yang ditarik oleh "speed boat", wisatawan harus menempuh perjalanan darat sejauh dua kilometer ditambah perjalanan laut selama 10 menit.
Lokasi peluncuran dan pendaratan "parasailing" berjarak sekitar tiga mil dari garis pantai Tanjung Benoa. Selain menggunakan "speed boat" untuk menuju lokasi, wisatawan diharuskan berjalan di atas air setinggi paha orang dewasa.
Hal itulah yang membingungkan wisatawan. "Jauh-jauh menuju lokasi, ternyata permainannya tak lebih dari tiga menit, sedangkan waktu tempuh dari lokasi pembelian tiket ke sini bisa mencapai 45 menit," kata Chusnun yang pernah mengunjungi objek wisata air Tanjung Benoa itu pada bulan Juni 2011.
Sementara itu, Ketut Wirantara selaku tenaga penjualan PT Ciwa Watersport Benoa, menjelaskan bahwa pemindahan arena "parasailing" itu untuk memberikan tantangan tersendiri kepada wisatawan.
"Tempatnya agak ke ke tengah dekat tanggul pemecah ombak agar wisatawan benar-benar menikmati permainan itu," katanya.
Untuk olahraga air lainnya, seperti "jetski", "banana boat", dan "glass bottom" tetap berpangkalan di sepanjang garis pantai Tanjung Benoa.
Pada hari-hari biasa tarif "parasailing" sebesar Rp60 ribu untuk sekali putaran dan "jetski" Rp125 ribu untuk setiap 15 menit, sedangkan pada musim liburan tarif "parasailing" Rp80 ribu dan "jetski" Rp175 ribu.
Kedua arena permainan itu lebih banyak diminati wisatawan mancanegara dan domestik dibandingkan olahraga air lainnya yang dikelola Ciwa Watersport.(M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Dulu begitu tiba di lokasi 'parasailing', kami bisa langsung terbang dan mendarat setelah membeli tiket," Chusnun Hadi, wisatawan asal Gorontalo, saat ditemui di Tanjung Benoa, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Selasa.
Saat ini untuk bisa terbang dengan menggunakan parasut yang ditarik oleh "speed boat", wisatawan harus menempuh perjalanan darat sejauh dua kilometer ditambah perjalanan laut selama 10 menit.
Lokasi peluncuran dan pendaratan "parasailing" berjarak sekitar tiga mil dari garis pantai Tanjung Benoa. Selain menggunakan "speed boat" untuk menuju lokasi, wisatawan diharuskan berjalan di atas air setinggi paha orang dewasa.
Hal itulah yang membingungkan wisatawan. "Jauh-jauh menuju lokasi, ternyata permainannya tak lebih dari tiga menit, sedangkan waktu tempuh dari lokasi pembelian tiket ke sini bisa mencapai 45 menit," kata Chusnun yang pernah mengunjungi objek wisata air Tanjung Benoa itu pada bulan Juni 2011.
Sementara itu, Ketut Wirantara selaku tenaga penjualan PT Ciwa Watersport Benoa, menjelaskan bahwa pemindahan arena "parasailing" itu untuk memberikan tantangan tersendiri kepada wisatawan.
"Tempatnya agak ke ke tengah dekat tanggul pemecah ombak agar wisatawan benar-benar menikmati permainan itu," katanya.
Untuk olahraga air lainnya, seperti "jetski", "banana boat", dan "glass bottom" tetap berpangkalan di sepanjang garis pantai Tanjung Benoa.
Pada hari-hari biasa tarif "parasailing" sebesar Rp60 ribu untuk sekali putaran dan "jetski" Rp125 ribu untuk setiap 15 menit, sedangkan pada musim liburan tarif "parasailing" Rp80 ribu dan "jetski" Rp175 ribu.
Kedua arena permainan itu lebih banyak diminati wisatawan mancanegara dan domestik dibandingkan olahraga air lainnya yang dikelola Ciwa Watersport.(M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012