Para perajin bambu dari Desa Bona, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali yang sebelumnya mayoritas memproduksi kursi bambu, kini beralih memproduksi gazebo agar tetap bisa bertahan di tengah situasi pandemi COVID-19.

"Prinsipnya sekarang saya memproduksi sesuai dengan pesanan. Oleh karena yang laris gazebo, jadinya saya dan juga para perajin di sini beralih membuat gazebo," kata Wayan Suja, salah satu perajin bambu dari Desa Bona, Gianyar, Sabtu.

Desa Bona merupakan salah satu desa di Kabupaten Gianyar yang terkenal sebagai sentra kerajinan bambu dan mayoritas para perajin memproduksi mebel berbahan bambu seperti kursi, meja, hiasan tempat lampu dan sebagainya.

"Sebelumnya harga satu kursi bambu itu minimal Rp2 juta, tetapi sekarang yang memesan kursi saja tidak ada," ujar Suja disela-sela acara penyerapan aspirasi anggota DPD Made Mangku Pastika itu.



Saat itu, pesanan tidak saja datang dari masyarakat di berbagai kabupaten/kota di Bali, juga tidak sedikit wisatawan mancanegara yang langsung memesan untuk dikirim ke negaranya.

"Rata-rata pendapatan bersih per bulan sebelum pandemi bisa Rp6 juta," ucap perajin asal Banjar (dusun) Kebon Kelod, Desa Bona, Kabupaten Gianyar itu.

Tetapi, kata Suja, setelah pandemi ini, ia lebih sering menerima pesanan pembuatan gazebo untuk di vila ataupun juga rumah tinggal yang mayoritas berada di Kabupaten Badung, Bangli, dan Kota Denpasar.

Pemesannya pun tak hanya masyarakat lokal, namun juga ada sejumlah wisatawan mancanegara yang masih tinggal di Pulau Dewata.



Untuk gazebo ukuran terkecil (1 meter x 1 meter) berbahan bambu dengan atap ilalang dijual seharga Rp3 juta, sedangkan untuk ukuran yang lebih besar (1,5 meter x 1,5 meter) dengan harga Rp5 juta.

Selain memproduksi gazebo, Suja yang telah menjadi perajin bambu sejak umur sembilan tahun ini, kini juga memproduksi gantungan baju dan tempat hiasan lampu taman berbahan bambu dan meja makan.

"Karena saya tidak mempunyai sawah, membuat kerajinan bambu ini menjadi sumber penghidupan kami, sehingga mau tidak mau harus tetap menekuni ini. Tentunya dengan mengikuti permintaan konsumen," ucap pria berusia 59 tahun itu.

Sementara itu, anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mengajak para pengusaha dan perajin di Provinsi Bali untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi pandemi COVID-19.



Menurut mantan Gubernur Bali dua periode tersebut, dengan lebih kreatif, merupakan strategi agar tetap bisa bertahan di tengah kondisi ekonomi yang sulit.

"Kita tidak bisa masih duduk termenung dan bermimpi Bali akan cepat pulih. Tetapi, kita tetap harus terus berusaha untuk bangkit," ucap anggota Komite 2 DPD itu.

Selain mengikuti tren pasar, yang patut diperhatikan perajin agar memiliki keunikan yang membedakan dengan produk dari daerah lain, di samping aktif melakukan kegiatan promosi sehingga dikenal konsumen lebih luas.
Wayan Suja (tengah), perajin bambu dari Desa Bona, Kabupaten Gianyar, Bali bersama dua staf ahli anggota DPD Made Mangku Pastika yakni Nyoman Baskara dan Ketut Ngastawa menunjukkan kerajinan tempat lampu dan gantungan baju yang diproduksi. ANTARA/Ni Luh Rhismawati.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022