Perajin "uang kepeng" Desa Kamasan, Klungkung Bali tidak surut memproduksi kerajinan untuk hiasan dan keperluan untuk sarana upacara ritual keagamaan di Pulau Dewata di tengah pandemi COVID-19.
"Saya terus memproduksi kerajinan yang berbahan baku dari 'uang kepeng' untuk keperluan hiasan, suvenir dan perlengkapan upacara keagamaan, walau saat ini pandemi," kata perajin uang "Kepeng Maha Ayu Yadnya", I Komang Mahayana di Klungkung, Bali, Senin.
Ia mengatakan sejak pandemi COVID-19 pendapatannya menurun, karena warga yang memesan hiasan, patung yang dibalut uang kepeng nyaris tak ada. Biasanya sebelum pandemi omset per bulan lebih dari Rp20 juta.
"Namun sejak pandemi melanda dunia, berimbas juga ke UMKM di daerah (Klungkung). Pendapatan saya sangat jauh menurun," ujar Mahayana.
Ia mengatakan dalam permodalan pihaknya meminjam kredit usaha rakyat (KUR) dari BRI. Dana itu digunakan untuk membeli bahan baku, termasuk juga peralatan usahanya.
"Modal yang kami pinjam di BRI untuk digunakan untuk membeli bahan baku dan perlengkapan peralatan kerja. Astungkara (puji syukur) kreditnya tetap lancar walau ekonomi lesu. Sebab pengembaliannya ringan," ucap Mahayana didampingi istrinya Kadek Ayu Srianti.
Pemasaran produksinya, kata dia, di wilayah Kabupaten Klungkung dan Bali. Sistemnya melalui "offline" dan melalui jejaring media sosial. Sehingga konsumen sebelum membeli bisa dilihat lewat media sosial.
"Pemasaran lewat online di zaman digital, saya rasa cukup efektif dan praktis. Semua contoh produk kami tampilkan di akun, Sehingga pembeli bisa juga melihat terlebih dahulu dan menghubungi secara daring jika mereka cocok produk dan harganya," katanya.
Ia menuturkan karyawan yang diajak sebanyak empat orang dengan sistem borongan. Karyawan yang diajak ini sebelumnya mereka bekerja di sektor pariwisata.
"Karena situasi pandemi, sehingga mereka beralih bekerja di perajin uang kepeng ini untuk bisa menghidupi kebutuhan keluarganya," ucap Mahayana.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Saya terus memproduksi kerajinan yang berbahan baku dari 'uang kepeng' untuk keperluan hiasan, suvenir dan perlengkapan upacara keagamaan, walau saat ini pandemi," kata perajin uang "Kepeng Maha Ayu Yadnya", I Komang Mahayana di Klungkung, Bali, Senin.
Ia mengatakan sejak pandemi COVID-19 pendapatannya menurun, karena warga yang memesan hiasan, patung yang dibalut uang kepeng nyaris tak ada. Biasanya sebelum pandemi omset per bulan lebih dari Rp20 juta.
"Namun sejak pandemi melanda dunia, berimbas juga ke UMKM di daerah (Klungkung). Pendapatan saya sangat jauh menurun," ujar Mahayana.
Ia mengatakan dalam permodalan pihaknya meminjam kredit usaha rakyat (KUR) dari BRI. Dana itu digunakan untuk membeli bahan baku, termasuk juga peralatan usahanya.
"Modal yang kami pinjam di BRI untuk digunakan untuk membeli bahan baku dan perlengkapan peralatan kerja. Astungkara (puji syukur) kreditnya tetap lancar walau ekonomi lesu. Sebab pengembaliannya ringan," ucap Mahayana didampingi istrinya Kadek Ayu Srianti.
Pemasaran produksinya, kata dia, di wilayah Kabupaten Klungkung dan Bali. Sistemnya melalui "offline" dan melalui jejaring media sosial. Sehingga konsumen sebelum membeli bisa dilihat lewat media sosial.
"Pemasaran lewat online di zaman digital, saya rasa cukup efektif dan praktis. Semua contoh produk kami tampilkan di akun, Sehingga pembeli bisa juga melihat terlebih dahulu dan menghubungi secara daring jika mereka cocok produk dan harganya," katanya.
Ia menuturkan karyawan yang diajak sebanyak empat orang dengan sistem borongan. Karyawan yang diajak ini sebelumnya mereka bekerja di sektor pariwisata.
"Karena situasi pandemi, sehingga mereka beralih bekerja di perajin uang kepeng ini untuk bisa menghidupi kebutuhan keluarganya," ucap Mahayana.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022