Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI Made Mangku Pastika mendorong desa-desa di Provinsi Bali dapat mencontoh pola penanganan dan pengelolaan sampah seperti yang dilakukan di Desa Punggul, Kabupaten Badung.
"Sebaiknya seluruh desa bisa meniru pengelolaan sampah Desa Punggul sehingga polemik sampah bisa diatasi," kata Pastika saat melakukan reses dengan Yayasan Punggul Hijau dan Kepala Desa Punggul di Badung, Rabu.
Menurut mantan Gubernur Bali dua periode itu, dengan penanganan sampah berbasis sumber seperti yang dilaksanakan di Desa Punggul, maka akan mengurangi sampah yang masuk di tempat pembuangan akhir (TPA).
"Tentu semua ini bisa berjalan karena dikerjakan dengan sungguh-sungguh, sabar, niat baik dan ikhlas mengabdi sehingga hasilnya luar biasa," ujar Pastika yang juga anggota Komite 2 DPD RI itu.
Baca juga: Pemkot Denpasar gencar dirikan bank sampah jaga lingkungan
Desa Punggul di Kecamatan Abiansemal, Badung, terbilang sukses menangani sampah. Dengan konsep "Sampah Desa, Tuntas di Desa", desa yang mewilayahi lima banjar (dusun) ini mampu mengolah sampah plastik dan non-plastik menjadi produk yang bermanfaat.
"Khusus sampah plastik yang ada di desa diproses menjadi berbagai produk untuk souvenir maupun barang kerajinan," ujar Ketua Yayasan Punggul Hijau I Gusti Nyoman Jelantik.
Gusti Jelantik mengatakan dengan pengolahan yang tepat, sampah plastik di desa itu bisa menjadi produk berguna dan bernilai ekonomi tinggi. "Kami cukup banyak menerima pesanan produk kerajinan dari sampah plastik ini termasuk dari kalangan kampus," katanya.
Meski banyak pesanan, pihaknya tetap membatasi produksi hanya memanfaatkan sampah plastik dari Desa Punggul saja dan tidak menerima pasokan sampah plastik dari tempat lain.
Baca juga: Wali Kota Denpasar resmikan TPS 3R Paku Sari
Kepala Desa Punggul Kadek Sukarma menambahkan, sampah organik diolah menjadi kompos (pupuk). Pupuk yang dihasilkan digunakan untuk menyuburkan tanaman di lingkungan pekarangan rumah warga.
Ia mengungkap, penanganan sampah secara intensif itu dilakukan sejak ia memimpin desa pada September 2014. Dengan konsep "Sampah Desa, Tuntas di Desa", Sukarma fokus menangani masalah sampah.
Langkah pertama yang dilakukan ia membangun TPST. Kemudian bekerja sama dengan Yayasan Punggul Hijau dibangun TPS 3R, sampah yang ada hari itu diproses tuntas hari itu juga. TPS 3R yang cukup luas dan sejuk itu, dilengkapi CCTV dan Wifi serta ada warung makan.
"Respons masyarakat juga bagus, mereka sadar akan masalah sampah sehingga sampah yang dihasilkan langsung dipilah di masing-masing rumah.
Baca juga: Danone-AQUA dan mitra ikuti bersih-bersih pantai "Bali's Biggest Clean Up 2022"
Petugas desa kemudian mengambilnya seminggu dua kali yakni Selasa untuk sampah plastik dan Jumat yang non-plastik untuk diproses. "Kami tidak mengenal istilah membeli sampah atau menukar sampah dengan barang (beras/uang)," katanya.
Sedangkan sampah di tempat umum seperti sungai dan ladang juga ditangani seperti dengan memasang jaring di sungai. Sukarma bersama jajarannya juga memanfaatkan teknologi digital sehingga hasilnya menjadi lebih terukur dan maksimal.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Sebaiknya seluruh desa bisa meniru pengelolaan sampah Desa Punggul sehingga polemik sampah bisa diatasi," kata Pastika saat melakukan reses dengan Yayasan Punggul Hijau dan Kepala Desa Punggul di Badung, Rabu.
Menurut mantan Gubernur Bali dua periode itu, dengan penanganan sampah berbasis sumber seperti yang dilaksanakan di Desa Punggul, maka akan mengurangi sampah yang masuk di tempat pembuangan akhir (TPA).
"Tentu semua ini bisa berjalan karena dikerjakan dengan sungguh-sungguh, sabar, niat baik dan ikhlas mengabdi sehingga hasilnya luar biasa," ujar Pastika yang juga anggota Komite 2 DPD RI itu.
Baca juga: Pemkot Denpasar gencar dirikan bank sampah jaga lingkungan
Desa Punggul di Kecamatan Abiansemal, Badung, terbilang sukses menangani sampah. Dengan konsep "Sampah Desa, Tuntas di Desa", desa yang mewilayahi lima banjar (dusun) ini mampu mengolah sampah plastik dan non-plastik menjadi produk yang bermanfaat.
"Khusus sampah plastik yang ada di desa diproses menjadi berbagai produk untuk souvenir maupun barang kerajinan," ujar Ketua Yayasan Punggul Hijau I Gusti Nyoman Jelantik.
Gusti Jelantik mengatakan dengan pengolahan yang tepat, sampah plastik di desa itu bisa menjadi produk berguna dan bernilai ekonomi tinggi. "Kami cukup banyak menerima pesanan produk kerajinan dari sampah plastik ini termasuk dari kalangan kampus," katanya.
Meski banyak pesanan, pihaknya tetap membatasi produksi hanya memanfaatkan sampah plastik dari Desa Punggul saja dan tidak menerima pasokan sampah plastik dari tempat lain.
Baca juga: Wali Kota Denpasar resmikan TPS 3R Paku Sari
Kepala Desa Punggul Kadek Sukarma menambahkan, sampah organik diolah menjadi kompos (pupuk). Pupuk yang dihasilkan digunakan untuk menyuburkan tanaman di lingkungan pekarangan rumah warga.
Ia mengungkap, penanganan sampah secara intensif itu dilakukan sejak ia memimpin desa pada September 2014. Dengan konsep "Sampah Desa, Tuntas di Desa", Sukarma fokus menangani masalah sampah.
Langkah pertama yang dilakukan ia membangun TPST. Kemudian bekerja sama dengan Yayasan Punggul Hijau dibangun TPS 3R, sampah yang ada hari itu diproses tuntas hari itu juga. TPS 3R yang cukup luas dan sejuk itu, dilengkapi CCTV dan Wifi serta ada warung makan.
"Respons masyarakat juga bagus, mereka sadar akan masalah sampah sehingga sampah yang dihasilkan langsung dipilah di masing-masing rumah.
Baca juga: Danone-AQUA dan mitra ikuti bersih-bersih pantai "Bali's Biggest Clean Up 2022"
Petugas desa kemudian mengambilnya seminggu dua kali yakni Selasa untuk sampah plastik dan Jumat yang non-plastik untuk diproses. "Kami tidak mengenal istilah membeli sampah atau menukar sampah dengan barang (beras/uang)," katanya.
Sedangkan sampah di tempat umum seperti sungai dan ladang juga ditangani seperti dengan memasang jaring di sungai. Sukarma bersama jajarannya juga memanfaatkan teknologi digital sehingga hasilnya menjadi lebih terukur dan maksimal.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022