Wakil Bupati Buleleng, Bali, I Nyoman Sutjidra mendukung kegiatan penataan "setra" atau pemakaman Desa Adat Buleleng untuk menghilangkan kesan angker dan bahkan menjadikannya sebagai ikon daerah.

"Saya dukung penuh penataan disini (pemakaman) agar tidak selalu kesannya 'setra' itu angker," kata Sutjidra saat ditemui setelah melakukan pembersihan bersama krama (warga) dan penanaman pohon di kawasan Setra Desa Adat Buleleng, Jumat.

Ia menjelaskan pihaknya mengamati kawasan setra saat ini sudah terlihat asri dan sudah tertata baik seiring gencaknya program yang dilaksanakan para prajuru atau petugas adat setempat.

Namun, kata dia, masih ada beberapa bagian yang masih perlu ditata secara intensif. Desa Adat Buleleng sudah merancang penataan untuk bagian-bagian yang dimaksud.

Baca juga: PHDI-MDA keluarkan aturan pembatasan upacara Panca Yadnya

"Penataan-penataan tersebut sangat diperlukan untuk menjadikan Setra Desa Adat Buleleng menjadi ikonik. Dimana sebelumnya memang menjadi ikon Buleleng," jelasnya.

Menurutnya, keadaan "setra" Desa Adat Buleleng saat ini tidak seperti pemakaman pada umumnya. Suasananya sangat asri seperti di taman. Penataan-penataan harus terus dilakukan seperti balai pesandekan (tempat beristirahat), angkringan yang akan disiapkan dan juga jalan akses menuju ke setra.

"Dukungan dan komunikasi tetap terjalin antara Desa Adat Buleleng dengan Pemkab Buleleng. Ini saya kira bagus. Pemkab Buleleng sangat mendukung penataan ini sebagai pelestarian aset dari Desa Adat Buleleng,” ujar Sutjidra.

Sementara itu, Kelian (Ketua) Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna menyebutkan dalam program kerjanya mencoba mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana (hubungan harmonis antar manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan sang pencipta) dalam Hindu.

Pihaknya mengklaim secara menyeluruh akan mendesain "setra" untuk memiliki seluruh unsur dari konsep Tri Hita Karana. “Maka dari itu, setra ini ditata untuk memberikan rasa nyaman dan kebersihan,” sebutnya.

Baca juga: Ngaben massal di Denpasar terapkan protokol kesehatan

Bukan hanya itu saja, "setra" diharapkan memiliki beberapa kegunaan. Pertama, sebagai tempat "pitra yadnya" atau "ngaben". Kedua, untuk penghijauan atau hutan kota dan ketiga akan diupayakan bagaimana masyarakat bisa memanfaatkan setra ini untuk jalan-jalan.

Bahkan, ke depan Desa Adat Buleleng akan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Buleleng untuk menjadikan "setra" sebagai objek kunjungan di tengah kota melalui program "city tour".

"Semoga bisa dipertimbangkan. Penataan akan terus dilakukan. Didahului dengan penataan jalan. Kemudian, penataan peninggalan sejarah 'setra' berupa tempat pemantauan kapal-kapal perang yang menjajah dulu yang lebih dikenal dengan rumah pohon," ungkap Sutrisna.
 

Pewarta: IMBA Purnomo

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022