Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Bali mengadakan pelatihan pemandu ekowisata guna memberi pengetahuan lebih profesional dalam menghadapi kunjungan wisatawan dalam adaptasi kebiasaan baru.
Wakil Wali Kota Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa dalam pembukaan kegiatan tersebut di Denpasar, Senin, mengatakan pandemi COVID-19 membawa dampak sangat luas. Salah satunya sektor pariwisata di Bali lumpuh total. Namun seiring dibukanya pariwisata oleh pemerintah, maka perlu dilakukan penyegaran bagi pemandu wisata.
“Pandemi COVID-19 di satu sisi memang merupakan musibah global yang tidak dapat dihindari. Namun di sisi lain, kita harus bijaksana menyikapi pandemi sebagai waktu untuk berkontemplasi dan membenahi pariwisata kita, baik dari segi sarana prasarana CHSE maupun kualitas SDM," ujarnya.
Di tengah persaingan destinasi yang semakin kompetitif dan mulai dibukanya border pariwisata Bali untuk menerima kunjungan wisatawan mancanegara, tambahnya, maka kesiapan destinasi perlu terus ditingkatkan dari berbagai aspek. Pariwisata pasca-pandemi tampaknya mengalami pergeseran yang mengarah pada pariwisata yang berbasis alam.
"Karena itu, kita perlu melakukan diversifikasi pasar dengan mengembangkan segmentasi pasar ekowisata dengan aktivitas-aktivitas yang terkait di dalamnya, serta meningkatkan kualitas layanan sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing, serta membangun pariwisata yang lebih berkualitas, bertanggung jawab dan berkelanjutan ke depan," ujarnya.
Dikatakan, dasar pengembangan pariwisata adalah kepercayaan (trust) terlebih di masa sekarang ini. Semua daerah tujuan wisata di seluruh dunia berlomba-lomba ingin membuka gerbangnya, maka kita perlu menyiapkan berbagai aspek untuk dapat memenangkan persaingan global. Pelaksanaan prokes secara baik di sebuah destinasi merupakan branding yang paling utama saat ini.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata Denpasar, MA Dezire Mulyani mengatakan pelatihan pemandu wisata buatan (ekowisata/ecopark) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan kompetensi para pemandu wisata alam ekowisata agar dapat memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang Kepemanduan Wisata alam Ekowisata.
Waktu pelatihan dilaksanakan selama tiga hari hingga 3 November 2021 dibagi atas dua hari teori praktek di ruangan dan hari ketiga praktek dan diskusi kelompok bertempat di Teba Majalangu, Desa Budaya Kesiman Kertalangu, Denpasar.
Peserta kegiatan pelatihan sebanyak 40 (empat puluh) orang berasal dari desa wisata dan masyarakat umum di Kota Denpasar dan sekitarnya. Narasumber pelatihan dari Asosiasi Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI Bali) dan narasumber lain yang berpengalaman mengelola serta memandu wisata ekowisata.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Wakil Wali Kota Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa dalam pembukaan kegiatan tersebut di Denpasar, Senin, mengatakan pandemi COVID-19 membawa dampak sangat luas. Salah satunya sektor pariwisata di Bali lumpuh total. Namun seiring dibukanya pariwisata oleh pemerintah, maka perlu dilakukan penyegaran bagi pemandu wisata.
“Pandemi COVID-19 di satu sisi memang merupakan musibah global yang tidak dapat dihindari. Namun di sisi lain, kita harus bijaksana menyikapi pandemi sebagai waktu untuk berkontemplasi dan membenahi pariwisata kita, baik dari segi sarana prasarana CHSE maupun kualitas SDM," ujarnya.
Di tengah persaingan destinasi yang semakin kompetitif dan mulai dibukanya border pariwisata Bali untuk menerima kunjungan wisatawan mancanegara, tambahnya, maka kesiapan destinasi perlu terus ditingkatkan dari berbagai aspek. Pariwisata pasca-pandemi tampaknya mengalami pergeseran yang mengarah pada pariwisata yang berbasis alam.
"Karena itu, kita perlu melakukan diversifikasi pasar dengan mengembangkan segmentasi pasar ekowisata dengan aktivitas-aktivitas yang terkait di dalamnya, serta meningkatkan kualitas layanan sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing, serta membangun pariwisata yang lebih berkualitas, bertanggung jawab dan berkelanjutan ke depan," ujarnya.
Dikatakan, dasar pengembangan pariwisata adalah kepercayaan (trust) terlebih di masa sekarang ini. Semua daerah tujuan wisata di seluruh dunia berlomba-lomba ingin membuka gerbangnya, maka kita perlu menyiapkan berbagai aspek untuk dapat memenangkan persaingan global. Pelaksanaan prokes secara baik di sebuah destinasi merupakan branding yang paling utama saat ini.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata Denpasar, MA Dezire Mulyani mengatakan pelatihan pemandu wisata buatan (ekowisata/ecopark) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan kompetensi para pemandu wisata alam ekowisata agar dapat memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang Kepemanduan Wisata alam Ekowisata.
Waktu pelatihan dilaksanakan selama tiga hari hingga 3 November 2021 dibagi atas dua hari teori praktek di ruangan dan hari ketiga praktek dan diskusi kelompok bertempat di Teba Majalangu, Desa Budaya Kesiman Kertalangu, Denpasar.
Peserta kegiatan pelatihan sebanyak 40 (empat puluh) orang berasal dari desa wisata dan masyarakat umum di Kota Denpasar dan sekitarnya. Narasumber pelatihan dari Asosiasi Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI Bali) dan narasumber lain yang berpengalaman mengelola serta memandu wisata ekowisata.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021