Denpasar (Antara Bali) - Berbagai jenis umbi-umbian seperti ketela pohon dan ketela rambat diolah menjadi makanan menarik dan enak diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada beras sebagai makanan utama.
"Sudah banyak ditemukan makanan ringan yang terbuat dari umbi-umbian. Sekarang, bagaimana umbi-umbian itu mampu menjadi makanan alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada beras," kata Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta di Denpasar, Jumat.
Ia melakukan penelitian dan pengkajian sekaligus melakukan uji coba memproduksi aneka jenis makanan ringan dan minuman dari umbi-umbian.
"Kalau dikemas bagus, hasil olahan berupa sirup, es krim, dan 'wine' pasti memikat konsumen," kata Kepala Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian Unud itu.
Ia menambahkan, teknologi pengolahan menjadi makanan bergengsi itu tidak begitu rumit dengan modal yang tidak begitu besar, namun memerlukan ketekunan dan keuletan serta mengutamakan faktor kebersihan dalam proses produksi.
"Terobosan seperti itulah yang diperlukan dalam mengangkat dan memanfaatkan potensi lokal, yang selama ini kurang dikembangkan petani, karena sulit dalam bidang pemasaran," ujar Suprapta.(ADT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Sudah banyak ditemukan makanan ringan yang terbuat dari umbi-umbian. Sekarang, bagaimana umbi-umbian itu mampu menjadi makanan alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada beras," kata Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta di Denpasar, Jumat.
Ia melakukan penelitian dan pengkajian sekaligus melakukan uji coba memproduksi aneka jenis makanan ringan dan minuman dari umbi-umbian.
"Kalau dikemas bagus, hasil olahan berupa sirup, es krim, dan 'wine' pasti memikat konsumen," kata Kepala Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian Unud itu.
Ia menambahkan, teknologi pengolahan menjadi makanan bergengsi itu tidak begitu rumit dengan modal yang tidak begitu besar, namun memerlukan ketekunan dan keuletan serta mengutamakan faktor kebersihan dalam proses produksi.
"Terobosan seperti itulah yang diperlukan dalam mengangkat dan memanfaatkan potensi lokal, yang selama ini kurang dikembangkan petani, karena sulit dalam bidang pemasaran," ujar Suprapta.(ADT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012