Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bali) - Ayah dari dua putri dan seorang putra itu sangat kreatif dalam bidang seni, khususnya seni ukir membuat berbagai jenis topeng yang digeluti puluhan tahun lamanya.
Tidak terhitung entah berapa puluh atau ratus topeng berhasil dirampungkannya.
Anak Agung Gede Dharma Agung (60), kelahiran Bangli, 12 Agustus 1952 itu dikenal sebagai seniman serba bisa, termasuk tari patung juga sanggup membuat topeng atau tapel.
Salah satu jenis keterampilan yang sangat langka dimiliki itu berawal dari ketekunan, keuletan, ketelitian dan kesabaran tanpa mengenal putus asa menjadi modal baginya dalam menghasilkan karya seni.
Berbagai jenis rancang bangun topeng pernah dibuatnya, termasuk yang disakralkan atau dikeramatkan dengan menggunakan bahan kayu pilihan yang tumbuhnya di suatu tempat tertentu.
Suami dari Anak Agung Ayu Putri Swetantri (55), sejak anak-anak telah menunjukkan bakatnya dalam bidang seni patung yang diwarisi dari ayah dan kakeknya serta lewat pendidikan formal yang digelutinya.
Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) Nomor 1 Bangli tahun 1968, SMPN 1 Bangli 1971 dan KPAA 1982. Lewat pendidikan formal itu semakin mendorong dirinya untuk menggeluti dunia seni.
Berbekal dari topeng warisan leluhurnya, ia mencoba membuat berbagai jenis topeng Bali sambil mengabdikan diri kepada masyarakat untuk membuat topeng atau pratime yang diksakralkan masyarakat.
Berkat dedikasi dan pengabdiannya kepada masyarakat itu karya seni hasil sentuhan tangan terampilnya banyak yang tersebar di masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan ritual keagamaan.
Hal itu didasari atas prinsip hidupnya "Berkarya sebagai yadnya". Banyak hasil karyanya yang disakralkan masyarakat setempat seperti arca, patung dewa-dewi dan topeng yang dikeramatkan.
Selain itu hasil karya sosok seniman yang berpenampilan sederhana dan merakyat itu menjadi koleksi museum di sejumlah negara, diantaranya Clark dan Michael Nakoneczny.
Cetak Kader
Anak Agung Gede Dharma Agung, seniman serba bisa yang kesehariannya tidak bisa dipisahkan dengan seni itu cukup gigih mencetak generasi penerus seni dan budaya, khususnya patung.
Keahlian yang dimiliki itu selain diwariskan kepada putranya juga diajarkan kepada siapa saja yang berminat.
Seniman serba bisa yang lahir dari pasangan suami-istri anak Agung Oka Putra (alm) dan Anak Agung Ayu Oka itu, setelah memasuki masa pensiun dari PNS menghabiskan waktunya bergulat dengan seni patung.
Ayah dari Anak Agung Ayu Putri Swetantri dalam memasuki usia senja itu tetap mempunyai semangat berkarya yang semakin menggebu-gebu, disamping melatih generasi muda yang tertarik terhadap pengembangan dan kelestarian seni budaya Bali.
Sosok pria yang tampak sehat bugar itu sering kali mengikuti berbagai kegiatan antara lain pameran kerajinan topeng se Bali di Desa Mas, Ubud, Kabupaten Gianyar, memperagamakn cara membuat topeng kepada rombongan Menteri-Menteri Pendidikan Kawasan Asia di gedung Sasana Bangli tahun 1984.
Selain itu pernah mengikuti pameran kerajinan ke Tokyo, Jepang atas dukungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli pada tahun 2007 serta mengikuti berbagai kegiatan pameran tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.
Anak Agung Gede Dharma Agung menurut Kasi Perfilman dan Perizin pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Dauh yang juga panitia PKB merupakan salah satu dari sembilan orang yang menerima penghargaan sebagai pengabdi seni dari Pemerintah Provinsi Bali yang diserahkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Penghargaan tersebut berkat dedikasi dan pengabdiannya tanpa putus asa dalam menggali, mengembangkan dan melestarikan serta mewariskan seni budaya Bali itu hingga eksis dan kokoh dalam kehidupan masyarakat Bali.
Prestasi itu diharapkan dapat diwariskan kepada generasi muda, sehingga seni budaya Bali tetap lestari dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan mancanegara ke daerah ini.
Pemerintah Provinsi Bali membentuk satu tim untuk menyeleksi seniman usulan dari delapan kabupaten dan kota di daerah ini untuk memperoleh penghargaan pengabdi seni dari Gubernur Bali.
Hasil seleksi yang dilakukan secara ketat, sehingga seniman yang menerima penghargaan sebagai pengabdi seni itu betul-betul mengabdikan dirinya untuk kemajuan dan pengembangan seni budaya Bali, ujar Wayan Dauh.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Denpasar (Antara Bali) - Ayah dari dua putri dan seorang putra itu sangat kreatif dalam bidang seni, khususnya seni ukir membuat berbagai jenis topeng yang digeluti puluhan tahun lamanya.
Tidak terhitung entah berapa puluh atau ratus topeng berhasil dirampungkannya.
Anak Agung Gede Dharma Agung (60), kelahiran Bangli, 12 Agustus 1952 itu dikenal sebagai seniman serba bisa, termasuk tari patung juga sanggup membuat topeng atau tapel.
Salah satu jenis keterampilan yang sangat langka dimiliki itu berawal dari ketekunan, keuletan, ketelitian dan kesabaran tanpa mengenal putus asa menjadi modal baginya dalam menghasilkan karya seni.
Berbagai jenis rancang bangun topeng pernah dibuatnya, termasuk yang disakralkan atau dikeramatkan dengan menggunakan bahan kayu pilihan yang tumbuhnya di suatu tempat tertentu.
Suami dari Anak Agung Ayu Putri Swetantri (55), sejak anak-anak telah menunjukkan bakatnya dalam bidang seni patung yang diwarisi dari ayah dan kakeknya serta lewat pendidikan formal yang digelutinya.
Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) Nomor 1 Bangli tahun 1968, SMPN 1 Bangli 1971 dan KPAA 1982. Lewat pendidikan formal itu semakin mendorong dirinya untuk menggeluti dunia seni.
Berbekal dari topeng warisan leluhurnya, ia mencoba membuat berbagai jenis topeng Bali sambil mengabdikan diri kepada masyarakat untuk membuat topeng atau pratime yang diksakralkan masyarakat.
Berkat dedikasi dan pengabdiannya kepada masyarakat itu karya seni hasil sentuhan tangan terampilnya banyak yang tersebar di masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan ritual keagamaan.
Hal itu didasari atas prinsip hidupnya "Berkarya sebagai yadnya". Banyak hasil karyanya yang disakralkan masyarakat setempat seperti arca, patung dewa-dewi dan topeng yang dikeramatkan.
Selain itu hasil karya sosok seniman yang berpenampilan sederhana dan merakyat itu menjadi koleksi museum di sejumlah negara, diantaranya Clark dan Michael Nakoneczny.
Cetak Kader
Anak Agung Gede Dharma Agung, seniman serba bisa yang kesehariannya tidak bisa dipisahkan dengan seni itu cukup gigih mencetak generasi penerus seni dan budaya, khususnya patung.
Keahlian yang dimiliki itu selain diwariskan kepada putranya juga diajarkan kepada siapa saja yang berminat.
Seniman serba bisa yang lahir dari pasangan suami-istri anak Agung Oka Putra (alm) dan Anak Agung Ayu Oka itu, setelah memasuki masa pensiun dari PNS menghabiskan waktunya bergulat dengan seni patung.
Ayah dari Anak Agung Ayu Putri Swetantri dalam memasuki usia senja itu tetap mempunyai semangat berkarya yang semakin menggebu-gebu, disamping melatih generasi muda yang tertarik terhadap pengembangan dan kelestarian seni budaya Bali.
Sosok pria yang tampak sehat bugar itu sering kali mengikuti berbagai kegiatan antara lain pameran kerajinan topeng se Bali di Desa Mas, Ubud, Kabupaten Gianyar, memperagamakn cara membuat topeng kepada rombongan Menteri-Menteri Pendidikan Kawasan Asia di gedung Sasana Bangli tahun 1984.
Selain itu pernah mengikuti pameran kerajinan ke Tokyo, Jepang atas dukungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli pada tahun 2007 serta mengikuti berbagai kegiatan pameran tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.
Anak Agung Gede Dharma Agung menurut Kasi Perfilman dan Perizin pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Dauh yang juga panitia PKB merupakan salah satu dari sembilan orang yang menerima penghargaan sebagai pengabdi seni dari Pemerintah Provinsi Bali yang diserahkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Penghargaan tersebut berkat dedikasi dan pengabdiannya tanpa putus asa dalam menggali, mengembangkan dan melestarikan serta mewariskan seni budaya Bali itu hingga eksis dan kokoh dalam kehidupan masyarakat Bali.
Prestasi itu diharapkan dapat diwariskan kepada generasi muda, sehingga seni budaya Bali tetap lestari dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan mancanegara ke daerah ini.
Pemerintah Provinsi Bali membentuk satu tim untuk menyeleksi seniman usulan dari delapan kabupaten dan kota di daerah ini untuk memperoleh penghargaan pengabdi seni dari Gubernur Bali.
Hasil seleksi yang dilakukan secara ketat, sehingga seniman yang menerima penghargaan sebagai pengabdi seni itu betul-betul mengabdikan dirinya untuk kemajuan dan pengembangan seni budaya Bali, ujar Wayan Dauh.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012