Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengapresiasi program "Milenial Smart Farming" yang dimotori BNI, karena permasalahan yang harus diselesaikan dalam usaha-usaha mengembangkan pertanian bukan hanya hulu dan hilir, namun pengelolaan penggunaan lahan yang baik juga mendesak untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan.

Ia mengemukakan hal itu dalam "Milenial Smart Farming" yang dihadiri langsung oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia Syahrul Yasin Limpo, Deputi IV Bidang Koordinasi Ekonomi Digital Ketenagakerjaan dan Usaha Mikro Kecil Menengah Mohammad Rudy Salahuddin, dan Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto, di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, Jumat.

Baca juga: BNI dukung petani digital lewat "Milenial Smartfarming" di Bali

Menurut Bupati Buleleng Agus Suradnyana, penggunaan lahan pertanian yang tidak dikelola dengan baik akan berimbas pada konservasi air. Tidak seimbangnya penggunaan lahan, membuat pasokan air di dataran rendah di Buleleng kerap terganggu. "Mata air di bawah sekarang berkurang, karena adanya penebangan. Daerah hortikultura harus dijaga dengan baik jangan sampai airnya tidak ada ke bawah," ujarnya.

Ia menyatakan tata kelola penggunaan lahan bukanlah hal yang mudah untuk dikerjakan, karena berbenturan dengan harga. Dahulu, di dataran tinggi Buleleng banyak ditanami kopi dan pohon-pohon besar, berbeda dengan kondisi saat ini.

"Dulu banyak ditanami kopi arabika dan pohon besar jadi sungai di bawah punya air. Sekarang banyak tanaman bunga di atas, cengkeh di bawah, jadi air susah di bawah," jelasnya.

Ia menjelaskan gagasan bagaimana pemerintah bisa turut andil dalam mengelola penggunaan lahan pertanian. Pemerintah bisa membeli tanah, untuk dikembalikan lagi ke masyarakat dengan sistem Hak Penggunaan Lahan (HPL), sehingga pemerintah juga bisa mengelola. "Misalnya sekian persen tanaman kopi sekian persen tanaman yang lebih menghasilkan. Seperti stroberi atau lainnya," ucapnya.

Baca juga: BNI berikan KUR kepada pegiat tanaman hias binaan IPB University

Ia berharap petani muda di Buleleng bisa terus mengembangkan pertanian. Pihaknya akan berdiskusi tentang masalah hulu-hilir hingga penggunaan lahan. "Dulu, susah mengajak pemuda untuk bertani, sekarang luar biasa adik-adik saya petani muda keren sudah menjadi pioner dalam pertanian inovatif yang menuju ke pertanian berkelanjutan," pungkasnya.

Sementara itu, Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa apa yang dilakukan di Buleleng merupakan bentuk loncatan yang dilakukan untuk menggunakan seluruh kemampuan dalam merekayasa pertanian dengan pendekatan teknologi, dan kecerdasan buatan.

"Hari ini pemuda milenial di Buleleng mencoba aplikasi bersama BNI yang kita dukung bersama. Sesuai dengan arahan presiden untuk membangkitkan petani muda untuk tertarik dengan pertanian," ucapnya.

Menurutnya, dengan inovasi di bidang pertanian seperti yang dikenalkan dalam Milenial Smartfarming ini, maka bisa memantau vegetasi atau pertumbuhan pertanian. "Dengan demikian kita bisa memasarkan tepat waktu dengan hitungan yang baik. Pertanian ini harus bekerjasama yang kuat dan tulus, nanti baru hadir kebangkitan ekonomi yang bisa dinikmati oleh rakyat," tandasnya.

Dalam kesempatan itu, Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto menegaskan bahwa program "Millenial Smartfarming" di Buleleng-Bali dilaksanakan untuk mencetak petani muda yang berorientasi ekspor, apalagi Kabupaten Buleleng, Bali, memiliki keunikan sehingga pertanian modern di daerah ini harus didorong semua pihak.

"Apalagi, sektor pertanian sedang memasuki era baru yang kini memiliki pendekatan online sistem dan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Langkah intervensi pertanian baru harus dilakukan agar Indonesia benar-benar maju, mandiri dan berdaulat pangan," katanya dalam acara Milenial Smart Farming di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali.

Baca juga: BNI dukung alumni kartu prakerja jadi wirausaha melalui KUR

Sementara itu, Pgs. Pemimpin Divisi Bisnis Usaha Kecil dan Program BNI, I Nyoman Setiawan menyampaikan "smartfarming" adalah pertanian dengan ciri pemanfaatan teknologi artificial intelligence, robot, internet of things, drone, blockchain dan big data analitik untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien, dan berkelanjutan.

"Penggunaan teknologi industri 4.0 mutlak diperlukan untuk kondisi saat ini, karena sudah menjadi tuntutan objektif yang harus dilakukan petani agar tidak terjebak pada pola dan cara-cara lama yang kurang produktif sehingga mengebiri produktivitas pertanian nasional," katanya.

Penerapan aplikasi dan teknologi pertanian menjadi sangat penting karena selain pendataan, juga dapat menghubungkan antara petani dengan mitra lainnya, antara lain offtaker, koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (BumDes). Digitalisasi sistem pertanian di Indonesia memang sangat menguntungkan bagi semua pihak, terlebih lagi bila didukung oleh semua pihak tidak hanya petani, tetapi juga para stakeholder terkait.

Harapannya, sektor pertanian dapat bergerak lebih optimal melalui KUR sektor pertanian secara masif mampu memenuhi swasembada pangan. Hal ini terlihat dari realisasi KUR BNI di sektor pertanian yang telah disalurkan selama tahun 2021 hingga bulan Mei sebesar Rp 3,2 triliun serta menyentuh 78 ribu penerima KUR di seluruh Indonesia.

"Walhasil nantinya akan mendorong perwujudan kemandirian dan kedaulatan pangan dalam negeri walau di tengah deraan wabah pandemi Covid-19," katanya.
 

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021