Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali memperkirakan sepanjang tahun 2021, perekonomian Bali dan Nusa Tenggara akan tumbuh positif di kisaran 2,8 – 3,8 persen (yoy).
"Prospek perbaikan kinerja ekonomi Bali-Nusra 2021 diperkirakan dalam tren meningkat seiring pelaksanaan vaksinasi yang mendorong 'confident to travel' dan meningkatnya optimisme pelaku usaha," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Trisno Nugroho di Denpasar, Rabu.
Dalam acara Webinar Transformasi Ekonomi Bali Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Daerah itu, Trisno mengatakan kinerja ekspor barang juga diperkirakan akan terdorong oleh penambahan kapasitas penambangan dan seiring dengan meningkatnya kuota ekspor tembaga serta kenaikan eskpor kerajinan dan produk-produk pertanian ke luar negeri.
"Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan tekanan mendalam pada perekonomian Indonesia khususnya di Bali-Nusra. Meskipun mengalami perbaikan, perekonomian wilayah Bali-Nusra masih mengalami kontraksi terdalam dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia," ucapnya.
Baca juga: BI: Vaksinasi COVID-19 pekerja perbankan di Bali hampir 100 persen
Pada triwulan I 2021 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar minus 5,16 persen (yoy), sementara perekonomian nasional hanya terkontraksi sebesar minus 0,74 persen (yoy).
Kondisi ini mendorong para pemangku kepentingan, pelaku usaha, didukung oleh Bank Indonesia untuk mencari terobosan agar wilayah Bali Nusra dapat tumbuh kembali sejajar dengan wilayah lain di Indonesia.
"Kami mengkaji bahwa pemulihan berbeda antar-provinsi di Bali Nusra. Pada triwulan I 2021, Bali dan NTB masih terkontraksi masing-masing minus 9,85 persen dan minus 1,13 persen(yoy) sedangkan NTT sudah mulai tumbuh positif 0,12 persen (yoy)," ujarnya.
Masih terkontraksinya ekonomi Bali disebabkan oleh masih berlangsungnya penyebaran COVID-19 yang menyebabkan sejumlah negara masih melakukan kebijakan travel restriction (pembatasan perjalanan) termasuk Indonesia, selanjutnya berdampak pada menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali.
Terdampaknya ekonomi Bali secara signifikan akibat pandemi COVID-19 tidak terlepas dari ekonomi Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Sementara NTB terkontraksi seiring dengan perlambatan target produksi konsentrat akibat penurunan kandungan logam yang dibarengi dengan penurunan permintaan domestik.
Di sisi lain, NTT dapat tumbuh didukung oleh sektor pertanian yang meningkat sebesar 8,32 persen (yoy). Peningkatan sektor ini didorong oleh pelaksanaan program pemerintah seperti Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS), Pembangunan Lumbung Pangan, dan didukung pembangunan infrastruktur pertanian.
"Pelajaran berharga dari kondisi tersebut adalah bahwa perekonomian yang terlalu bergantung pada satu sektor, menjadikan kinerja perekonomian sangat rentan terhadap goncangan. Kami sampaikan apresiasi kepada Bapak Gubernur, pemerintah daerah dan pelaku usaha yang terus mencari berbagai terobosan dan upaya untuk membangkitkan ekonominya," ujar Trisno.
Baca juga: BI: "Work from Bali" tahan laju kontraksi ekonomi Pulau Dewata 2021
Menurut dia, berbagai pihak bekerja sama dan berkolaborasi mencari solusi dari permasalahan ini serta diperlukan sumber pertumbuhan baru untuk menopang pertumbuhan yang berkelanjutan dan memiliki daya tahan antara lain melalui digitalisasi sektor pertanian, ekonomi kreatif, dan sektor pendidikan.
Dalam acara Webinar tersebut juga menghadirkan narasumber Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi, Gubernur Bali Wayan Koster, Gubernur NTB Zulkieflimansyah, Gubernur NTT Viktor Laiskodat, dan Rektor UI Prof Ari Kuncoro.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Prospek perbaikan kinerja ekonomi Bali-Nusra 2021 diperkirakan dalam tren meningkat seiring pelaksanaan vaksinasi yang mendorong 'confident to travel' dan meningkatnya optimisme pelaku usaha," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Trisno Nugroho di Denpasar, Rabu.
Dalam acara Webinar Transformasi Ekonomi Bali Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Daerah itu, Trisno mengatakan kinerja ekspor barang juga diperkirakan akan terdorong oleh penambahan kapasitas penambangan dan seiring dengan meningkatnya kuota ekspor tembaga serta kenaikan eskpor kerajinan dan produk-produk pertanian ke luar negeri.
"Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan tekanan mendalam pada perekonomian Indonesia khususnya di Bali-Nusra. Meskipun mengalami perbaikan, perekonomian wilayah Bali-Nusra masih mengalami kontraksi terdalam dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia," ucapnya.
Baca juga: BI: Vaksinasi COVID-19 pekerja perbankan di Bali hampir 100 persen
Pada triwulan I 2021 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar minus 5,16 persen (yoy), sementara perekonomian nasional hanya terkontraksi sebesar minus 0,74 persen (yoy).
Kondisi ini mendorong para pemangku kepentingan, pelaku usaha, didukung oleh Bank Indonesia untuk mencari terobosan agar wilayah Bali Nusra dapat tumbuh kembali sejajar dengan wilayah lain di Indonesia.
"Kami mengkaji bahwa pemulihan berbeda antar-provinsi di Bali Nusra. Pada triwulan I 2021, Bali dan NTB masih terkontraksi masing-masing minus 9,85 persen dan minus 1,13 persen(yoy) sedangkan NTT sudah mulai tumbuh positif 0,12 persen (yoy)," ujarnya.
Masih terkontraksinya ekonomi Bali disebabkan oleh masih berlangsungnya penyebaran COVID-19 yang menyebabkan sejumlah negara masih melakukan kebijakan travel restriction (pembatasan perjalanan) termasuk Indonesia, selanjutnya berdampak pada menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali.
Terdampaknya ekonomi Bali secara signifikan akibat pandemi COVID-19 tidak terlepas dari ekonomi Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Sementara NTB terkontraksi seiring dengan perlambatan target produksi konsentrat akibat penurunan kandungan logam yang dibarengi dengan penurunan permintaan domestik.
Di sisi lain, NTT dapat tumbuh didukung oleh sektor pertanian yang meningkat sebesar 8,32 persen (yoy). Peningkatan sektor ini didorong oleh pelaksanaan program pemerintah seperti Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS), Pembangunan Lumbung Pangan, dan didukung pembangunan infrastruktur pertanian.
"Pelajaran berharga dari kondisi tersebut adalah bahwa perekonomian yang terlalu bergantung pada satu sektor, menjadikan kinerja perekonomian sangat rentan terhadap goncangan. Kami sampaikan apresiasi kepada Bapak Gubernur, pemerintah daerah dan pelaku usaha yang terus mencari berbagai terobosan dan upaya untuk membangkitkan ekonominya," ujar Trisno.
Baca juga: BI: "Work from Bali" tahan laju kontraksi ekonomi Pulau Dewata 2021
Menurut dia, berbagai pihak bekerja sama dan berkolaborasi mencari solusi dari permasalahan ini serta diperlukan sumber pertumbuhan baru untuk menopang pertumbuhan yang berkelanjutan dan memiliki daya tahan antara lain melalui digitalisasi sektor pertanian, ekonomi kreatif, dan sektor pendidikan.
Dalam acara Webinar tersebut juga menghadirkan narasumber Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi, Gubernur Bali Wayan Koster, Gubernur NTB Zulkieflimansyah, Gubernur NTT Viktor Laiskodat, dan Rektor UI Prof Ari Kuncoro.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021