Yayasan Bumi Sasmaya, melalui program Merah Putih Hijau melakukan penanaman bambu petung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Temesi, Kabupaten Gianyar, Bali.
Penanaman yang dilakukan atas kerja sama antara Yayasan Bumi Sasmaya (YBS) dan Yayasan Pemilahan Sampah Temesi (YPST) dan dilakukan pekerja Temesi Recycling tersebut diharapkan akan memperkuat sisi barat bangunan Temesi Recycling untuk mengurangi potensi longsor.
"Kegiatan ini menekankan pentingnya penanaman pohon untuk mendukung usaha mengurangi pencemaran sampah dan udara,” kata Ketua Yayasan Bumi Sasmaya, Agastya Yatra di Gianyar, Rabu.
Ia mengatakan, terjalnya tebing lubang pembuangan sampah perlu disiasati dengan penambahan vegetasi penahan longsor, yaitu bambu dan vetiver.
Selain itu, tanaman-tanaman tersebut juga berfungsi untuk melindungi rumah pemilahan dan Temesi Recycling dari paparan langsung sampah yang dibuang ke TPA.
"Penanaman bambu dan vetiver ini merupakan agenda program Merah Putih Hijau untuk optimalisasi kinerja fasilitas Temesi Recycling. Bangunan itu merupakan fasilitas pengolahan bahan-bahan organik menjadi kompos yang terbesar di Gianyar, bahkan di Provinsi Bali," katanya.
Dalam kegiatan kali ini YBS dan YPST mendukung perwujudan target skema Gianyar Material Recovery Partnership (GMRP) yaitu pengurangan sampah yang dibuang di TPA Temesi sebanyak 10 persen per tahun selama lima tahun.
"Misi pengurangan sampah tersebut merupakan langkah strategis dalam mengatasi permasalahan sampah di Gianyar dan Provinsi Bali pada umumnya," ungkap Agastya Yatra.
Pada 2020 lalu, Temesi Recycling mengelola 717 ton sampah per bulan dengan rata-rata 534 ton dapat diolah menjadi kompos. Bekerja sama dengan Griya Luhu dan Rumah Kompos Padang Tegal, Program Merah Putih Hijau memastikan target GMRP untuk 10 persen pengurangan sampah dapat tercapai.
Ia menambahkan, sejak 2016, program Merah Putih Hijau fokus pada pendampingan masyarakat untuk membangun pengelolaan sampah berbasis sumber. Dalam menjalankan program, MPH aktif melibatkan semua elemen masyarakat desa termasuk lembaga-lembaga di luar desa.
"Kegiatan ini merupakan langkah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan dan pengolahan sampah, bukan hanya membuang sampah pada tempatnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Penanaman yang dilakukan atas kerja sama antara Yayasan Bumi Sasmaya (YBS) dan Yayasan Pemilahan Sampah Temesi (YPST) dan dilakukan pekerja Temesi Recycling tersebut diharapkan akan memperkuat sisi barat bangunan Temesi Recycling untuk mengurangi potensi longsor.
"Kegiatan ini menekankan pentingnya penanaman pohon untuk mendukung usaha mengurangi pencemaran sampah dan udara,” kata Ketua Yayasan Bumi Sasmaya, Agastya Yatra di Gianyar, Rabu.
Ia mengatakan, terjalnya tebing lubang pembuangan sampah perlu disiasati dengan penambahan vegetasi penahan longsor, yaitu bambu dan vetiver.
Selain itu, tanaman-tanaman tersebut juga berfungsi untuk melindungi rumah pemilahan dan Temesi Recycling dari paparan langsung sampah yang dibuang ke TPA.
"Penanaman bambu dan vetiver ini merupakan agenda program Merah Putih Hijau untuk optimalisasi kinerja fasilitas Temesi Recycling. Bangunan itu merupakan fasilitas pengolahan bahan-bahan organik menjadi kompos yang terbesar di Gianyar, bahkan di Provinsi Bali," katanya.
Dalam kegiatan kali ini YBS dan YPST mendukung perwujudan target skema Gianyar Material Recovery Partnership (GMRP) yaitu pengurangan sampah yang dibuang di TPA Temesi sebanyak 10 persen per tahun selama lima tahun.
"Misi pengurangan sampah tersebut merupakan langkah strategis dalam mengatasi permasalahan sampah di Gianyar dan Provinsi Bali pada umumnya," ungkap Agastya Yatra.
Pada 2020 lalu, Temesi Recycling mengelola 717 ton sampah per bulan dengan rata-rata 534 ton dapat diolah menjadi kompos. Bekerja sama dengan Griya Luhu dan Rumah Kompos Padang Tegal, Program Merah Putih Hijau memastikan target GMRP untuk 10 persen pengurangan sampah dapat tercapai.
Ia menambahkan, sejak 2016, program Merah Putih Hijau fokus pada pendampingan masyarakat untuk membangun pengelolaan sampah berbasis sumber. Dalam menjalankan program, MPH aktif melibatkan semua elemen masyarakat desa termasuk lembaga-lembaga di luar desa.
"Kegiatan ini merupakan langkah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan dan pengolahan sampah, bukan hanya membuang sampah pada tempatnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021