Palembang (Antara Bali) - Upacara adat perkawinan khas Palembang makin langka di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini seiring dengan masuknya budaya asing dan meningkatnya kebutuhan hidup, kata Ketua Seksi Kebudayaan Dinas Pariwisata Dadang Irawan.
"Upacara adat perkawinan yang sering dipakai masyarakat saat ini sudah mengarah ke cara-cara nasional atau modern. Sudah sangat jarang yang benar-benar menerapkan tata cara perkawinan adat Palembang karena dipandang rumit dan menguras biaya," ujarnya di Palembang, Rabu.
Tata cara perkawinan yang berkembang di masyarakat saat ini lebih mengutamakan kepraktisan sesuai dengan tuntunan kehidupan modern.
"Seharusnya, tiga bulan menjelang akad nikah pihak keluarga calon pengantin pria dan wanita melakukan acara mutus kato atau mutus rasan. Tapi, budaya ini sudah luntur dan terkadang hanya bersifat interen keluarga tanpa suatu perayaan," ujarnya.
Kemudian, setelah menemukan kata sepakat akan dilakukan pemberian aneka sembilan bahan pokok (sembako) dari keluarga pengantin pria sebagai buah tangan ke rumah calon besannya.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Upacara adat perkawinan yang sering dipakai masyarakat saat ini sudah mengarah ke cara-cara nasional atau modern. Sudah sangat jarang yang benar-benar menerapkan tata cara perkawinan adat Palembang karena dipandang rumit dan menguras biaya," ujarnya di Palembang, Rabu.
Tata cara perkawinan yang berkembang di masyarakat saat ini lebih mengutamakan kepraktisan sesuai dengan tuntunan kehidupan modern.
"Seharusnya, tiga bulan menjelang akad nikah pihak keluarga calon pengantin pria dan wanita melakukan acara mutus kato atau mutus rasan. Tapi, budaya ini sudah luntur dan terkadang hanya bersifat interen keluarga tanpa suatu perayaan," ujarnya.
Kemudian, setelah menemukan kata sepakat akan dilakukan pemberian aneka sembilan bahan pokok (sembako) dari keluarga pengantin pria sebagai buah tangan ke rumah calon besannya.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012