Komunitas Seni Abianaya Aksata Institut Teknologi Bisnis STIKOM Bali berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Denpasar mengadakan pameran dan lomba ogoh-ogoh mini untuk menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1943 yang jatuh pada 14 Maret 2021.
"Terima kasih STIKOM Bali, saya mengapresiasi kegiatan ini. Karena itu saya tertarik ke ITB STIKOM Bali agar kita bisa berdiskusi bagaimana melestarikan seni budaya Bali dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi," kata Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa saat membuka acara tersebut di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar, Minggu.
Komunitas Seni Abianaya Aksata merupakan gabungan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tabuh Bramaragita dan UKM Tari Tradisional ITB STIKOM Bali. Selain itu, ITB STIKIK Bali juga memiliki Pusat Teknologi Komputer dan Budaya.
Baca juga: Nyepi, Bekraf Denpasar adakan pameran "Ogoh-ogoh" hingga 30 Maret
Menurut Arya Wibawa, teknologi menjadi kata kunci pelestarian seni dan budaya Bali saat ini dan untuk ke depan. Oleh karena itu, kemajuan teknologi informasi harus dimanfaatkan untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal Bali yang terkandung dalam seni dan budayanya untuk diwariskan kepada anak cucu.
Sementara itu, I Gusti Ngurah Ida Pradnyana selaku ketua panitia pameran dan lomba ogoh-ogoh mini mengatakan ide awal kegiatan tersebut, karena mereka merespons situasi pandemi COVID-19 dan ada larangan menggelar pawai ogoh-ogoh.
"Dari situlah kami berkolaborasi dengan Pemkot Denpasar untuk menggelar pameran dan lomba ogoh-ogoh mini dengan melibatkan peserta dari seluruh Bali. Tercatat ada 45 peserta, terdiri dari 26 ogoh-ogoh non-mesin dan 19 ogoh-ogoh mesin," ujar Pradnyana.
Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti yang menaungi ITB STIKOM Bali Prof Dr I Made Bandem mengatakan kampus ini telah memiliki sebuah lembaga yang disebut Pusat Teknologi Komputer dan Budaya, yang salah satu tugasnya adalah melestarikan seni dan budaya Bali dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
"Kami telah merepatriasi dan memproduksi ulang dokumentasi tentang Bali di masa lampau, seperti film dan foto-foto yang sebelumnya tersimpan di luar negeri. Para mahasiswa dan dosen kami telah membuat banyak aplikasi," ucapnya.
Baca juga: 1 Februari - 31 Maret 2021, Menparekraf puji pameran IKM Bali Bangkit
Aplikasi yang dibuat, di antaranya Game Cerita Rakyat Interaktif Petualangan I Belog, Video Dokumen Pembuatan Layangan Janggan, Aplikasi Multimedia Pembelajaran Tari Legong Peliatan Berbasis Flash, Aplikasi Multimedia Interaktif Pengenalan Kesenian Tari Sekar Jagat, Game Edukasi Pengenalan Basa Bali Pada Media Flash Cs 5.5 dan sebagainya.
Wakil Rektor I ITB STIKOM Bali Ida Bagus Suradarma SE, MSi juga mengapresiasi kegiatan mahasiswanya. "Dalam situasi pandemi ini kreativitas mahasiswa muncul dan menginisiasi pameran dan lomba ogoh-ogoh yang didukung Pemkot Denpasar. Ternyata peminatnya lumayan banyak. Ini luar biasa. Saya salut dengan mereka," katanya.
Pemenang lomba untuk kategori mesin, I Gede Gana Palguna Winayaka dengan karya Pamurtian Sang Hyang Baruna keluar sebagai juara 1, Bukan Teman Biasa di urutan kedua dan juara tiga diraih oleh I Komang Agus Wiweka Tri Putra. Sedangkan kategori nonmesin, juara 1 diraih oleh Dodi Wirawan, Gana Palguna dan Gus Dwik meraih juara 3.
I Gede Gana Palguna Winayaka, pembuat ogoh-ogoh yang meraih juara I mengatakan butuh waktu 11 bulan untuk menyelesaikan karyanya ini dan menghabiskan anggaran sekitar Rp1,5 juta.
Baca juga: Kemenparekraf ajak 20 kreator lokal pameran di Hong Kong
Keunikan ogoh-ogoh ini adalah digerakkan dengan teknologi bluetooth yang terhubung dengan handphone dan cukup dengan menyebut fitur apa yang ingin digerakkan, maka secara otomatis bagian tertentu atau keseluruhan ogoh-ogoh ini bergerak dan dikolaborasikan dengan cahaya yang menyertainya.
Ide membuat ogoh-ogoh ini karena terinspirasi dangan larangan pawai ogoh-ogoh pada 2020, lalu dia membuat ogoh-ogoh. "Sebenarnya hanya untuk koleksi pribadi, juga hobi. Kebetulan STIKOM Bali adakan lomba ogoh-ogoh mini, saya langsung daftar ikut lomba, dan astungkara juara 1," ujar Gana yang duduk di kelas XI SMAN 1 Denpasar itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Terima kasih STIKOM Bali, saya mengapresiasi kegiatan ini. Karena itu saya tertarik ke ITB STIKOM Bali agar kita bisa berdiskusi bagaimana melestarikan seni budaya Bali dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi," kata Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa saat membuka acara tersebut di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar, Minggu.
Komunitas Seni Abianaya Aksata merupakan gabungan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tabuh Bramaragita dan UKM Tari Tradisional ITB STIKOM Bali. Selain itu, ITB STIKIK Bali juga memiliki Pusat Teknologi Komputer dan Budaya.
Baca juga: Nyepi, Bekraf Denpasar adakan pameran "Ogoh-ogoh" hingga 30 Maret
Menurut Arya Wibawa, teknologi menjadi kata kunci pelestarian seni dan budaya Bali saat ini dan untuk ke depan. Oleh karena itu, kemajuan teknologi informasi harus dimanfaatkan untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal Bali yang terkandung dalam seni dan budayanya untuk diwariskan kepada anak cucu.
Sementara itu, I Gusti Ngurah Ida Pradnyana selaku ketua panitia pameran dan lomba ogoh-ogoh mini mengatakan ide awal kegiatan tersebut, karena mereka merespons situasi pandemi COVID-19 dan ada larangan menggelar pawai ogoh-ogoh.
"Dari situlah kami berkolaborasi dengan Pemkot Denpasar untuk menggelar pameran dan lomba ogoh-ogoh mini dengan melibatkan peserta dari seluruh Bali. Tercatat ada 45 peserta, terdiri dari 26 ogoh-ogoh non-mesin dan 19 ogoh-ogoh mesin," ujar Pradnyana.
Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti yang menaungi ITB STIKOM Bali Prof Dr I Made Bandem mengatakan kampus ini telah memiliki sebuah lembaga yang disebut Pusat Teknologi Komputer dan Budaya, yang salah satu tugasnya adalah melestarikan seni dan budaya Bali dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
"Kami telah merepatriasi dan memproduksi ulang dokumentasi tentang Bali di masa lampau, seperti film dan foto-foto yang sebelumnya tersimpan di luar negeri. Para mahasiswa dan dosen kami telah membuat banyak aplikasi," ucapnya.
Baca juga: 1 Februari - 31 Maret 2021, Menparekraf puji pameran IKM Bali Bangkit
Aplikasi yang dibuat, di antaranya Game Cerita Rakyat Interaktif Petualangan I Belog, Video Dokumen Pembuatan Layangan Janggan, Aplikasi Multimedia Pembelajaran Tari Legong Peliatan Berbasis Flash, Aplikasi Multimedia Interaktif Pengenalan Kesenian Tari Sekar Jagat, Game Edukasi Pengenalan Basa Bali Pada Media Flash Cs 5.5 dan sebagainya.
Wakil Rektor I ITB STIKOM Bali Ida Bagus Suradarma SE, MSi juga mengapresiasi kegiatan mahasiswanya. "Dalam situasi pandemi ini kreativitas mahasiswa muncul dan menginisiasi pameran dan lomba ogoh-ogoh yang didukung Pemkot Denpasar. Ternyata peminatnya lumayan banyak. Ini luar biasa. Saya salut dengan mereka," katanya.
Pemenang lomba untuk kategori mesin, I Gede Gana Palguna Winayaka dengan karya Pamurtian Sang Hyang Baruna keluar sebagai juara 1, Bukan Teman Biasa di urutan kedua dan juara tiga diraih oleh I Komang Agus Wiweka Tri Putra. Sedangkan kategori nonmesin, juara 1 diraih oleh Dodi Wirawan, Gana Palguna dan Gus Dwik meraih juara 3.
I Gede Gana Palguna Winayaka, pembuat ogoh-ogoh yang meraih juara I mengatakan butuh waktu 11 bulan untuk menyelesaikan karyanya ini dan menghabiskan anggaran sekitar Rp1,5 juta.
Baca juga: Kemenparekraf ajak 20 kreator lokal pameran di Hong Kong
Keunikan ogoh-ogoh ini adalah digerakkan dengan teknologi bluetooth yang terhubung dengan handphone dan cukup dengan menyebut fitur apa yang ingin digerakkan, maka secara otomatis bagian tertentu atau keseluruhan ogoh-ogoh ini bergerak dan dikolaborasikan dengan cahaya yang menyertainya.
Ide membuat ogoh-ogoh ini karena terinspirasi dangan larangan pawai ogoh-ogoh pada 2020, lalu dia membuat ogoh-ogoh. "Sebenarnya hanya untuk koleksi pribadi, juga hobi. Kebetulan STIKOM Bali adakan lomba ogoh-ogoh mini, saya langsung daftar ikut lomba, dan astungkara juara 1," ujar Gana yang duduk di kelas XI SMAN 1 Denpasar itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021