Denpasar (Antara Bali) - Lembaga Swadaya Masyarakat ProFauna Bali menyayangkan pernyataan Bupati Karangasem Wayan Geredeg yang menyarankan pemberantasan satwa kera dengan menangkap dan memasukkan bandil (daun rotan berduri) ke dubur monyet-monyet tersebut.
        
Koordinator ProFauna Bali Representative Jatmiko Wiwoho, Jumat,  mengecam keras pernyataan Bupati Karangasem tersebut dan menilainya sebagai pernyataan yang gegabah, provokatif, dan tidak mengindahkan nilai-nilai luhur keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan dan Tuhan (Tri Hita Karana).
        
Sebagaimana sering terjadi di daerah lain, kata dia, kasus-kasus konflik satwa liar dengan manusia banyak dipicu oleh berkurangnya habitat alami satwa tersebut yang mengakibatkan penurunan daya dukung pakan terhadap populasi di daerah itu.
        
Hal itu pula yang menyebabkan tingginya kompetisi antarindividu khususnya pejantan dominan di daerah tersebut.
        
Ia mengatakan, seharusnya Bupati Karangasem tidak memposisikan satwa liar sebagai musuh manusia, yang harus diberantas dan diperlakukan secara keji.
        
Sebagaimana manusia, kata Jatmiko, satwa liar pun bagian dari alam ciptaan Tuhan yang juga memiliki andil bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
        
Ia berpandangan, tindakan memberantas satwa liar (dalam hal ini monyet) dengan cara-cara keji seperti disampaikan Bupati Geredeg adalah bentuk-bentuk kekejaman terhadap hewan (animal cruelty) dan justru akan meningkatkan agresifitas monyet-monyet di sekitar daerah tersebut.
        
Menurut dia, Bupati Geredeg seharusnya secara bijaksana mendengarkan saran para ahli, seperti ahli biologi, kedokteran hewan, kehutanan, praktisi konservasi satwa, bahkan para agamawan.
        
Dikatakan, salah satu metode yang tepat adalah dengan melakukan kastrasi (pemandulan) pada pejantan sebagai bentuk upaya kontrol populasi. Tentu saja diperlukan kajian populasi untuk menentukan jumlah tepat yang perlu dikastrasi.
        
Meskipun pelaksanaannya membutuhkan kerja keras, namun metode ini mampu secara alamiah mengurangi kompetisi antarindividu, bertahan lama (bertahun-tahun hingga munculnya jantan dominan baru), dan menerapkan prinsip-prinsip "animal welfare".
        
Sebelumnya, terjadi kasus penyerangan seekor kera (macaca fascicularis) pada Senin (14/5) yang mengakibatkan seorang korban tewas, yaitu Nyoman Gunung (65) warga Banjar (Dusun) Tengah, Desa Nongan, Kabupaten Karangasem.(I020/M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012