Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mengatakan para seniman Bali haruslah bisa memanfaatkan teknologi agar karya yang dihasilkan dapat lebih berkelas dan dinikmati lebih banyak penonton.
"Seperti yang ditampilkan pertunjukan-pertunjukan kelas dunia itu, mereka mengandalkan teknologi, selain talenta senimannya," kata Pastika saat berdialog dengan Ketua Sanggar Paripurna Made Sidia, dari Desa Bona, Kabupaten Gianyar, Senin.
Menurut dia, dalam kondisi sekarang ini tidak cukup seni hanya untuk seni, ataupun seni untuk persembahan saja. Namun, seni juga harus untuk hidup.
"Memang tidak salah seni untuk persembahan, itu sebabnya seni kita metaksu (memiliki daya tarik spiritual) karena memang dari awalnya dan sampai sekarang masih untuk persembahan," ucap anggota Komite 2 DPD itu dalam kegiatan reses bertajuk Keberadaan Seniman di Masa Pandemi COVID-19.
Baca juga: Wakil Rektor UI : Seni budaya bisa wujudkan rasa toleransi
Tetapi, karena seni itu sifatnya dinamis, sehingga kata Pastika, harus dikembangkan dan membuatnya senimannya sejahtera. Jangan sampai seniman ketika sudah tua, mulai tidak laku, jatuh miskin sehingga seakan hidup segan mati pun tak mau.
Dia pun mencontohkan betapa seniman di China dengan memanfaatkan teknologi dapat menampilkan pertunjukan kolosal yang spektakuler di atas danau.
Sebelum pandemi, pementasan seni di atas danau di Tiongkok itu selalu dibanjiri penonton dan untuk memesan tiketnya pun harus jauh-jauh hari.
"Jika nanti setelah pandemi berakhir bisa kita lakukan di Bali. Sekaligus kita memberikan ruang kepada banyak orang. Bayangkan sekali nari di atas danau melibatkan 200-300 orang dengan penggunaan lighting dan teknologi. Itu keren banget," ucap mantan Gubernur Bali periode 2008-2018 itu.
Baca juga: Ketua DPD RI berharap revitalisasi Pasar Sukawati Gianyar jadi pemantik ekonomi
Pihaknya meyakini Bali yang memiliki banyak maestro seni tentu akan bisa mewujudkan karya seni yang luar biasa, yang mengadopsi kecanggihan teknologi.
Dia pun menyatakan kekagumannya kepada Sanggar Paripurna yang selama ini mampu menyuguhkan pertunjukan yang berkelas, sekaligus mampu memberikan kehidupan bagi para seniman.
Sementara itu, Made Sidia, Ketua Sanggar Paripurna, Desa Bona, Gianyar, mengatakan pandemi COVID-19 telah membuat anggota sanggar seni yang dipimpinnya sangat terpukul.
"Ada yang harus berdagang, terjun menjadi petani untuk menggarap sawah dan sebagainya," ucap Sidia yang juga akademisi Institut Seni Indonesia Denpasar itu.
Baca juga: Menparekraf dukung seniman tetap berkarya di tengah COVID-19 (video)
Pihaknya selama ini sudah melakoni seni untuk seni, seni untuk persembahan, seni untuk sosial ataupun seni untuk bisnis. Dia pun sependapat bahwa seniman harus mampu mengadopsi teknologi dengan baik.
Bahkan dengan kesenian-kesenian Bali yang kaya dengan filsafat, diyakini kesenian Bali tidak kalah dengan kesenian berkelas dunia yang ditampilkan di China.
Sidia pun menyampaikan terima kasih kepada Pastika karena saat masih menjabat sebagai Gubernur Bali, Sanggar Paripurna kerap diberikan kepercayaan tampil dalam berbagai ajang pentas seni di Bali.
"Sanggar Paripurna juga sering diberi kepercayaan oleh teman-teman Jakarta dan pihak luar negeri, berkat Bapak sering menyebut-nyebut garapan kami," ucapnya didampingi maestro seni Wayan Sidja yang berusia 89 tahun itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Seperti yang ditampilkan pertunjukan-pertunjukan kelas dunia itu, mereka mengandalkan teknologi, selain talenta senimannya," kata Pastika saat berdialog dengan Ketua Sanggar Paripurna Made Sidia, dari Desa Bona, Kabupaten Gianyar, Senin.
Menurut dia, dalam kondisi sekarang ini tidak cukup seni hanya untuk seni, ataupun seni untuk persembahan saja. Namun, seni juga harus untuk hidup.
"Memang tidak salah seni untuk persembahan, itu sebabnya seni kita metaksu (memiliki daya tarik spiritual) karena memang dari awalnya dan sampai sekarang masih untuk persembahan," ucap anggota Komite 2 DPD itu dalam kegiatan reses bertajuk Keberadaan Seniman di Masa Pandemi COVID-19.
Baca juga: Wakil Rektor UI : Seni budaya bisa wujudkan rasa toleransi
Tetapi, karena seni itu sifatnya dinamis, sehingga kata Pastika, harus dikembangkan dan membuatnya senimannya sejahtera. Jangan sampai seniman ketika sudah tua, mulai tidak laku, jatuh miskin sehingga seakan hidup segan mati pun tak mau.
Dia pun mencontohkan betapa seniman di China dengan memanfaatkan teknologi dapat menampilkan pertunjukan kolosal yang spektakuler di atas danau.
Sebelum pandemi, pementasan seni di atas danau di Tiongkok itu selalu dibanjiri penonton dan untuk memesan tiketnya pun harus jauh-jauh hari.
"Jika nanti setelah pandemi berakhir bisa kita lakukan di Bali. Sekaligus kita memberikan ruang kepada banyak orang. Bayangkan sekali nari di atas danau melibatkan 200-300 orang dengan penggunaan lighting dan teknologi. Itu keren banget," ucap mantan Gubernur Bali periode 2008-2018 itu.
Baca juga: Ketua DPD RI berharap revitalisasi Pasar Sukawati Gianyar jadi pemantik ekonomi
Pihaknya meyakini Bali yang memiliki banyak maestro seni tentu akan bisa mewujudkan karya seni yang luar biasa, yang mengadopsi kecanggihan teknologi.
Dia pun menyatakan kekagumannya kepada Sanggar Paripurna yang selama ini mampu menyuguhkan pertunjukan yang berkelas, sekaligus mampu memberikan kehidupan bagi para seniman.
Sementara itu, Made Sidia, Ketua Sanggar Paripurna, Desa Bona, Gianyar, mengatakan pandemi COVID-19 telah membuat anggota sanggar seni yang dipimpinnya sangat terpukul.
"Ada yang harus berdagang, terjun menjadi petani untuk menggarap sawah dan sebagainya," ucap Sidia yang juga akademisi Institut Seni Indonesia Denpasar itu.
Baca juga: Menparekraf dukung seniman tetap berkarya di tengah COVID-19 (video)
Pihaknya selama ini sudah melakoni seni untuk seni, seni untuk persembahan, seni untuk sosial ataupun seni untuk bisnis. Dia pun sependapat bahwa seniman harus mampu mengadopsi teknologi dengan baik.
Bahkan dengan kesenian-kesenian Bali yang kaya dengan filsafat, diyakini kesenian Bali tidak kalah dengan kesenian berkelas dunia yang ditampilkan di China.
Sidia pun menyampaikan terima kasih kepada Pastika karena saat masih menjabat sebagai Gubernur Bali, Sanggar Paripurna kerap diberikan kepercayaan tampil dalam berbagai ajang pentas seni di Bali.
"Sanggar Paripurna juga sering diberi kepercayaan oleh teman-teman Jakarta dan pihak luar negeri, berkat Bapak sering menyebut-nyebut garapan kami," ucapnya didampingi maestro seni Wayan Sidja yang berusia 89 tahun itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021