Psikolog Yayasan Pulih Ika Putri Dewi mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki harus memahami arti dari kesetaraan gender untuk mencegah dan menghentikan kasus kekerasan seksual berbasis gender.
 
"Paham kesetaraan antara perempuan dan laki-laki adalah salah satu prinsip untuk menghentikan kasus kekerasan berbasis gender. Oleh karena itu, baik perempuan maupun laki-laki harus terlibat bersama, berkontribusi bersama," kata psikolog Ika saat dikonfirmasi di Denpasar, Bali, Sabtu.
 
Ia mengatakan peran laki-laki dalam menciptakan lingkungan yang aman dari kekerasan berbasis gender bukan karena laki-laki yang dianggap sebagai pemimpin dan dipandang kuat, tetapi menciptakan rasa aman adalah tanggung jawab bersama antara laki-laki dengan perempuan.
 
Baca juga: Menteri PPPA: Minimnya pemimpin perempuan pengaruhi indeks kesetaraan gender
 
Selain itu, munculnya konstruksi sosial terkait maskulinitas juga mesti dipahami bagaimana maskulin adalah bentukan konstruksi sosial dari masyarakat.

Menurut dia, berbicara soal konstruksi sebenarnya bisa bergeser sesuai perkembangan zaman melihat situasi budaya karena dibentuk oleh konstruksi masyarakat.
 
"Kalau dibilang salah apa enggak, ya kalau konstruksi dari pengalaman memang dari hulu ke hulu seperti ini. Kita perlu pahami sifat maskulin dan feminim ada pada setiap orang. Namun, yang terjadi justru dikuatkan dengan kotak maskulin dan kotak feminim itu yang membuat kaku," katanya.
 
Menurut dia, saat ini diharapkan semua pihak dapat membuka segala pikiran dan wawasan terkait dengan gender. Selain itu, bisa menerima nilai-nilai baru yang berbeda dan tidak kaku, seperti sebelumnya.

Baca juga: Putri Koster: Berikan ruang kaum perempuan berkiprah untuk kesetaraan gender
 
Dalam rangka kampanye "Stop Sexual Violence The Body Shop" bersama Magdalene.co, Yayasan Pulih melaksanakan kegiatan kampus "online" mengenai kekerasan seksual di Indonesia.
 
CEO of The Body Shop Aryo Widiwardhono mengatakan penting melibatkan peran laki-laki dalam isu kekerasan seksual serta menentukan langkah dan strategi yang tepat dan lebih luas dengan mengajak kaum laki-laki berkontribusi dalam mencermati isu kekerasan seksual di sekitar.
 
"Sudah seharusnya semua pihak bersama-sama mendukung terciptanya suasana dan lingkungan kampus yang aman baik bagi kalangan pengajar maupun mahasiswa dari ancaman pelecehan dan kekerasan seksual," kata Aryo.
 
Baca juga: Bappenas: Kesenjangan gender Indonesia cukup lebar
 
Ia menambahkan kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan pendidikan menunjukkan angka yang semakin tinggi.

"Hal ini dapat menjadi isu dan upaya bersama, tidak hanya kalangan perempuan, tetapi juga laki-laki untuk mencegah bahaya dampak kekerasan seksual di sekitar kita," katanya.
 

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021