Surabaya (ANTARA) - Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat di Surabaya merayakan Hari Perempuan Internasional (International Women's Day 2022) dengan diskusi daring bertajuk "Break the Bias" atau Mematahkan Bias terhadap perempuan yang menampilkan delapan perempuan inspiratif dari seluruh Indonesia, termasuk perempuan Bali.
Siaran pers dari MyAmerica Surabaya, selaku penyelenggara diskusi daring yang merupakan pusat informasi dan kebudayaan tentang Amerika Serikat yang berkantor di Konsulat Jenderal AS Surabaya, yang diterima ANTARA di Denpasar, Rabu, melaporkan delapan perempuan inspiratif itu dari bidang bisnis, olahraga, seni, sains, politik, jurnalisme, disabilitas, dan anti perdagangan manusia.
Dalam acara yang bekerja sama dengan American Corner (AC) Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, AC Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan AC Universitas Pattimura (UNPATTI) Ambon itu, delapan perempuan itu berbagi kisah inspiratif tentang mematahkan bias, mempromosikan keragaman, dan memastikan inklusi di bidangnya masing-masing.
Acara Live Zoom yang dihadiri lebih dari 100 peserta daring dari seluruh Indonesia pada Selasa (8/3) itu menghadirkan Maria Anityasari (Direktur Global Partnership, ITS Surabaya); Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik (Pendiri dan Creative Director NILUH DJELANTIK Bali); dan Adek Berry (Pewarta Foto Agence France-Presse/AFP Jakarta).
Baca juga: Asisten Menlu AS Daniel J. Kritenbrink bicara kemitraaan AS-Indonesia dalam podcast
Berikutnya; Mutmainah Korona (Pendiri Sikola Mombine dan Ketua Komisi A DPRD Palu); Dellie Threesyadinda (Atlet Panahan & Kepala Bidang Industri Olahraga KADIN Surabaya); Maizidah Salas (Koordinator Pendidikan dan Sosialisasi Serikat Buruh Migran Indonesia dari Wonosobo); Fadriah (Pelukis dari Ternate); dan Fira Fitri Fitria (Pendiri Organisasi Disabilitas Tuban atau ORBIT).
"Salah satu hal terpenting dari kesamaan antara Amerika Serikat dan Indonesia adalah kita menjadi lebih kuat karena menghargai keragaman kita. Acara ini mengajak kita untuk bersama-sama mematahkan bias terhadap wanita dan anak perempuan," kata Konsul Jenderal Jonathan Alan.
Ia menambahkan Konsulat Jenderal Amerika Serikat Surabaya mengakui bahwa partisipasi perempuan yang setara dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi sangat penting bagi perdamaian dan kemakmuran masyarakat Indonesia dan Amerika Serikat.
Acara diskusi International Women's Day 2022 Break the Bias merupakan bagian dari peringatan Women’s History Month atau Bulan Sejarah Perempuan di bulan Maret untuk merayakan pencapaian perempuan dan mempromosikan kesetaraan, keragaman, serta inklusi.
Selama bulan Maret 2022, Konsulat Jenderal AS Surabaya, MyAmerica Surabaya, dan American Corners membuat kampanye daring di akun Instagram yang menampilkan pesan-pesan inspiratif dari perempuan-perempuan Indonesia dari berbagai latar belakang profesi.
Baca juga: W20, Indonesia bangun sinergi pemberdayaan UMKM bagi perempuan berkebutuhan khusus
Dalam diskusi daring, para perempuan yang menjadi narasumber acara itu berbagi cerita tentang upaya mereka untuk mematahkan bias, stereotip, dan diskriminasi terhadap perempuan, sekaligus mengangkat nilai-nilai keragaman dan inklusi, serta menegaskan pentingnya pemerataan dan kesetaraan gender.
Berbicara soal kesetaraan gender, Ni Luh Djelantik mengatakan Perempuan setara dan punya kesempatan yang sama tapi tanpa mengecilkan laki-laki. "Penghargaan yang kita capai bukan karena gender, but because we earned it," katanya.
Sementara itu, Mutmainah Korona juga berbagi kisah memulai karir sebagai politisi perempuan yang turut hadir dan terlibat dalam kebijakan politik, dalam mewujudkan negara yang responsif dan berkeadilan. sebagai perempuan
Maria Anityasari mengemukakan terkadang bias terhadap perempuan, apalagi untuk masuk di bidang sains dan teknologi, tidak datang dari luar, tetapi justru dari keluarga sendiri.
Senada dengan itu, Adek Berry menjelaskan bahwa di dunia jurnalisme foto seharusnya tidak ada perbedaan gender, karena pada akhirnya hasil foto harus menunjukkan menunjukkan kejujuran dari berita dan bukan siapa dibelakang lensa.
Fira Fitria berbagi pengalamannya dalam memperjuangkan hak penyandang disabilitas, terutama perempuan di Tuban dengan berusaha mempengaruhi kebijakan publik agar dapat membantu kaum difabel. "Dengan semangat yang luar biasa, itu bisa mengalahkan keterbatasan," kata Fira.
Baca juga: Humas Konjen Amerika ajak ANTARA Bali perangi hoaks (video greeting HUT ke-84 ANTARA)
Sementara itu, Maizidah Salas juga terus memperjuangkan hak-hak buruh migran, terutama perempuan, dan mewujudkan buruh migran yang lebih bermartabat dan sejahtera.
Dellie Threesyadinda bercerita tentang ibunya yang juga seorang atlet panahan dan menjadi inspirasi untuknya berkecimpung dalam dunia olahraga, terlepas dari semua pengorbanan dan kesulitan.
Lain halnya, seniman Fadriah ingin mendobrak bias terhadap perempuan terutama mengubah standar kecantikan dalam karya-karyanya.