Gubernur Bali Wayan Koster mengajak masyarakat setempat, khususnya klan pratisentana (keturunan) Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas (SAGPBSAG) yang tersebar di berbagai daerah, untuk bersama-sama menyatukan kekuatan guna membangun Bali dengan berbagai keunggulan yang dimiliki.

"Mahasabha ini sangat penting dilaksanakan untuk memperkuat jati diri kita sebagai warga Bali, sekaligus momentum untuk menyatukan kekuatan membangun Bali, mengingat Bali merupakan pulau yang kecil," kata Koster saat membuka Mahasabha SAGPBSAG di Semarapura, Kabupaten Klungkung, Jumat.

Baca juga: Gubernur Bali: Perlu kesadaran kolektif perkokoh desa adat

Menurut Koster, meskipun Bali pulau yang kecil, namun alam Bali dianugerahi kekayaan yang luar biasa dengan alamnya yang indah, dengan manusianya yang unggul dan budayanya yang luhur.

"Untuk itu, apa yang sudah menjadi warisan leluhur kita harus dijaga dan dilindungi," ujar gubernur yang juga mantan anggota DPR tiga periode itu dalam acara yang juga dihadiri Sekda Klungkung I Gede Putu Winastra.

Di hadapan Raja Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semaraputra dan panglingsir warga SAGPBSAG itu, Koster pun menceritakan bahwa berdasarkan sejarah peradaban Bali, mulai dari Bali kuno sampai dengan hasil penelitian para ilmuwan disebutkan orang Bali itu termasuk orang yang unggul.

"Keunggulan orang Bali dapat kita lihat dari hasil kebudayaannya yang kaya, unik dan sampai saat ini dikenal dunia. Karena itulah, saat saya dilantik sebagai Gubernur Bali pada Tahun 2018, di periode pertama saya membuat kebijakan yang berpihak kepada pemajuan kebudayaan Bali yang sekaligus memberikan dampak peningkatan ekonomi masyarakat Bali," ucapnya.

Baca juga: Putri Koster: Pakis Bali dukung program desa adat

Ia memberi contoh, seperti lahirnya Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.

"Aksara Bali merupakan warisan yang kita punya yang harus kita muliakan dan hormati serta merupakan unsur peradaban budaya Bali yang memiliki nilai sakral hingga kekuatan identitas, seperti halnya negara-negara di dunia yang punya aksara, yakni China, Jepang, dan Korea," ujarnya.

Sampai sekarang negara tersebut menunjukkan kepada dunia sebagai negara yang mempunyai peradaban kuat, sehingga tidak heran jika dilihat China, Jepang, dan Korea, yang negaranya maju-maju.

Selanjutnya, kehadiran Pergub tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali juga adalah kebijakan yang memiliki tujuan untuk menguatkan identitas budaya Bali.

"Maka kita wajib pada hari Kamis, Purnama dan Tilem, Hari Jadi Pemprov Bali, dan kegiatan pemerintahan menggunakan busana adat Bali ini. Dari kebijakan ini, astungkara ekonomi rakyat yang menggeluti usaha busana adat Bali mendapatkan dampak positifnya," kata gubernur lulusan ITB ini.

Baca juga: Bupati Badung Giri Prasta minta pengurus MDA optimal lestarikan adat

Sementara itu, Ketua Panitia Mahasabha Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas, I Ketut Suadnyana mengatakan Mahasabha ini digelar berdasarkan AD/ART dengan tujuan untuk mempererat persaudaraan. Selain juga untuk membentuk kepengurusan pusat.

"Hingga saat ini ada pengurus Pura kawitan, Pura Dadia sebanyak 158 dadia yang tersebar di Bali, Lombok, Kalimantan dan Sumatera," kata Suadnyana.

Seluruh peserta mahasabha yang hadir di Balai Budaya Ida I Dewa Agung Istri Kanya, Kabupaten Klungkung itu juga sudah menjalani rapid test antigen. Selain itu kegiatan ini juga diikuti secara virtual oleh warga keturunan SAGPBSAG itu.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021