Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya mengatakan penyebab dominan tenaga kesehatan gagal untuk melakukan proses vaksin COVID-19 adalah karena hipertensi.
"Kemungkinan nakes yang tidak bisa mendapatkan vaksin, itu karena pernah terkonfirmasi COVID-19, komorbid seperti hipertensi. Mungkin karena tegang, takut mau divaksin atau tidak diketahui dirinya hipertensi sehingga menjadi salah satu penyebab tidak bisa divaksin," kata Suarjaya saat dikonfirmasi di Denpasar, Jumat.
Selanjutnya, sasaran nakes penerima vaksin di Kota Denpasar sebanyak 13.033 orang yang sudah teregistrasi. Kemudian, terhitung per 3 Februari 2021, capaiannya untuk vaksinasi tahap I baru 7.645 orang nakes sedangkan vaksinasi tahap II baru 660 orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Kemungkinan nakes yang tidak bisa mendapatkan vaksin, itu karena pernah terkonfirmasi COVID-19, komorbid seperti hipertensi. Mungkin karena tegang, takut mau divaksin atau tidak diketahui dirinya hipertensi sehingga menjadi salah satu penyebab tidak bisa divaksin," kata Suarjaya saat dikonfirmasi di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan bahwa bagi nakes yang dirasa memiliki komorbid seperti hipertensi disarankan untuk melakukan pengobatan dua sampai tiga hari. Setelah itu, melakukan evaluasi secara mandiri terhadap kondisi kesehatan, apabila dirasa sudah normal bisa langsung melakukan vaksinasi.
"Kalau punya hipertensi, berobat dua-tiga hari kalau normal ya vaksin saja, karena tidak ada efek sampingnya, tidak ada KIPI dan fine saja. Ada juga yang hipertensi setelah minum obat dan divaksin baik-baik saja. Kalau sempat positif COVID-19, ya kan salah satu syaratnya tidak boleh jadi sementara tidak divaksin," jelasnya.
Baca juga: Puluhan nakes RSUD Wangaya-Denpasar ikuti vaksinasi COVID-19 kedua
Baca juga: Puluhan nakes RSUD Wangaya-Denpasar ikuti vaksinasi COVID-19 kedua
Suarjaya menambahkan bahwa lebih besar keefektifan terletak pada vaksinasi kedua karena sifatnya booster. Namun, jika ingin menguji reaksi pascavaksin, dilakukan satu bulan setelah vaksin kedua, kemudian memeriksa kadar antibodinya.
"Kalau kita ingin menguji, satu bulan setelah vaksin kedua bisa diperiksa kadar antibodinya. Menurut teori, setelah 28 hari suntikan vaksin kedua, antibodi tertinggi," katanya.
Sebelumnya, Ketua Harian Satuan Tugas (Satgas) penanggulangan COVID-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan bahwa Kota Denpasar dengan nakes terbanyak di Bali, capaian vaksinasinya terendah nomor dua yaitu 57,75 persen. Sehingga untuk percepatan menuntaskan proses vaksinasi bagi nakes dilakukan vaksinasi massal khusus Kota Denpasar.
Selanjutnya, sasaran nakes penerima vaksin di Kota Denpasar sebanyak 13.033 orang yang sudah teregistrasi. Kemudian, terhitung per 3 Februari 2021, capaiannya untuk vaksinasi tahap I baru 7.645 orang nakes sedangkan vaksinasi tahap II baru 660 orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021