Koalisi dunia untuk pelestarian lingkungan perairan, Mission Blue, mendeklarasikan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali sebagai "Hope Spot" agar dapat terus meningkatkan efektivitas pengelolaannya.
"Idealnya, untuk memulihkan semua yang telah hilang, kita perlu membentuk tempat-tempat yang besar dimana kita tidak dapat mengambil flora fauna yang ada disana. Namun, penting bagi kita untuk menghargai masyarakat pesisir yang sudah sejak lama mendapat penghidupan dari mengambil flora fauna laut. Itu bertujuan untuk terus melakukan yang biasa mereka lakukan," kata pendiri Mission Blue, Dr. Sylvia Earle, dalam keterangan pers yang diterima di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan bahwa hal ini bertujuan agar masyarakat juga dapat melihat kondisi Nusa Penida dalam gambaran besar sehingga dapat menemukan metode yang tepat untuk pelestarian lingkungan dengan cara yang baik. Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida merupakan rumah bagi 300 jenis karang dan lebih dari 500 jenis ikan karang.
Baca juga: BPPD: Nusa Penida dan Nusa Lembongan raih "Top Destination in Bali 2019"
Sementara itu, Kepala Unit Pengelola Teknis Daerah KKP Provinsi Bali, Nengah Bagus Sugiarta, menjelaskan bahwa keberadaan KKP sangat penting bagi masyarakat setempat karena pemanfaatan wilayahnya dapat dikelola secara berkelanjutan.
"Unit pengelola fokus pada pengelolaan dan mendukung ekosistem laut dan pesisir untuk masa depan yang lestari. Selain itu, unit pengelola mendukung KKP lewat sistem zonasi yang mengontrol aktivitas masyarakat di ketujuh zona yang ada,"jelas Sugiarta.
Ia menjelaskan bahwa KKP Nusa Penida menjadi contoh penerapan adat dan ilmu pengetahuan dalam pengelolaan sumber daya laut. Selain itu, Nusa Penida memiliki posisi yang unik untuk menginspirasi dan mempengaruhi masyarakat umum untuk peduli terhadap sumber daya laut di Indonesia dan di wilayah Segitiga Terumbu Karang.
Baca juga: Maret, Klungkung mulai bangun Pelabuhan Sampalan dan Bias Munjul
"Keberadaan Nusa Penida ini berperan sebagai pintu gerbang ke banyak aspek dalam konservasi dan pengelolaan laut, mulai dari dampak perubahan iklim terhadap terumbu karang, perlindungan terhadap flora fauna langka, terancam dan dilindungi, pengelolaaan ekosistem, perlibatan masyarakat, penerapan sistem zonasi dan lainnya,"jelas Sugiarta.
Selain itu, Direktur Eksekutif Coral Triangle Center, Rili Djohanin menambahkan untuk Hope Spot Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida berpotensi menginspirasi ribuan wisatawan, siswa dan dunia sebagai situs pembelajaran dari Coral Triangle Center.
Dalam hal ini berperan untuk memberikan contoh fungsi dari Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia dapat terbentuk secara kolaboratif dan dikelola dengan efektif melalui kerja sama antara masyarakat, pelaku bisnis, lembaga swadaya, dan pemerintah.
Baca juga: Lapsus - Nusa Penida dan obsesi Klungkung untuk pariwisata berkualitas
“Di Coral Triangle Center, kami yakin dengan melakukan aksi nyata untuk menyelamatkan laut, membangun kapasitas dan menyediakan sarana yang dibutuhkan agar dapat menerapkan aksi konservasi yang efektif dan berdampak baik, tidak hanya pada ekosistem laut tetapi juga pada orang-orang yang bergantung padanya," jelas Rili Djohani.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020