Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan meningkatnya kasus transmisi lokal COVID-19 di provinsi setempat karena banyak pasien yang tidak jujur menyampaikan riwayat perjalanan sebelumnya.

"Jika dilihat dari faktor risiko penyebaran COVID-19 di Bali memang masih didominasi 'imported case' atau dari pekerja migran Indonesia, tetapi kasus transmisi lokal juga terus meningkat," kata dr Suarjaya saat menjadi narasumber dalam penyerapan aspirasi secara virtual dalam masa reses anggota DPD RI Made Mangku Pastika, di Denpasar, Rabu.

Jika melihat data kasus COVID-19 di Provinsi Bali hingga Selasa (19/5), jumlah kumulatif kasus positif sebanyak 363 orang dan dari jumlah tersebut kasus transmisi lokal sejumlah 141 orang.

"Sedangkan pasien yang sembuh ada 267 orang dan yang meninggal masih tetap empat orang. Mudah-mudahan tidak bertambah lagi," ucapnya.

Baca juga: ACT Bali-Dinkes Denpasar lakukan penyemprotan disinfektan di Banjar Sanglah

Dari sembilan kabupaten/kota di Bali, kasus transmisi lokal COVID-19 yang tertinggi ada di Kabupaten Bangli, Kota Denpasar, Buleleng dan Kabupaten Karangasem. Yang jelas, sembilan kabupaten/kota di Bali semuanya sudah ada kasus positif COVID-19.

Suarjaya mencontohkan kasus pasien positif COVID-19 yang tidak jujur dan berakibat pada tingginya kasus transmisi lokal hingga lebih dari 20 orang terjadi di wilayah Bondalem, Kabupaten Buleleng.

"Pasien pertama yang menginfeksi di Bondalem, awalnya dia tidak jujur bahwa sebelumnya pernah pergi ke Surabaya. Ketika sakit dan diperiksa, pasien itu juga 'ngotot' mengatakan tidak pernah pergi ke luar daerah. Ini tentu berbahaya bagi petugas yang menangani karena menjadi kurang waspada," ujarnya pada diskusi yang menghadirkan narasumber dan peserta Kepala Pelaksana BPBD Bali Made Rentin, Dirut RS Puri Raharja dr Nyoman Sutedja, dan sejumlah praktisi kesehatan itu.

Baca juga: Round Up - Bali siaga Corona

Pasien tersebut, kemudian akhirnya menginfeksi pembantunya, anggota keluarga yang lainnya, pedagang warung di sebelah rumah hingga sampai ke pedagang pasar. "Ketika sudah pedagang di pasar yang kena, bisa dibayangkan jumlah orang yang terinfeksi bisa bertambah dengan sangat cepat," ucapnya.

Peningkatan kasus transmisi lokal COVID-19, lanjut Suarjaya, juga masih terjadi karena ada kesan masyarakat yang "meboya" atau tidak percaya dengan anjuran protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19.

"Banyak juga yang meboya sehingga ramai-ramai minum arak dan menyebabkan tingginya kasus transmisi lokal. Seperti yang terjadi dari akhir April, kasus transmisi lokal terus meningkat," katanya.

Di sisi lain, ujar Suarjaya, "kontribusi" kasus COVID-19 di Bali yang besar disumbangkan oleh pekerja migran Indonesia yang kembali ke Pulau Dewata, yang jumlahnya total mencapai sekitar 22 ribu, namun saat ini belum semua pulang ke Bali.

Sementara itu, anggota DPD RI Dapil Bali Made Mangku Pastika mengatakan memang perlu upaya lebih keras untuk mengedukasi masyarakat soal pencegahan dan penerapan disiplin protokol kesehatan COVID-19.

"COVID-19 sebenarnya tidak minta banyak dari kita, cukup pakai masker, rajin cuci tangan, disiplin menjaga jarak dan minta kita supaya lebih sehat. Sebenarnya tidak susah-susah amat jika dikerjakan dengan baik, tetapi sayangnya ada kelompok masyarakat yang sengaja 'meboya' dulu biar kelihatan beda," ucap Pastika.

Mantan Gubernur Bali dua periode itu mengapresiasi upaya penanganan COVID-19 di Pulau Dewata yang dinilai berhasil karena tingkat kesembuhan tinggi dan telah mendapat apresiasi pemerintah pusat.

Pastika mengatakan "trio" birokrat Pemprov Bali yang menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19 di daerah itu yakni Sekda Bali Dewa Made Indra, Kadis Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, dan Kepala Pelaksana BPBD Bali I Made Rentin memang benar-benar figur yang andal.

"Saya awalnya agak ketar-ketir, tetapi kemudian menjadi optimistis dengan kesiapan yang telah dilakukan semua pihak di Bali," ujarnya.

Menurut Pastika, Bali memang senantiasa menjadi perhatian dan Bali memang harus menjadi pelopor dalam bidang apapun karena dari dulu sudah biasa seperti itu.

"Melalui kesempatan diskusi secara virtual ini, saya ingin mendapatkan masukan terkait situasi eksisting COVID-19 di Bali dan rencana penanganan ke depan. Termasuk dukungan terobosan apa yang diinginkan disampaikan melalui DPD untuk disampaikan ke pusat," ucap mantan Kapolda Bali itu.

Pastika mencontohkan untuk pemeriksaan sampel spesimen swab yang dulu harus dibawa ke Balitbangkes Kementerian Kesehatan untuk mengetahui pasien positif COVID-19 atau kah tidak.

"Namun dengan akses yang saya miliki, saya langsung menelepon Bapak Doni Monardo, sehingga akhirnya Bali cepat mendapat izin dari Kementerian Kesehatan untuk bisa melakukan pemeriksaan swab di RSUP Sanglah sehingga mempercepat penanganan pasien yang terinfeksi COVID-19," kata anggota Komite II DPD RI itu.


 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020