Jakarta (Antara Bali) - Pakar filsafat politik Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia bisa dianalogikan seperti toko swalayan yang hanya melayani orang yang mempunyai uang.
"Di swalayan, kalau Anda tidak punya uang, maka pelayan toko tidak akan mendengarkan apa pun permintaan Anda. Demikian pula demokrasi kita, hanya mereka yang punya modal materi lebih yang bisa berkuasa di negeri ini," katanya dalam seminar "Sarasehan Kebangsaan" di Jakarta, Selasa.
Franz menjelaskan bahwa dalam logika swalayan, pembeli adalah raja yang dilayani oleh penjual. Penjual dalam konteks demokrasi Indonesia menurut Franz adalah rakyat dan merekalah yang akan melayani kebutuhan politikus yang membeli suara masyarakat.
"Padahal ide utama demokrasi adalah keterwakilan, politikus adalah wakil yang seharusnya melayani kebutuhan orang yang diwakilinya, bukan sebaliknya," kata pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Diyarkara tersebut.(*/R-M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Di swalayan, kalau Anda tidak punya uang, maka pelayan toko tidak akan mendengarkan apa pun permintaan Anda. Demikian pula demokrasi kita, hanya mereka yang punya modal materi lebih yang bisa berkuasa di negeri ini," katanya dalam seminar "Sarasehan Kebangsaan" di Jakarta, Selasa.
Franz menjelaskan bahwa dalam logika swalayan, pembeli adalah raja yang dilayani oleh penjual. Penjual dalam konteks demokrasi Indonesia menurut Franz adalah rakyat dan merekalah yang akan melayani kebutuhan politikus yang membeli suara masyarakat.
"Padahal ide utama demokrasi adalah keterwakilan, politikus adalah wakil yang seharusnya melayani kebutuhan orang yang diwakilinya, bukan sebaliknya," kata pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Diyarkara tersebut.(*/R-M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012