Anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) RI Dapil Bali Made Mangku Pastika mengajak para pekerja pariwisata di Pulau Dewata tetap bersikap kooperatif dan harus siap mental dalam menghadapi kondisi pariwisata Bali yang melesu akibat wabah Virus Corona baru atau COVID-19.
"Kita harus berusaha tetap kooperatif, jangan bikin ribut. Kalau bikin ribut, justru akan tambah masalah," kata Pastika saat menerima aspirasi dari puluhan anggota Federasi Serikat Pekerja Pariwisata (FSP-Par)-Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bali, di Denpasar, Senin.
Pastika mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menyebutkan bahwa ada sekitar 447 ribu masyarakat Bali yang bekerja langsung di sektor pariwisata.
"Bayangkan saja kalau ini harus berhenti sekitar 200 ribu saja karena dampak ekonomi dari Virus Corona baru, tidak tahu apa yang akan terjadi," ucapnya.
Mantan Gubernur Bali dua periode ini sangat berharap tidak sampai terjadi PHK massal terhadap tenaga kerja pariwisata, meskipun dia menyadari kondisi pariwisata Bali dihadapkan pada situasi yang sangat sulit karena telah terjadi penurunan kunjungan wisatawan yang sangat signifikan.
"Secara pribadi saya sudah ketemu dengan sebagian pemilik hotel yang memiliki ratusan, bahkan ribuan kamar dan mereka menyatakan berkomitmen tidak akan mem-PHK karyawannya. Mereka juga tidak ingin bisnisnya hancur," ucapnya.
Pemerintah, lanjut Pastika, juga dinilai sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk melakukan pemulihan atas kondisi lesunya perekonomian Bali sebagai dampak wabah COVID-19.
Dalam kesempatan itu, dia mengajak pekerja pariwisata Bali untuk membangun citra positif bahwa Bali itu aman dikunjungi melalui berbagai akun media sosial yang dimiliki.
Selain itu, Pastika juga mengusulkan supaya digelar berbagai festival untuk membuktikan bahwa sesungguhnya Bali aman dikunjungi, seperti halnya yang dilakukan komponen masyarakat Bali pasca-peristiwa Bom Bali 2002.
Dalam festival tersebut nantinya pihak hotel bisa berkontribusi menyumbang makanan misalnya ataupun yang lainnya, dan pengunjung yang datang dapat menikmati kuliner secara cuma-cuma.
Sementara itu, Putu Satyawira Marhaendra selaku Ketua Pengurus Daerah Federasi Serikat Pekerja Pariwisata (FSP-Par)- Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bali mengatakan saat ini sudah ribuan pekerja pariwisata yang berstatus kontrak ataupun pekerja harian lepas sudah dirumahkan dari pihak tempatnya bekerja.
Selain itu, sebagian pekerja juga telah diatur waktu kerjanya hanya beberapa kali dalam seminggu. Bahkan ada salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, pekerjanya diminta bekerja hanya empat kali dalam sebulan.
Kemudian, ada pula hotel-hotel yang memberlakukan kebijakan agar yang berstatus karyawan tetap mengambil semua jatah cutinya. "Rekan-rekan kami yang berstatus kontrak, banyak yang menangis dengan kondisi seperti ini," ucap Satyawira.
Dia menyadari pariwisata Bali memang sedang menghadapi goncangan, namun pihaknya sangat mengharapkan agar para pengusaha mengajak mereka berembuk untuk mencari solusi bersama atas persoalan yang dihadapi.
"Tolong kami diajak rembuk sehingga kami tidak khawatir. Ketika kita bahu-membahu, pasti nanti ada solusi karena tidak ada pekerja yang menginginkan perusahaannya bangkrut. Kalau perusahaan bangkrut, sumber nafkah kami akan hilang," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Kita harus berusaha tetap kooperatif, jangan bikin ribut. Kalau bikin ribut, justru akan tambah masalah," kata Pastika saat menerima aspirasi dari puluhan anggota Federasi Serikat Pekerja Pariwisata (FSP-Par)-Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bali, di Denpasar, Senin.
Pastika mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menyebutkan bahwa ada sekitar 447 ribu masyarakat Bali yang bekerja langsung di sektor pariwisata.
"Bayangkan saja kalau ini harus berhenti sekitar 200 ribu saja karena dampak ekonomi dari Virus Corona baru, tidak tahu apa yang akan terjadi," ucapnya.
Mantan Gubernur Bali dua periode ini sangat berharap tidak sampai terjadi PHK massal terhadap tenaga kerja pariwisata, meskipun dia menyadari kondisi pariwisata Bali dihadapkan pada situasi yang sangat sulit karena telah terjadi penurunan kunjungan wisatawan yang sangat signifikan.
"Secara pribadi saya sudah ketemu dengan sebagian pemilik hotel yang memiliki ratusan, bahkan ribuan kamar dan mereka menyatakan berkomitmen tidak akan mem-PHK karyawannya. Mereka juga tidak ingin bisnisnya hancur," ucapnya.
Pemerintah, lanjut Pastika, juga dinilai sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk melakukan pemulihan atas kondisi lesunya perekonomian Bali sebagai dampak wabah COVID-19.
Dalam kesempatan itu, dia mengajak pekerja pariwisata Bali untuk membangun citra positif bahwa Bali itu aman dikunjungi melalui berbagai akun media sosial yang dimiliki.
Selain itu, Pastika juga mengusulkan supaya digelar berbagai festival untuk membuktikan bahwa sesungguhnya Bali aman dikunjungi, seperti halnya yang dilakukan komponen masyarakat Bali pasca-peristiwa Bom Bali 2002.
Dalam festival tersebut nantinya pihak hotel bisa berkontribusi menyumbang makanan misalnya ataupun yang lainnya, dan pengunjung yang datang dapat menikmati kuliner secara cuma-cuma.
Sementara itu, Putu Satyawira Marhaendra selaku Ketua Pengurus Daerah Federasi Serikat Pekerja Pariwisata (FSP-Par)- Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bali mengatakan saat ini sudah ribuan pekerja pariwisata yang berstatus kontrak ataupun pekerja harian lepas sudah dirumahkan dari pihak tempatnya bekerja.
Selain itu, sebagian pekerja juga telah diatur waktu kerjanya hanya beberapa kali dalam seminggu. Bahkan ada salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, pekerjanya diminta bekerja hanya empat kali dalam sebulan.
Kemudian, ada pula hotel-hotel yang memberlakukan kebijakan agar yang berstatus karyawan tetap mengambil semua jatah cutinya. "Rekan-rekan kami yang berstatus kontrak, banyak yang menangis dengan kondisi seperti ini," ucap Satyawira.
Dia menyadari pariwisata Bali memang sedang menghadapi goncangan, namun pihaknya sangat mengharapkan agar para pengusaha mengajak mereka berembuk untuk mencari solusi bersama atas persoalan yang dihadapi.
"Tolong kami diajak rembuk sehingga kami tidak khawatir. Ketika kita bahu-membahu, pasti nanti ada solusi karena tidak ada pekerja yang menginginkan perusahaannya bangkrut. Kalau perusahaan bangkrut, sumber nafkah kami akan hilang," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020