Maestro tari Arja Klasik Ni Nyoman Tjandri membeberkan sejumlah pakem tari arja yang benar kepada seniman kabupaten/kota di Pulau Dewata dalam kegiatan kriyaloka atau workshop dalam serangkaian persiapan Pesta Kesenian Bali ke-42.

"Melalui workshop Arja klasik ini, harapannya dapat menjadi khasanah pelestarian budaya yang dibina secara terus-menerus. Yang membanggakan, dalam kriyaloka diikuti kalangan milenial karena memang berfaedah dengan menghadirkan narasumber maestro Tari Arja Nyoman Candri," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan "Kun" Adnyana saat membuka workshop tersebut, di Taman Budaya Provinsi Bali, di Denpasar, Selasa.

Kun Adnyana menambahkan, tari Arja di PKB 2020 merupakan bagian dari parade yang diikuti oleh kabupaten/kota se-Bali.

"Sedangkan kriyaloka ini merupakan bagian dari persiapan isian parade kabupaten/kota. Harapannya agar ada pemahaman peserta kontingen, penari, pengiring agar mendapat proyeksi pakem arja klasik yang benar sehingga ini menjadi acuan," ujarnya.

Meskipun diberikan gaya struktur tari Arja, lanjut Kun Adnyana, bukan berarti mematikan gaya masing-masing daerah yang cukup beragam.

Untuk PKB tahun ini, peserta parade Drama Arja Klasik diikuti lima kabupaten kota, diantaranya, Denpasar, Gianyar, Tabanan, Badung dan Buleleng.

"Tahun ini hanya diikuti lima kabupaten/kota, kita tahu Arja perjalananya sangat populer dan dicintai, di samping menghibur ada juga tuntunan, ada nilai kisah yang disajikan secara apik, sehingga menjadi tontonan yang penuh makna," ujarnya.

Sementara itu, workshop berlangsung menarik dan memukau. Kehadiran sosok Ninik Tjandri, demikian disapa penari Arja yang melegenda ini adalah tokoh penari serba bisa. Ninik (nenek) Tjandri yang kini berusia 71 tahun, masih bugar dan energik.

Kharisma Ninik Tjandri yang memesona, membuat peserta workshop ikut larut dalam setiap penjelasan membedah menarikan Arja itu. Satu demi satu, kelihaian menarikan pakem tari Arja diperlihatkan Tjandri kepada peserta workshop.

Beberapa tokoh diperankan seperti pemeran Mantri, Liku, Galuh, beserta tembang Arja berupa pupuh, geguritan dan sebagainya.

"Prinsipnya menarikan Arja Klasik bukanlah seperti menarikan gerakan Legong meski karakternya sama, begitupun pakem- pakem yang dipahami diantaranya kapan waktunya kliwes, nyegut, pejalan, pekelid (istilah teknik menarikan arja ) yang disesuaikan dengan iringan gamelan geguntangan harus dipahami dengan benar, sehingga sajian Arja benar-benar hidup," kata Candri usai workshop.

Tjandri, seniman dari Singapadu, Gianyar ini tidak mentoleransi gaya pakem Arja Klasik dibawakan secara urakan. Misalnya, tokoh liku dengan lelucon yang diperankan secara vulgar bahkan porno.

"Liku itu sosok yang manja, pengen disanjung, hindari yang porno, kalau toh ada yaa dibalut secara baik, penting ada lelucon tapi jangan vulgar atau porno, karena porno itu bukan karakter Tari Arja Klasik," ucap putri dari tokoh seniman I Made Kredek ini.

Baca juga: Tari Kecak sambut penumpang di Bandara Ngurah Rai

Sementara Prof Dr I Made Bandem yang juga saudara kandung Tjandri menegaskan pakem itu ada struktur. Arja sekarang adalah Arja Drama Tari Nyanyi.

Tarian itu berbasis kepada tembang, sedangkan pendramaan dapat memgambil cerita- cerita ruwatan menyesuaikan dengan tema PKB tahun ini yaitu Atma Kerti Penyucian Jiwa Pramana.

"Arja klasik selain menjadi hiburan yang sehat, hendaknya juga hiburan memberikan tuntunan," ucap Prof Bandem.

Prof Bandem mengingatkan agar para peserta parade dari lima kabupaten/kota memperhatikan durasi sajian. "Waktunya maksimal tiga jam jangan lebih, kemudian umur 17-40 tahun, iringan geguntangan. "Hindari yang porno, kalau toh ada mekulit (balutan sastra) tidak vulgar," ujarnya.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020