Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menilai, desain pembangunan perluasan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai di Kelurahan Tuban, kawasan Kuta, Kabupaten Badung, sudah sesuai dengan arsitektur daerah setempat.
"Dulu, waktu desain awal memang beberapa modelnya saya tidak setuju, towernya itu semula dirancang seperti 'meru' (atap bangunan suci Hindu yang bertumpuk-tumpuk). Saya protes tidak boleh karena 'meru' merupakan bangunan suci. Jangan berbentuk 'meru' dan mereka setuju," kata Gubernur Pastika usai mengikuti sidang paripurna di DPRD Bali di Denpasar, Selasa.
Menurutnya, beberapa ketentuan lainnya mengenai perwajahan Bandara Ngurah Rai agar menyesuaikan dengan arsitektur Bali juga telah ditepati oleh pihak pelaksana proyek perluasan bandara.
Beberapa tahun lalu, saya juga sudah minta mereka supaya sisi luar bangunan ada ciri khas Bali. Maksudnya agar ada kelihatan unsur Bali walaupun bandara itu bersifat fungsional. Di samping harus tetap menyesuaikan dengan alam sekitar, teknik, dan teknologi penerbangan yang jangan sampai keliru," ucapnya.
Ia menegaskan, terhadap berbagai kritik yang disampaikan, semua sudah ditepati oleh pihak pembangunan proyek. Termasuk mereka telah bekerja sama dengan arsitek daerah. Bahkan hingga mereka menambah biaya sebanyak Rp25 miliar untuk perubahan itu karena berubah desain dan pertambahan arsitektur Bali
"Itupun sudah pernah dipaparkan di Pemkab Badung, di depan para ahli, dan DPRD Bali. Jadi, saya kira tidak ada masalah," ujarnya. (LHS/IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Dulu, waktu desain awal memang beberapa modelnya saya tidak setuju, towernya itu semula dirancang seperti 'meru' (atap bangunan suci Hindu yang bertumpuk-tumpuk). Saya protes tidak boleh karena 'meru' merupakan bangunan suci. Jangan berbentuk 'meru' dan mereka setuju," kata Gubernur Pastika usai mengikuti sidang paripurna di DPRD Bali di Denpasar, Selasa.
Menurutnya, beberapa ketentuan lainnya mengenai perwajahan Bandara Ngurah Rai agar menyesuaikan dengan arsitektur Bali juga telah ditepati oleh pihak pelaksana proyek perluasan bandara.
Beberapa tahun lalu, saya juga sudah minta mereka supaya sisi luar bangunan ada ciri khas Bali. Maksudnya agar ada kelihatan unsur Bali walaupun bandara itu bersifat fungsional. Di samping harus tetap menyesuaikan dengan alam sekitar, teknik, dan teknologi penerbangan yang jangan sampai keliru," ucapnya.
Ia menegaskan, terhadap berbagai kritik yang disampaikan, semua sudah ditepati oleh pihak pembangunan proyek. Termasuk mereka telah bekerja sama dengan arsitek daerah. Bahkan hingga mereka menambah biaya sebanyak Rp25 miliar untuk perubahan itu karena berubah desain dan pertambahan arsitektur Bali
"Itupun sudah pernah dipaparkan di Pemkab Badung, di depan para ahli, dan DPRD Bali. Jadi, saya kira tidak ada masalah," ujarnya. (LHS/IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012