Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali Nyoman Suyasa meminta kepada Dinas Peternakan setempat terus melakukan pemantauan ke peternak babi terkait adanya wabah virus demam babi afrika (African Swine Fever/ASF) di sejumlah daerah di Pulau Dewata.
"Saya harapkan pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan agar terus melakukan pemantauan di lapangan, karena semakin merebak wabah demam babi afrika," kata Nyoman Suyasa menanggapi adanya wabah tersebut di Bali, Jumat.
Ia menegaskan bahwa pemantauan ke lapangan sangat penting, karena jika hanya menunggu laporan masyarakat akan lambat penanganannya. Saat ini para peternak babi di Bali sudah mengalami kekhawatiran dengan adanya wabah virus ASF.
"Para peternak babi saat ini merasa resah dan khawatir, sebab serangan dari wabah ASF datangnya mendadak. Dan jika sudah tertular ternak babi tersebut akan mati," ujarnya.
Politikus Partai Gerindra ini meminta kepada pemerintah daerah untuk memberikan kompensasi bagi peternak yang hewannya terkena demam ASF.
"Saya meminta kepada pemerintah untuk memikirkan jalan keluar atau solusi bagi ternak warga yang sudah mati. Bisa dilakukan dengan penggantian. Ini kasus wabah, sehingga bisa meringankan beban mereka bagi peternak tersebut," ucapnya.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali menyatakan bahwa ratusan babi yang mati sejak beberapa bulan terakhir diakibatkan oleh virus ASF.
Penyebaran ASF karena kontak langsung dengan babi liar atau babi lain yang terinfeksi. Konsumsi pakan yang terkontaminasi juga menjadi jalan penularan virus tersebut.
Pada umumnya babi yang terinfeksi ASF mengalami demam tinggi, depresi, anoreksia atau kehilangan nafsu makan, perdarahan pada kulit, sianosis (munculnya warna kebiruan pada kulit), muntah, hingga diare.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Saya harapkan pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan agar terus melakukan pemantauan di lapangan, karena semakin merebak wabah demam babi afrika," kata Nyoman Suyasa menanggapi adanya wabah tersebut di Bali, Jumat.
Ia menegaskan bahwa pemantauan ke lapangan sangat penting, karena jika hanya menunggu laporan masyarakat akan lambat penanganannya. Saat ini para peternak babi di Bali sudah mengalami kekhawatiran dengan adanya wabah virus ASF.
"Para peternak babi saat ini merasa resah dan khawatir, sebab serangan dari wabah ASF datangnya mendadak. Dan jika sudah tertular ternak babi tersebut akan mati," ujarnya.
Politikus Partai Gerindra ini meminta kepada pemerintah daerah untuk memberikan kompensasi bagi peternak yang hewannya terkena demam ASF.
"Saya meminta kepada pemerintah untuk memikirkan jalan keluar atau solusi bagi ternak warga yang sudah mati. Bisa dilakukan dengan penggantian. Ini kasus wabah, sehingga bisa meringankan beban mereka bagi peternak tersebut," ucapnya.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali menyatakan bahwa ratusan babi yang mati sejak beberapa bulan terakhir diakibatkan oleh virus ASF.
Penyebaran ASF karena kontak langsung dengan babi liar atau babi lain yang terinfeksi. Konsumsi pakan yang terkontaminasi juga menjadi jalan penularan virus tersebut.
Pada umumnya babi yang terinfeksi ASF mengalami demam tinggi, depresi, anoreksia atau kehilangan nafsu makan, perdarahan pada kulit, sianosis (munculnya warna kebiruan pada kulit), muntah, hingga diare.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020