Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengingatkan masyarakat di daerah itu untuk senantiasa mempererat tali persaudaraan guna mendukung visi pembangunan "Nangun Sat Kerthi Loka Bali".
"Selain menyajikan hal positif yang patut ditiru, epos Mahabrata juga bisa dijadikan bahan renungan bagi manusia agar jangan sekali-kali menyulut peperangan antar-saudara," kata Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu saat menghadiri Pesamuhan Agung II Manca Agung Trah Dalem Shri Aji Tegal Besung di Pura Dalem Samprangan, Gianyar, Minggu (19/1) malam.
Menurut Cok Ace, di zaman yang disebut "kaliyuga" ini sangat dibutuhkan tindakan nyata untuk mempererat rasa persaudaraan.
"Pemicu permusuhan dalam saudara itu biasanya ketamakan, kekuasaan dan harta. Mari kita jadikan bahan renungan untuk mempererat tali persaudaraan," ucapnya
Cok Ace juga mengajak "pasemetonan" atau klan Trah Dalem Shri Aji Tegal Besung untuk meningkatkan peran dalam mendukung pelaksanaan program pembangunan yang merupakan penjabaran visi pembangunan "Nangun Sat Kerthi Loka Bali".
Dia pun menyampaikan rasa syukur karena hampir selalu bisa hadir dalam kegiatan "pesamuhan" atau rapat akbar yang digelar Trah Dalem. "Ini tentunya tidak terlepas dari restu Ida Betara (Tuhan) sehingga saya selalu bisa hadir," katanya.
Orang nomor dua di Bali itupun menyatakan sepaham dengan tiga kewajiban yang menjadi pedoman Kertha Semaya Trah Dalem yaitu selalu ingat leluhur, tak pernah surut untuk belajar dan tidak pernah berhenti dalam upaya menyatukan "pasemetonan".
Bila hal itu bisa dilaksanakan dengan baik, ia yakin Pasemetonan Trah Dalem dapat menjadi teladan kepada masyarakat luas.
Baca juga: Wagub Cok Ace ajak masyarakat perkuat kerukunan antar-umat beragama
Sementara itu, Ketua Umum Manca Agung Shri Aji Tegal Besung Bali, Dewa Nyoman Oka dalam sambutannya menguraikan sejarah kelahiran Manca Agung Warih Ida Dalem Tegal Besung.
Dia menuturkan pada tahun 1352 Bali dipimpin oleh Ida Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan. Setelah 21 tahun jadi raja, tahun 1373 tahta diserahkan kepada Ida Dalem Sri Agra Samprangan. Istri kedua Ida Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan, Ni Gusti Ayu Kuta Waringin melahirkan putra Ida I Dewa Tegal Besung.
"Setelah Dalem Samprangan jadi raja dalam 7 tahun, 1380 beliau tidak melaksanakan tugas sebagai raja maka saat itu diangkat I Dewa Ketut Ngulesir di Gelgel, sehingga tahun 1380 ada raja kembar di Samprangan dan di Gelgel," katanya.
Tiga tahun berikutnya Ida Dalem Agra Samprangan wahyu keprabon, maka adik paling bungsu yaitu Ida Dewa Tegal Besung dijadikan raja dengan gelar Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung.
"Tahun 1383 sampai 1401 masih ada dua raja di Samprangan dan Gelgel. Tahun 1401 diadakan rekonsiliasi dan Ida Dalem Sri Semara Kepakisan diangkat sebagai raja, sedangkan Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung jadi yua raja," katanya.
Sebelum meninggal, Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung memanggil kelima putranya dari perkawinan dengan Ni Luh Pemaron. Kelima putranya diberi nasehat yang lebih dikenal dengan bhisama dari Ida Dalem Tegal Besung.
Baca juga: Wagub Bali minta musisi proaktif daftarkan hak cipta
"Ada tiga spirit trah Ida Dalem Tegal Besung yaitu diwajibkan ingat leluhur dengan bersembahyang di Dalem Samprangan dan di Besakih. Spirit kedua, trah Dalem Tegal Besung jangan berhenti belajar dan ketiga jagalah persaudaraan di antara "sameton", jangan melupakan "sameton" dimanapun berada," katanya.
Menurut Dewa Nyoman Oka, saat ini sejarah Manca Agung trah Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung telah dibukukan. Buku yang disusun oleh AA Gede Mayun ini mengacu pada hasil penelitian pada artikel tradisional (lontar) dan buku ilmiah yang ada.
Buku ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi pasemetonan manca agung yang hingga saat ini terus melakukan konsolidasi organisasi. Kepengurusan manca agung telah terbentuk di seluruh kabupaten/kota. "Sedangkan di tingkat kecamatan baru terbentuk di lima cabang kepengurusan," ucapnya.
Di sisi lain, Pengageng Ageng Kertha Semaya Trah Dalem Provinsi Bali Dewa Made Suamba Negara mengingatkan agar "sameton" Manca Agung menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan mendukung pelaksanaan program-program pemerintah.
Ketua Panitia Pasamuhan Dewa Putu Gede Suarjaya mengatakan kegiatan ini diikuti tak kurang dari 1.200 keluarga trah agung dari kabupaten/kota se-Bali.
Pasamuhan bertujuan mengevaluasi kegiatan yang sudah berjalan dan membahas program setahun ke depan. Pesamuhan manca agung juga diisi dengan pemberian wejangan oleh Ida Shri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun dan penyerahan hadiah berbagai lomba serangkaian Festival Manca Agung.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Selain menyajikan hal positif yang patut ditiru, epos Mahabrata juga bisa dijadikan bahan renungan bagi manusia agar jangan sekali-kali menyulut peperangan antar-saudara," kata Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu saat menghadiri Pesamuhan Agung II Manca Agung Trah Dalem Shri Aji Tegal Besung di Pura Dalem Samprangan, Gianyar, Minggu (19/1) malam.
Menurut Cok Ace, di zaman yang disebut "kaliyuga" ini sangat dibutuhkan tindakan nyata untuk mempererat rasa persaudaraan.
"Pemicu permusuhan dalam saudara itu biasanya ketamakan, kekuasaan dan harta. Mari kita jadikan bahan renungan untuk mempererat tali persaudaraan," ucapnya
Cok Ace juga mengajak "pasemetonan" atau klan Trah Dalem Shri Aji Tegal Besung untuk meningkatkan peran dalam mendukung pelaksanaan program pembangunan yang merupakan penjabaran visi pembangunan "Nangun Sat Kerthi Loka Bali".
Dia pun menyampaikan rasa syukur karena hampir selalu bisa hadir dalam kegiatan "pesamuhan" atau rapat akbar yang digelar Trah Dalem. "Ini tentunya tidak terlepas dari restu Ida Betara (Tuhan) sehingga saya selalu bisa hadir," katanya.
Orang nomor dua di Bali itupun menyatakan sepaham dengan tiga kewajiban yang menjadi pedoman Kertha Semaya Trah Dalem yaitu selalu ingat leluhur, tak pernah surut untuk belajar dan tidak pernah berhenti dalam upaya menyatukan "pasemetonan".
Bila hal itu bisa dilaksanakan dengan baik, ia yakin Pasemetonan Trah Dalem dapat menjadi teladan kepada masyarakat luas.
Baca juga: Wagub Cok Ace ajak masyarakat perkuat kerukunan antar-umat beragama
Sementara itu, Ketua Umum Manca Agung Shri Aji Tegal Besung Bali, Dewa Nyoman Oka dalam sambutannya menguraikan sejarah kelahiran Manca Agung Warih Ida Dalem Tegal Besung.
Dia menuturkan pada tahun 1352 Bali dipimpin oleh Ida Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan. Setelah 21 tahun jadi raja, tahun 1373 tahta diserahkan kepada Ida Dalem Sri Agra Samprangan. Istri kedua Ida Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan, Ni Gusti Ayu Kuta Waringin melahirkan putra Ida I Dewa Tegal Besung.
"Setelah Dalem Samprangan jadi raja dalam 7 tahun, 1380 beliau tidak melaksanakan tugas sebagai raja maka saat itu diangkat I Dewa Ketut Ngulesir di Gelgel, sehingga tahun 1380 ada raja kembar di Samprangan dan di Gelgel," katanya.
Tiga tahun berikutnya Ida Dalem Agra Samprangan wahyu keprabon, maka adik paling bungsu yaitu Ida Dewa Tegal Besung dijadikan raja dengan gelar Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung.
"Tahun 1383 sampai 1401 masih ada dua raja di Samprangan dan Gelgel. Tahun 1401 diadakan rekonsiliasi dan Ida Dalem Sri Semara Kepakisan diangkat sebagai raja, sedangkan Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung jadi yua raja," katanya.
Sebelum meninggal, Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung memanggil kelima putranya dari perkawinan dengan Ni Luh Pemaron. Kelima putranya diberi nasehat yang lebih dikenal dengan bhisama dari Ida Dalem Tegal Besung.
Baca juga: Wagub Bali minta musisi proaktif daftarkan hak cipta
"Ada tiga spirit trah Ida Dalem Tegal Besung yaitu diwajibkan ingat leluhur dengan bersembahyang di Dalem Samprangan dan di Besakih. Spirit kedua, trah Dalem Tegal Besung jangan berhenti belajar dan ketiga jagalah persaudaraan di antara "sameton", jangan melupakan "sameton" dimanapun berada," katanya.
Menurut Dewa Nyoman Oka, saat ini sejarah Manca Agung trah Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung telah dibukukan. Buku yang disusun oleh AA Gede Mayun ini mengacu pada hasil penelitian pada artikel tradisional (lontar) dan buku ilmiah yang ada.
Buku ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi pasemetonan manca agung yang hingga saat ini terus melakukan konsolidasi organisasi. Kepengurusan manca agung telah terbentuk di seluruh kabupaten/kota. "Sedangkan di tingkat kecamatan baru terbentuk di lima cabang kepengurusan," ucapnya.
Di sisi lain, Pengageng Ageng Kertha Semaya Trah Dalem Provinsi Bali Dewa Made Suamba Negara mengingatkan agar "sameton" Manca Agung menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan mendukung pelaksanaan program-program pemerintah.
Ketua Panitia Pasamuhan Dewa Putu Gede Suarjaya mengatakan kegiatan ini diikuti tak kurang dari 1.200 keluarga trah agung dari kabupaten/kota se-Bali.
Pasamuhan bertujuan mengevaluasi kegiatan yang sudah berjalan dan membahas program setahun ke depan. Pesamuhan manca agung juga diisi dengan pemberian wejangan oleh Ida Shri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun dan penyerahan hadiah berbagai lomba serangkaian Festival Manca Agung.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020