Presiden Joko Widodo meminta agar narasi besar soal Pancasila harus dapat membanjiri media sosial yang digunakan anak-anak muda.
"Media sosial Instagram, Facebook, Twitter, Snapchat, hati-hati, banyak (ideologi) lewat barang-barang ini, sekali main bisa 2-3 juta pas viral. Ideologi Pancasila harus kita sebarkan, kita banjiri narasi-narasi besarnya lewat barang-barang ini kalau tidak akan kedahuluan ideologi-ideologi baru yang menggunakan barang-barang yang tadi saya sebut," kata Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta, Selasa.
Baca juga: MPR: radikalisme pecah persatuan, Pancasila jadi kesepakatan bersama yang menyatukan
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam acara "Presidential Lecture" Internalisasi dan Pembumian Pancasila yang digagas oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Dalam acara tersebut hadir juga Ketua Dewan Pengarah BPIP yang juga Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, anggota Dewan Pengarah Sudhamek Wakil, Andreas Anangguru Yewangoe, Buya Ahmad Syafii Maarif, para menteri kabinet Indonesia Maju serta para kepala lembaga pemerintah.
"Saya melihat secara detail mereka anak-anak muda memang sekolah, memang kuliah, memang bekerja iya, anak-anak muda ini sekolah, kuliah, bekerja tapi yang mempengaruhi mereka bukan hanya guru, dosen atau bosnya, bukan, hati-hati," tambah Presiden.
Baca juga: BPIP: hoaks lemahkan nilai Pancasila
Anak-anak muda yang ada di Indonesia menurut Presiden berjumlah hingga 129 juta orang.
"Kita harus memasifkan, membumikan (Pancasila) secara cepat tapi mereka menyerap nilai-nilai, menyerap informasi menyerap pengetahuan, hati-hati sekali lagi tolong digarisbawahi dari banyak media. Saya lebih detailkan lagi dari layanan chatting, 'whatsapp', telegram, line, kakaotalk, hati-hati lewat ini penyebaran dimulai," ungkap Presiden.
Selain layanan pesan singkat, Presiden juga menyebutkan sejumlah layanan video yang menjadi acuan anak-anak muda.
Baca juga: BPIP waspadai penetrasi ideologi non-Pancasila ke ASN
"Layanan video, TV, youtube, Netflix, Iflix, Hooq? Kita harus cepat kalau tidak mau keduluan yang lain juga karena itu semua kementerian harus ngerti media apa yang harus kita pakai. BPIP juga sama, media apa yang harus kita pakai sehingga dalam menjangkau 129 juta betul-betul tembakannya kena, fokusnya ke siapa? Banjiri narasi-narasi Pancasila lewat ini," tegas Presiden.
Presiden memerintahkan agar para menteri dan kepala lembaga memahami cara berkomunikasi 129 juta anak-anak muda agar bisa membumikan Pancasila.
"Sekali lagi target utama kita anak-anak muda kita, yang kita hitung 129 juta orang. Kita harus mengerti, paham media komunikasi yang mereka gunakan apa? Semua harus mengerti ini juga, harus mengerti kegiatan mereka itu apa? Konten yang mereka sukai itu apa? Kegiatan yang mereka sukai apa? Harus teridentifikasi betul," tambah Presiden.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Media sosial Instagram, Facebook, Twitter, Snapchat, hati-hati, banyak (ideologi) lewat barang-barang ini, sekali main bisa 2-3 juta pas viral. Ideologi Pancasila harus kita sebarkan, kita banjiri narasi-narasi besarnya lewat barang-barang ini kalau tidak akan kedahuluan ideologi-ideologi baru yang menggunakan barang-barang yang tadi saya sebut," kata Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta, Selasa.
Baca juga: MPR: radikalisme pecah persatuan, Pancasila jadi kesepakatan bersama yang menyatukan
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam acara "Presidential Lecture" Internalisasi dan Pembumian Pancasila yang digagas oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Dalam acara tersebut hadir juga Ketua Dewan Pengarah BPIP yang juga Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, anggota Dewan Pengarah Sudhamek Wakil, Andreas Anangguru Yewangoe, Buya Ahmad Syafii Maarif, para menteri kabinet Indonesia Maju serta para kepala lembaga pemerintah.
"Saya melihat secara detail mereka anak-anak muda memang sekolah, memang kuliah, memang bekerja iya, anak-anak muda ini sekolah, kuliah, bekerja tapi yang mempengaruhi mereka bukan hanya guru, dosen atau bosnya, bukan, hati-hati," tambah Presiden.
Baca juga: BPIP: hoaks lemahkan nilai Pancasila
Anak-anak muda yang ada di Indonesia menurut Presiden berjumlah hingga 129 juta orang.
"Kita harus memasifkan, membumikan (Pancasila) secara cepat tapi mereka menyerap nilai-nilai, menyerap informasi menyerap pengetahuan, hati-hati sekali lagi tolong digarisbawahi dari banyak media. Saya lebih detailkan lagi dari layanan chatting, 'whatsapp', telegram, line, kakaotalk, hati-hati lewat ini penyebaran dimulai," ungkap Presiden.
Selain layanan pesan singkat, Presiden juga menyebutkan sejumlah layanan video yang menjadi acuan anak-anak muda.
Baca juga: BPIP waspadai penetrasi ideologi non-Pancasila ke ASN
"Layanan video, TV, youtube, Netflix, Iflix, Hooq? Kita harus cepat kalau tidak mau keduluan yang lain juga karena itu semua kementerian harus ngerti media apa yang harus kita pakai. BPIP juga sama, media apa yang harus kita pakai sehingga dalam menjangkau 129 juta betul-betul tembakannya kena, fokusnya ke siapa? Banjiri narasi-narasi Pancasila lewat ini," tegas Presiden.
Presiden memerintahkan agar para menteri dan kepala lembaga memahami cara berkomunikasi 129 juta anak-anak muda agar bisa membumikan Pancasila.
"Sekali lagi target utama kita anak-anak muda kita, yang kita hitung 129 juta orang. Kita harus mengerti, paham media komunikasi yang mereka gunakan apa? Semua harus mengerti ini juga, harus mengerti kegiatan mereka itu apa? Konten yang mereka sukai itu apa? Kegiatan yang mereka sukai apa? Harus teridentifikasi betul," tambah Presiden.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019