Sebanyak 14 jenazah telantar yang sebelumnya dititipkan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, menjalani prosesi upacara kremasi massal sesuai dengan Agama Hindu di Krematorium Taman Mumbul, Nusa Dua, Kabupaten Badung.
"Sebelumnya ada 20 jenazah telantar di Sanglah, tetapi yang dikremasi hari ini 14 jenazah," kata Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra di sela-sela acara kremasi tersebut di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Kamis.
Sementara sisanya, menurut Dewa Mahendra, dua diantaranya digunakan sebagai barang bukti oleh pihak kepolisian dan empat jenazah lainnya digunakan untuk penelitian akademis RSUP Sanglah.
"Setiap tahun, khususnya menjelang akhir tahun, bekerja sama dengan RSUP Sanglah, kami selalu fasilitasi upacara kremasi bagi jenazah-jenazah telantar ," ucapnya.
Menurut Dewa Mahendra, jenazah telantar yang dititipkan di RSUP Sanglah itu ada yang merupakan korban kecelakaan, korban pembunuhan, maupun sempat mendapat perawatan di rumah sakit, namun kemudian tidak ada pihak yang bertanggung jawab.
"Ada yang ditemukan tanpa identitas sama sekali, ada juga yang memiliki identitas, namun memang ditelantarkan pihak keluarga. Usianya pun bervariasi. Tidak saja jenazah orang dewasa, tetapi ada juga jenazah balita," kata mantan Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali itu.
Mirisnya lagi, lanjut dia, tidak sedikit kondisi mayat telantar itu yang sudah tidak utuh atau hanya potongan bagian-bagian tubuh manusia.
"Upacara kremasi dilakukan secara Hindu karena ketentuannya dimana mayat ditemukan, maka akan mengikuti upacara mayoritas pemeluk agama di daerah tersebut. Kita di Bali mayoritas pemeluk Agama Hindu, jadi upacara kremasi dilangsungkan menurut Hindu," ujar mantan Penjabat Bupati Bangli itu.
Dengan telah dilangsungkan upacara kremasi dan abu jenazah juga sudah dilarung di Pantai Padanggalak, Kota Denpasar, Dewa Mahendra berharap jenazah tersebut tidak lagi menyebabkan "leteh" atau kekotoran secara rohani bagi lingkungan dan alam Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Sebelumnya ada 20 jenazah telantar di Sanglah, tetapi yang dikremasi hari ini 14 jenazah," kata Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra di sela-sela acara kremasi tersebut di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Kamis.
Sementara sisanya, menurut Dewa Mahendra, dua diantaranya digunakan sebagai barang bukti oleh pihak kepolisian dan empat jenazah lainnya digunakan untuk penelitian akademis RSUP Sanglah.
"Setiap tahun, khususnya menjelang akhir tahun, bekerja sama dengan RSUP Sanglah, kami selalu fasilitasi upacara kremasi bagi jenazah-jenazah telantar ," ucapnya.
Menurut Dewa Mahendra, jenazah telantar yang dititipkan di RSUP Sanglah itu ada yang merupakan korban kecelakaan, korban pembunuhan, maupun sempat mendapat perawatan di rumah sakit, namun kemudian tidak ada pihak yang bertanggung jawab.
"Ada yang ditemukan tanpa identitas sama sekali, ada juga yang memiliki identitas, namun memang ditelantarkan pihak keluarga. Usianya pun bervariasi. Tidak saja jenazah orang dewasa, tetapi ada juga jenazah balita," kata mantan Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali itu.
Mirisnya lagi, lanjut dia, tidak sedikit kondisi mayat telantar itu yang sudah tidak utuh atau hanya potongan bagian-bagian tubuh manusia.
"Upacara kremasi dilakukan secara Hindu karena ketentuannya dimana mayat ditemukan, maka akan mengikuti upacara mayoritas pemeluk agama di daerah tersebut. Kita di Bali mayoritas pemeluk Agama Hindu, jadi upacara kremasi dilangsungkan menurut Hindu," ujar mantan Penjabat Bupati Bangli itu.
Dengan telah dilangsungkan upacara kremasi dan abu jenazah juga sudah dilarung di Pantai Padanggalak, Kota Denpasar, Dewa Mahendra berharap jenazah tersebut tidak lagi menyebabkan "leteh" atau kekotoran secara rohani bagi lingkungan dan alam Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019