PT Pertamina (Persero) melalui anak usaha sektor hulu Pertamina Geothermal Energy terus menggenjot produksi energi panas bumi dari 14 wilayah kerja kuasa pengusahaan dan 2 wilayah kerja izin panas bumi dengan total kapasitas terpasang mencapai 1.877 megawatt (MW).
Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan H Samsu di Jakarta, Selasa, menjelaskan bahwa dari 14 wilayah kerja tersebut, terdapat 5 area panas bumi yang sudah berproduksi dan 1 proyek yang sudah selesai konstruksi dioperasikan sendiri oleh PGE, 5 area secara joint operation, 3 dalam fase pengembangan proyek panas bumi, dan 3 wilayah kerja panas bumi dalam tahap eksplorasi.
“Dengan total kapasitas terpasang sebesar itu, anak usaha Pertamina ini menduduki posisi ke-6 di antara perusahaan panas bumi terbesar di dunia. Kami optimistis, ke depan akan mencapai target yang lebih besar,” tegasnya.
Menurut Dharmawan, dari proyek tersebut, kapasitas terpasang yang dioperasikan sendiri oleh PGE (own operation) sebesar 672 MW dan dilakukan melalui skema upstream project dan total project.
Baca juga: Pertamina klaim laba triwulan III/2019 sebesar 753 juta Dolar Amerika
Proyek berada di Area Kamojang Jawa Barat dengan kapasitas terpasang sebesar 235 MW, Area Lahendong Sulawesi Utara (120 MW), Area Karaha – Jawa Barat (30 MW), Area Ulubelu – Lampung (220 MW), Area Sibayak – Sumatra Utara (12 MW), serta Proyek Lumut Balai – Sumatera Selatan dengan pekerjaan konstruksi Unit I (55 MW) dan telah berhasil diselesaikan dengan skema total project.
Di samping itu, lanjutnya, PGE juga melaksanakan pengusahaan Wilayah Kerjanya melalui skema Joint Operation Contract (JOC). Dalam skema ini pembangunan dan pengoperasian lapangan panas bumi yang berada pada WKP PGE tersebut dilaksanakan oleh Kontraktor JOC.
Saat ini ada 5 JOC yang dikelola oleh PGE yaitu JOC Sarulla di Sumatera Utara, JOC Cibeureum Parabakti (Salak) di Jawa Barat, JOC Darajat di Jawa Barat, JOC Pangalengan (Wayang Windu) di Jawa Barat, dan JOC Tabanan di Bali. Secara keseluruhan, total kapasitas terpasang mencapai 1.205 MW.
“Hingga saat ini, dari seluruh WKP yang dikelola PGE baik own operation maupun JOC, Pertamina berkontribusi sekitar 91 persen dari total kapasitas terpasang geothermal di Indonesia,” ungkapnya.
Baca juga: Telkomsel-Pertamina Patra Niaga lakukan digitalisasi moda transportasi pengangkut BBM
Dharmawan menambahkan, dalam skema upstream project, PGE bertindak sebagai penjual panas bumi untuk disalurkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) milik pembeli, sedangkan dalam skema total project, PGE bertindak sebagai penjual tenaga listrik yang dibangkitkan dari PLTP milik PGE untuk disalurkan ke jaringan transmisi/distribusi milik PT PLN (Persero) sebagai pembeli.
“Kami akan terus mendukung pemerintah dan mitra dengan PLN untuk mempercepat target 35 ribu MW kelistrikan nasional,” jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan H Samsu di Jakarta, Selasa, menjelaskan bahwa dari 14 wilayah kerja tersebut, terdapat 5 area panas bumi yang sudah berproduksi dan 1 proyek yang sudah selesai konstruksi dioperasikan sendiri oleh PGE, 5 area secara joint operation, 3 dalam fase pengembangan proyek panas bumi, dan 3 wilayah kerja panas bumi dalam tahap eksplorasi.
“Dengan total kapasitas terpasang sebesar itu, anak usaha Pertamina ini menduduki posisi ke-6 di antara perusahaan panas bumi terbesar di dunia. Kami optimistis, ke depan akan mencapai target yang lebih besar,” tegasnya.
Menurut Dharmawan, dari proyek tersebut, kapasitas terpasang yang dioperasikan sendiri oleh PGE (own operation) sebesar 672 MW dan dilakukan melalui skema upstream project dan total project.
Baca juga: Pertamina klaim laba triwulan III/2019 sebesar 753 juta Dolar Amerika
Proyek berada di Area Kamojang Jawa Barat dengan kapasitas terpasang sebesar 235 MW, Area Lahendong Sulawesi Utara (120 MW), Area Karaha – Jawa Barat (30 MW), Area Ulubelu – Lampung (220 MW), Area Sibayak – Sumatra Utara (12 MW), serta Proyek Lumut Balai – Sumatera Selatan dengan pekerjaan konstruksi Unit I (55 MW) dan telah berhasil diselesaikan dengan skema total project.
Di samping itu, lanjutnya, PGE juga melaksanakan pengusahaan Wilayah Kerjanya melalui skema Joint Operation Contract (JOC). Dalam skema ini pembangunan dan pengoperasian lapangan panas bumi yang berada pada WKP PGE tersebut dilaksanakan oleh Kontraktor JOC.
Saat ini ada 5 JOC yang dikelola oleh PGE yaitu JOC Sarulla di Sumatera Utara, JOC Cibeureum Parabakti (Salak) di Jawa Barat, JOC Darajat di Jawa Barat, JOC Pangalengan (Wayang Windu) di Jawa Barat, dan JOC Tabanan di Bali. Secara keseluruhan, total kapasitas terpasang mencapai 1.205 MW.
“Hingga saat ini, dari seluruh WKP yang dikelola PGE baik own operation maupun JOC, Pertamina berkontribusi sekitar 91 persen dari total kapasitas terpasang geothermal di Indonesia,” ungkapnya.
Baca juga: Telkomsel-Pertamina Patra Niaga lakukan digitalisasi moda transportasi pengangkut BBM
Dharmawan menambahkan, dalam skema upstream project, PGE bertindak sebagai penjual panas bumi untuk disalurkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) milik pembeli, sedangkan dalam skema total project, PGE bertindak sebagai penjual tenaga listrik yang dibangkitkan dari PLTP milik PGE untuk disalurkan ke jaringan transmisi/distribusi milik PT PLN (Persero) sebagai pembeli.
“Kami akan terus mendukung pemerintah dan mitra dengan PLN untuk mempercepat target 35 ribu MW kelistrikan nasional,” jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019