Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menyatakan pihaknya mendukung program "Great Bali Xperience 2019" sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata.
"Kami sangat mendukung, karena kami memiliki tugas untuk menstabilkan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pariwisata menjadi pilar penting pertumbuhan ekonomi sehingga harus didukung all out," kata Trisno Nugroho saat menjadi pemateri dalam sosialisasi "Great Bali Xperience 2019, Mendukung Pertumbuhan Ekonomi dan Mengakselerasi Pariwisata Bali Tahun 2019" di Kantor Perwakilan BI Bali, di Denpasar, Jumat.
Melalui "Great Bali Xperience 2019", pengusaha hotel, restoran, dan ritel di Bali akan menawarkan diskon besar-besaran mulai Oktober mendatang hingga awal Desember 2019 untuk mengakselerasi kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata.
Menurut Trisno, tidak bisa dimungkiri bahwa sektor pariwisata menjadi kunci pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Bali. Data dalam lima tahun terakhir menunjukkan korelasi kunjungan wisman dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 0,5 persen.
"Angka ini artinya sangat kuat, bukti yang paling mudah dilihat khususnya saat pertemuan IMF-World Bank pada Oktober 2019. Bali didatangi tidak saja peserta pertemuan, tetapi juga oleh keluarga para delegasi sehingga okupansi hotel meningkat tajam," ucapnya.
Baca juga: Oktober, hotel-restoran di Bali tawarkan diskon besar-besaran
Dampak dari kegiatan internasional tersebut, lanjut Trisno, telah mendorong pertumbuhan ekonomi Bali menjadi 7,59 persen. "Artinya, kalau agenda internasional itu ada di Bali sekali atau dua kali saja setiap tahun, itu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Bali cukup tinggi," ujarnya.
Trisno mengatakan jika dalam kegiatan internasional di Bali dihadiri 5-10 ribu wisman, menurut dia, tidak akan sulit untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas enam persen.
"Kami pasti mendorong sektor pariwisata karena kunci pertumbuhan ekonomi. Tetapi kita harus bersatu, tidak bisa lagi sendiri-sendiri yang penting hotel penuh," ucapnya.
Trisno mengingatkan betapa dampak berganda dari sektor pariwisata sangat luar biasa mulai dari UMKM, angkutan berbasis daring, sewa motor, sewa mobil, akomodasi makan minum, dan sebagainya yang terkena dampak positif.
Baca juga: Wagub Bali minta masukan rektor sinergikan teknologi-wisata budaya
Namun, lanjut dia, yang harus diperhatikan, kunjungan wisman ke Bali menunjukkan tren penurunan pada 2019 dengan pertumbuhan negatif. Bahkan pada Juli 2019 terjadi pertumbuhan terendah dalam kurun lima tahun terakhir. Kunjungan wisman ke Bali periode Januari-Juli 2019 mencapai 3,46 juta jiwa (37,18 persen dari total kunjungan wisman ke Indonesia).
"Kontraksi wisman periode Januari-Juli 2019 terutama disebabkan penurunan kunjungan wisman Tiongkok dan India. Tantangan pariwisata Bali, semakin berkembangnya tujuan destinasi negara lain, mendorong semakin meningkatnya kunjungan wisman ke negara tersebut sehingga Bali harus terus berbenah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Kami sangat mendukung, karena kami memiliki tugas untuk menstabilkan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pariwisata menjadi pilar penting pertumbuhan ekonomi sehingga harus didukung all out," kata Trisno Nugroho saat menjadi pemateri dalam sosialisasi "Great Bali Xperience 2019, Mendukung Pertumbuhan Ekonomi dan Mengakselerasi Pariwisata Bali Tahun 2019" di Kantor Perwakilan BI Bali, di Denpasar, Jumat.
Melalui "Great Bali Xperience 2019", pengusaha hotel, restoran, dan ritel di Bali akan menawarkan diskon besar-besaran mulai Oktober mendatang hingga awal Desember 2019 untuk mengakselerasi kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata.
Menurut Trisno, tidak bisa dimungkiri bahwa sektor pariwisata menjadi kunci pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Bali. Data dalam lima tahun terakhir menunjukkan korelasi kunjungan wisman dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 0,5 persen.
"Angka ini artinya sangat kuat, bukti yang paling mudah dilihat khususnya saat pertemuan IMF-World Bank pada Oktober 2019. Bali didatangi tidak saja peserta pertemuan, tetapi juga oleh keluarga para delegasi sehingga okupansi hotel meningkat tajam," ucapnya.
Baca juga: Oktober, hotel-restoran di Bali tawarkan diskon besar-besaran
Dampak dari kegiatan internasional tersebut, lanjut Trisno, telah mendorong pertumbuhan ekonomi Bali menjadi 7,59 persen. "Artinya, kalau agenda internasional itu ada di Bali sekali atau dua kali saja setiap tahun, itu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Bali cukup tinggi," ujarnya.
Trisno mengatakan jika dalam kegiatan internasional di Bali dihadiri 5-10 ribu wisman, menurut dia, tidak akan sulit untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas enam persen.
"Kami pasti mendorong sektor pariwisata karena kunci pertumbuhan ekonomi. Tetapi kita harus bersatu, tidak bisa lagi sendiri-sendiri yang penting hotel penuh," ucapnya.
Trisno mengingatkan betapa dampak berganda dari sektor pariwisata sangat luar biasa mulai dari UMKM, angkutan berbasis daring, sewa motor, sewa mobil, akomodasi makan minum, dan sebagainya yang terkena dampak positif.
Baca juga: Wagub Bali minta masukan rektor sinergikan teknologi-wisata budaya
Namun, lanjut dia, yang harus diperhatikan, kunjungan wisman ke Bali menunjukkan tren penurunan pada 2019 dengan pertumbuhan negatif. Bahkan pada Juli 2019 terjadi pertumbuhan terendah dalam kurun lima tahun terakhir. Kunjungan wisman ke Bali periode Januari-Juli 2019 mencapai 3,46 juta jiwa (37,18 persen dari total kunjungan wisman ke Indonesia).
"Kontraksi wisman periode Januari-Juli 2019 terutama disebabkan penurunan kunjungan wisman Tiongkok dan India. Tantangan pariwisata Bali, semakin berkembangnya tujuan destinasi negara lain, mendorong semakin meningkatnya kunjungan wisman ke negara tersebut sehingga Bali harus terus berbenah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019