Kementerian Pemuda dan Olahraga RI (Kemenpora) menemukan bahwa dari hasil evaluasi kejuaraan "2nd Indonesia International Weightlifting Championships" terdapat 60 persen angkatan yang dilakukan lifter nasional mengalami kegagalan.
Menurut Asdep Pembibitan dan IPTEK Olahraga Kemenpora RI Washinton, hal ini menjadi perhatiannya secara khusus bersama dengan Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI).
"Hasil evaluasinya ditemukan anak-anak masih membuat kesalahan angkatan mencapai 60 persen. Ini akan jadi acuan untuk pelaksanaan tahun depan, semoga ada perbaikan signifikan," kata Washinton di Semarang, Rabu.
Ia berharap para pelatih angkat besi baik sekolah olahraga seperti PPOP, PPLP, atau PPLM maupun klub bisa mengevaluasi kegagalan tersebut.
Baca juga: Tujuh lifter Rusia positif gunakan doping
Baca juga: KONI dukung angkat besi miliki tempat latihan Pelatnas
Kemenpora akan mencari tahu penyebab pasti munculnya angka tersebut, serta memantau pola pelatihan yang diberikan kepada lifter di lokasi asal.
"Masalahnya apa, evaluasi dan solusinya apa. PB harus tetap memberikan konsep, tinggal kami mengawasi untuk menyinkronkan perencanaan yang mereka buat dengan pendanaan dari kami," pungkas Washinton.
Kegiatan yang berlangsung di GOR Tri Lomba Juang Kota Semarang pada 29 Agustus-5 September ini diikuti sebanyak 270 peserta yang terdiri atas 40 klub dan pengurus cabang, serta dari tiga negara asing yaitu Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Melalui kegiatan ini, diharapkan para lifter muda bisa mempertahankan minatnya di cabang olahraga angkat besi melalui kompetisi berkelas internasional.
Menurut Washinton, dengan adanya saingan dari luar negeri bisa menumbuhkan nuansa kompetisi yang lebih menantang jika dibandingkan hanya diikuti lifter-lifter lokal.
"Kami buat internasional memang ada tujuannya, untuk menarik minat bibit atlet ini. Karena sensasi berkompetisinya pasti berbeda kalau hanya menghadapi lawan-lawan lokal," katanya menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Menurut Asdep Pembibitan dan IPTEK Olahraga Kemenpora RI Washinton, hal ini menjadi perhatiannya secara khusus bersama dengan Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI).
"Hasil evaluasinya ditemukan anak-anak masih membuat kesalahan angkatan mencapai 60 persen. Ini akan jadi acuan untuk pelaksanaan tahun depan, semoga ada perbaikan signifikan," kata Washinton di Semarang, Rabu.
Ia berharap para pelatih angkat besi baik sekolah olahraga seperti PPOP, PPLP, atau PPLM maupun klub bisa mengevaluasi kegagalan tersebut.
Baca juga: Tujuh lifter Rusia positif gunakan doping
Baca juga: KONI dukung angkat besi miliki tempat latihan Pelatnas
Kemenpora akan mencari tahu penyebab pasti munculnya angka tersebut, serta memantau pola pelatihan yang diberikan kepada lifter di lokasi asal.
"Masalahnya apa, evaluasi dan solusinya apa. PB harus tetap memberikan konsep, tinggal kami mengawasi untuk menyinkronkan perencanaan yang mereka buat dengan pendanaan dari kami," pungkas Washinton.
Kegiatan yang berlangsung di GOR Tri Lomba Juang Kota Semarang pada 29 Agustus-5 September ini diikuti sebanyak 270 peserta yang terdiri atas 40 klub dan pengurus cabang, serta dari tiga negara asing yaitu Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Melalui kegiatan ini, diharapkan para lifter muda bisa mempertahankan minatnya di cabang olahraga angkat besi melalui kompetisi berkelas internasional.
Menurut Washinton, dengan adanya saingan dari luar negeri bisa menumbuhkan nuansa kompetisi yang lebih menantang jika dibandingkan hanya diikuti lifter-lifter lokal.
"Kami buat internasional memang ada tujuannya, untuk menarik minat bibit atlet ini. Karena sensasi berkompetisinya pasti berbeda kalau hanya menghadapi lawan-lawan lokal," katanya menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019