Komunitas seniman jalanan dengan konsep membangun ruang gembira, menularkan kegembiraan ke Kabupaten Jembrana, Bali dengan memperagakan beberapa jenis karya seni seperti musik dan lukisan mural.
Bertempat di Rompyok Kopi milik Komunitas Kertas Budaya di Kota Negara, Jumat, sejumlah anak muda kreatif dalam wadah Komunitas Ruang Gembira, berekspresi dengan pertunjukan musik dan seni mural.
"Kegiatan-kegiatan kesenian, apapun jenis dan alirannya, para seniman cukup sering menampilkan karyanya disini," kata Koordinator Komunitas Kertas Budaya Nanoq da Kansas.
Laki-laki kurus dan gondrong ini mengatakan, pihaknya membuka dan mengelola Rompyok Kopi Kertas Budaya memang untuk menampung ide-ide kreatif, dengan menyediakan ruang seluas-luasnya bagi pemilik ide berikut karyanya.
Setiap hari di rompyok atau warung yang berada di bilangan Jalan Udayana, Negara tersebut berkumpul remaja termasuk anak-anak sekolah yang berlatih berbagai bentuk kesenian seperti musik, lukis, teater, pembacaan puisi dan lain-lain.
Karena dikhususkan untuk menampung karya seni, ia bersama anggota Komunitas Kertas Budaya menerima dengan gembira kedatangan Komunitas Ruang Gembira, yang tampil dengan musik gaya mereka serta membuat lukisan mural pada papan triplek sepanjang kurang lebih 10 meter di depan rompyok tersebut.
Terkait keberadaannya di Kabupaten Jembrana, Koordinator Komunitas Ruang Gembira Yuniorika mengatakan, Negara merupakan kota pertama yang disinggahi komunitas yang bermarkas di Denpasar tersebut.
"Kami juga ingin tahu geliat seni di kota-kota lain. Dengan berkunjung ke beberapa kota, kami berharap mendapatkan sesuatu proses kreatif yang memperkaya karya kami," katanya.
Ia mengatakan, komunitas yang dikelola oleh lima orang ini memiliki anggota dengan berbagai latar belakang kesenian mulai musik, lukisan (khususnya mural), fotografer dan lain-lain.
Menurutnya, apa yang dilakukan komunitasnya lebih pada seni jalanan dengan awal menjadikan Kota Denpasar sebagai ruang seni.
"Dalam berkarya kami tidak membatasi dengan ruang dan waktu. Untuk kami, Kota Denpasar adalah kanvas dan ruang untuk menampilkan berbagai karya," katanya.
Baca juga: Sembilan seniman Bali dapat penghargaan Dharma Kusuma
Dengan berisi berbagai latar belakang kemampuan seni, menurutnya, banyak ide-ide kolaborasi yang diperoleh anggota komunitas tersebut, seperti sinergi antara pentas musik, fashion dan seni rupa dalam wujud tata cahaya.
Di Kota Negara, untuk lukisan mural, komunitas ini berkolaborasi dengan Ganda Semara, seorang seniman lukis yang cukup lama menghilang.
Dengan latar belakang dan pandangan karya seni lukis yang berbeda, mereka berkolaborasi menciptakan lukisan naga dengan goresan-goresan surealis.
Ganda dengan kuasnya membuat satu bidang papan triplek menjadi bentuk kepala naga yang terasa nuansa Bali, sementara sejumlah anak muda Komunitas Ruang Gembira menyambung dengan lukisan mural menggunakan cat semprot.
"Tidak mudah menyambungkan dua generasi pelukis ini. Ganda dengan cara konvensional dalam arti menggunakan cat dan kuas, sementara anak-anak muda itu menggunakan cat semprot. Tapi apapun hasilnya, inilah sebuah karya seni yang saya yakini masing-masing orang akan mendapatkan pengalaman darinya," kata Dodek, salah seorang inisiator kolaborasi dua aliran lukis ini.
Baca juga: 1-7 Agustus, pameran "@rtquarelle" tampilkan lukisan karya seniman 56 negara
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Bertempat di Rompyok Kopi milik Komunitas Kertas Budaya di Kota Negara, Jumat, sejumlah anak muda kreatif dalam wadah Komunitas Ruang Gembira, berekspresi dengan pertunjukan musik dan seni mural.
"Kegiatan-kegiatan kesenian, apapun jenis dan alirannya, para seniman cukup sering menampilkan karyanya disini," kata Koordinator Komunitas Kertas Budaya Nanoq da Kansas.
Laki-laki kurus dan gondrong ini mengatakan, pihaknya membuka dan mengelola Rompyok Kopi Kertas Budaya memang untuk menampung ide-ide kreatif, dengan menyediakan ruang seluas-luasnya bagi pemilik ide berikut karyanya.
Setiap hari di rompyok atau warung yang berada di bilangan Jalan Udayana, Negara tersebut berkumpul remaja termasuk anak-anak sekolah yang berlatih berbagai bentuk kesenian seperti musik, lukis, teater, pembacaan puisi dan lain-lain.
Karena dikhususkan untuk menampung karya seni, ia bersama anggota Komunitas Kertas Budaya menerima dengan gembira kedatangan Komunitas Ruang Gembira, yang tampil dengan musik gaya mereka serta membuat lukisan mural pada papan triplek sepanjang kurang lebih 10 meter di depan rompyok tersebut.
Terkait keberadaannya di Kabupaten Jembrana, Koordinator Komunitas Ruang Gembira Yuniorika mengatakan, Negara merupakan kota pertama yang disinggahi komunitas yang bermarkas di Denpasar tersebut.
"Kami juga ingin tahu geliat seni di kota-kota lain. Dengan berkunjung ke beberapa kota, kami berharap mendapatkan sesuatu proses kreatif yang memperkaya karya kami," katanya.
Ia mengatakan, komunitas yang dikelola oleh lima orang ini memiliki anggota dengan berbagai latar belakang kesenian mulai musik, lukisan (khususnya mural), fotografer dan lain-lain.
Menurutnya, apa yang dilakukan komunitasnya lebih pada seni jalanan dengan awal menjadikan Kota Denpasar sebagai ruang seni.
"Dalam berkarya kami tidak membatasi dengan ruang dan waktu. Untuk kami, Kota Denpasar adalah kanvas dan ruang untuk menampilkan berbagai karya," katanya.
Baca juga: Sembilan seniman Bali dapat penghargaan Dharma Kusuma
Dengan berisi berbagai latar belakang kemampuan seni, menurutnya, banyak ide-ide kolaborasi yang diperoleh anggota komunitas tersebut, seperti sinergi antara pentas musik, fashion dan seni rupa dalam wujud tata cahaya.
Di Kota Negara, untuk lukisan mural, komunitas ini berkolaborasi dengan Ganda Semara, seorang seniman lukis yang cukup lama menghilang.
Dengan latar belakang dan pandangan karya seni lukis yang berbeda, mereka berkolaborasi menciptakan lukisan naga dengan goresan-goresan surealis.
Ganda dengan kuasnya membuat satu bidang papan triplek menjadi bentuk kepala naga yang terasa nuansa Bali, sementara sejumlah anak muda Komunitas Ruang Gembira menyambung dengan lukisan mural menggunakan cat semprot.
"Tidak mudah menyambungkan dua generasi pelukis ini. Ganda dengan cara konvensional dalam arti menggunakan cat dan kuas, sementara anak-anak muda itu menggunakan cat semprot. Tapi apapun hasilnya, inilah sebuah karya seni yang saya yakini masing-masing orang akan mendapatkan pengalaman darinya," kata Dodek, salah seorang inisiator kolaborasi dua aliran lukis ini.
Baca juga: 1-7 Agustus, pameran "@rtquarelle" tampilkan lukisan karya seniman 56 negara
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019