Denpasar, 7/11 (Antara Bali) - Kegiatan ekspor alat musik tradisional Bali ke pasaran luar negeri dalam beberapa waktu terakhir mengalami kelesuan sebagai dampak dari krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat.
"Sekarang, yang paling menyedihkan perdagangan alat musik tradisonal ke pasaran ekspor. Bahkan ada pengrajin yang gulung tikar," kata Made Suweta, pengrajin sekaligus pengusaha kerajinan bambu asal Gianyar di Denpasar, Senin.
Kondisi sekarang jauh berbeda dari lima tahun lalu, sekarang pengrajin banyak mengalihkan profesi, menjadi tukang bangunan atau kembali menjadi petani dan peternak.
Kondisi pasar kurang menguntungkan. Oleh sebab itu, tidak banyak hasil kerajinan maasyarakat seperti seruling, "tingklik" (jenis gamelan dari bambu), dan berbagai jenis alat musik dari bambu lainnya sangat sedikit pengapalan ke luar negeri dalam periode 2011.
Menurut dia, pembeli alat musik tradisional Bali memang belum tentu mengetahui bahwa seni gamelan karena mereka menjadikannya sebagai pajangan di rumahnya sebagai kebanggaan bahwa yang bersangkutan pernah ke Pulau Dewata.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Sekarang, yang paling menyedihkan perdagangan alat musik tradisonal ke pasaran ekspor. Bahkan ada pengrajin yang gulung tikar," kata Made Suweta, pengrajin sekaligus pengusaha kerajinan bambu asal Gianyar di Denpasar, Senin.
Kondisi sekarang jauh berbeda dari lima tahun lalu, sekarang pengrajin banyak mengalihkan profesi, menjadi tukang bangunan atau kembali menjadi petani dan peternak.
Kondisi pasar kurang menguntungkan. Oleh sebab itu, tidak banyak hasil kerajinan maasyarakat seperti seruling, "tingklik" (jenis gamelan dari bambu), dan berbagai jenis alat musik dari bambu lainnya sangat sedikit pengapalan ke luar negeri dalam periode 2011.
Menurut dia, pembeli alat musik tradisional Bali memang belum tentu mengetahui bahwa seni gamelan karena mereka menjadikannya sebagai pajangan di rumahnya sebagai kebanggaan bahwa yang bersangkutan pernah ke Pulau Dewata.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011