Pemerintah Kota Denpasar melalui Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Kota Denpasar menggandeng Sanggar Hung Bali dan Sekaa Rare Anggon Andel-Andel mendiskusikan layang-layang tradisional Bali yang bertajuk "Mai Melayangan" di areal Pura Dalem Pengembak Sanur.
Ketua FORMI Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Bagus Mataram saat ditemui di Denpasar, Senin, mengatakan penyelenggaraan workshop layang-layang tradisional Bali "Mai Melayangan" diharapkan dapat menjadi ajang memperkenalkan warisan budaya leluhur sejak dini kepada anak-anak.
"Selain itu pelaksanaan kegiatan ini juga sebagai upaya penguatan kebudayaan sesuai dengan visi misi Kota Denpasar sebagai kota berwawasan budaya," ujar Bagus Mataram.
Ketua Panitia acara, I Gede Arya Swastika mengatakan workshop layang-layang tradisional Bali "Mai Melayangan" yang diselenggarakan FORMI Kota Denpasar bersama Sanggar Hung Bali dan Sekaa Rare Anggon Andel-Andel ini mengambil tema "Mengolahragakan Masyarakat, Dalam Melestarikan Permainan Rakyat Melalui Budaya dan Tradisi", dan tahun ini merupakan pertama kali penyelenggaraan.
Workshop ini melibatkan perwakilan siswa sekolah dasar se-Kota Denpasar yang dibagi menjadi 25 kelompok terdiri dari lima orang siswa yang ditugaskan mengerjakan layang-layang tradisional Bali jenis Bebean berukuran 120 cm dengan dibimbing sejumlah narasumber, di antaranya I Kadek Suprapta Meranggi, I Nyoman Danu Budiarta serta I Gede Agus Suprapta.
Selain itu dilaksanakan perakitan layang-layang berukuran 350 cm oleh narasumber dan perlu kami informasikan juga bahan dasar pembuatan seluruh layangan pada workshop ini berasal dari bahan ramah lingkungan.
Lebih lanjut Arya Swastika mengatakan workshop ini semoga dapat dimanfaatkan oleh anak-anak untuk menambah wawasan dan menggali informasi dari narasumber seputar layang-layang tradisional Bali.
"Melalui kegiatan ini semoga dapat memperkenalkan warisan kearifan lokal kepada anak-anak sejak dini agar keberlangsungannya tetap lestari ditengah era modernisasi dan juga penting sebagai sarana melatih kerjasama dan mental anak yang berguna bagi masa depan mereka," katanya.
Seorang peserta workshop, Ketut Ariawan asal SDN 5 Kesiman merasa sangat senang dapat mengikuti workshop layang-layang tradsional Bali "Mai Melayangan".
Ariawan menjelaskan proses membuat layangan mulai dari meraut batang tengah bambu, kemudian memasang tapak bawah (bagian pinggang), memasang tapak atas (bagian kepala), hingga kepada proses memasang kertas (nukub) layangan.
"Tentu banyak wawasan bermanfaat yang saya dan teman-teman dapatkan mengenai layang-layang tradisional dengan mengikuti kegatan ini," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Ketua FORMI Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Bagus Mataram saat ditemui di Denpasar, Senin, mengatakan penyelenggaraan workshop layang-layang tradisional Bali "Mai Melayangan" diharapkan dapat menjadi ajang memperkenalkan warisan budaya leluhur sejak dini kepada anak-anak.
"Selain itu pelaksanaan kegiatan ini juga sebagai upaya penguatan kebudayaan sesuai dengan visi misi Kota Denpasar sebagai kota berwawasan budaya," ujar Bagus Mataram.
Ketua Panitia acara, I Gede Arya Swastika mengatakan workshop layang-layang tradisional Bali "Mai Melayangan" yang diselenggarakan FORMI Kota Denpasar bersama Sanggar Hung Bali dan Sekaa Rare Anggon Andel-Andel ini mengambil tema "Mengolahragakan Masyarakat, Dalam Melestarikan Permainan Rakyat Melalui Budaya dan Tradisi", dan tahun ini merupakan pertama kali penyelenggaraan.
Workshop ini melibatkan perwakilan siswa sekolah dasar se-Kota Denpasar yang dibagi menjadi 25 kelompok terdiri dari lima orang siswa yang ditugaskan mengerjakan layang-layang tradisional Bali jenis Bebean berukuran 120 cm dengan dibimbing sejumlah narasumber, di antaranya I Kadek Suprapta Meranggi, I Nyoman Danu Budiarta serta I Gede Agus Suprapta.
Selain itu dilaksanakan perakitan layang-layang berukuran 350 cm oleh narasumber dan perlu kami informasikan juga bahan dasar pembuatan seluruh layangan pada workshop ini berasal dari bahan ramah lingkungan.
Lebih lanjut Arya Swastika mengatakan workshop ini semoga dapat dimanfaatkan oleh anak-anak untuk menambah wawasan dan menggali informasi dari narasumber seputar layang-layang tradisional Bali.
"Melalui kegiatan ini semoga dapat memperkenalkan warisan kearifan lokal kepada anak-anak sejak dini agar keberlangsungannya tetap lestari ditengah era modernisasi dan juga penting sebagai sarana melatih kerjasama dan mental anak yang berguna bagi masa depan mereka," katanya.
Seorang peserta workshop, Ketut Ariawan asal SDN 5 Kesiman merasa sangat senang dapat mengikuti workshop layang-layang tradsional Bali "Mai Melayangan".
Ariawan menjelaskan proses membuat layangan mulai dari meraut batang tengah bambu, kemudian memasang tapak bawah (bagian pinggang), memasang tapak atas (bagian kepala), hingga kepada proses memasang kertas (nukub) layangan.
"Tentu banyak wawasan bermanfaat yang saya dan teman-teman dapatkan mengenai layang-layang tradisional dengan mengikuti kegatan ini," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019