Presiden Joko Widodo akan melepas pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 Tahun 2019 di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Denpasar, pada 15 Juni 2019 mulai pukul 14.00 Wita ditandai dengan pemukulan "kulkul".
"Awalnya selain melepas pawai, Presiden juga membuka Pesta Kesenian Bali pada malam harinya di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali. Namun, karena agenda istana yang padat, Presiden akan hadir saat pawai saja," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana, di Denpasar, Kamis.
Presiden akan menandai pelepasan pawai PKB dengan pemukulan kulkul yang kemudian disambut "Tabuh Ketug Bumi" persembahan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, sekaligus mengiringi maskot PKB "Siwa Nataraja"
Oleh karena itu, lanjut Adnyana, persiapan materi pawai menjadi konsentrasi panitia pelaksana agar jalannya pawai berdurasi 7 menit benar-benar lancar dan tertib.
Seluruh panitia, baik peserta pawai sebanyak 11 kontingen termasuk duta luar negeri dan duta seni luar daerah telah dimatangkan kesiapannya. "Seluruh kesiapan terutama persiapan pawai kami matangkan agar pembukaan nanti berjalan lancar," ujarnya.
Dia menambahkan, Pawai PKB 2019 memiliki konsep dengan format berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain dibatasi waktu 7 menit, seluruh peserta pawai diwajibkan tampil berdisplay sambil berjalan.
"Format pawai digarap lebih serius, baik propertinya maupun materi tematik yang ditetapkan. Display yang akan disuguhkan di panggung kehormatan, termasuk dua panggung undangan dan penonton sepanjang 100 meter menjadi konsentrasi penuh dengan sajian garapan pawai dalam batasan waktu 7 menit, tidak boleh ditawar lagi," ujarnya yang juga akademisi ISI Denpasar itu.
PKB ke-41 dengan narasi besar yang diusung tahun ini yaitu bayu. Bayu (unsur ke-empat dari Panca Maha Bhuta) merupakan refleksi energi yang sangat vital dalam kehidupan manusia, sehingga keberadaannya patut dijaga dan diberdayakan. Selanjutnya, bayu dirumuskan menjadi sebuah tema inti yakni "Bayu Pramana: Memuliakan Sumber Daya Angin".
Pemilihan tema Bayu Pramana ini juga bertujuan untuk mengimplementasikan visi pembangunan Bali 2018-2023, yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang diprogramkan pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur I Wayan Koster dan Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
Sementara itu, Koordinator Pawai Kadek Wahyudita mengatakan berbagai pemahaman tentang Bayu Pramana yang digali dari sastra-sastra tradisi, selanjutnya digunakan sebagai sumber inspirasi penciptaan seni.
"Untuk menerjemahkan bayu menjadi sumber inspirasi kreatif, para kreator/penggarap khususnya dari kabupaten/kota se-Bali diberi kerangka untuk menerjemahkan unsur bayu tersebut ke dalam sebuah bentuk garapan pawai budaya," ucapnya.
Secara umum, konsep pawai masih tetap berlandaskan pada konsep penggalian, pembinaan, pengembangan, dan pelestarian. Sebagai inti garapan, wajib menampilkan kekhasan budaya daerah masing-masing, serta garapan seni kolosal yang berhubungan dengan unsur angin.
Secara substansi, struktur materi pawai yang dibawakan oleh kabupaten/kota terdiri dari papan nama, lambang kabupaten/kota yang terbuat dari bahan-bahan ramah lingkungan, sebanyak 10 muda-mudi berbusana khas daerah masing-masing, sebanyak 20 orang pasukan membawa tedung khas kabupaten/kota, gamelan khas kabupaten/kota, sebanyak 100 orang menyajikan garapan kolosal yang merepresentasikan tema Bayu Pramana,dan sebanyak 100 orang menyajikan garapan kolosal yang diangkat dari tradisi budaya khas daerah masing-masing kabupaten/kota.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Awalnya selain melepas pawai, Presiden juga membuka Pesta Kesenian Bali pada malam harinya di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali. Namun, karena agenda istana yang padat, Presiden akan hadir saat pawai saja," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana, di Denpasar, Kamis.
Presiden akan menandai pelepasan pawai PKB dengan pemukulan kulkul yang kemudian disambut "Tabuh Ketug Bumi" persembahan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, sekaligus mengiringi maskot PKB "Siwa Nataraja"
Oleh karena itu, lanjut Adnyana, persiapan materi pawai menjadi konsentrasi panitia pelaksana agar jalannya pawai berdurasi 7 menit benar-benar lancar dan tertib.
Seluruh panitia, baik peserta pawai sebanyak 11 kontingen termasuk duta luar negeri dan duta seni luar daerah telah dimatangkan kesiapannya. "Seluruh kesiapan terutama persiapan pawai kami matangkan agar pembukaan nanti berjalan lancar," ujarnya.
Dia menambahkan, Pawai PKB 2019 memiliki konsep dengan format berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain dibatasi waktu 7 menit, seluruh peserta pawai diwajibkan tampil berdisplay sambil berjalan.
"Format pawai digarap lebih serius, baik propertinya maupun materi tematik yang ditetapkan. Display yang akan disuguhkan di panggung kehormatan, termasuk dua panggung undangan dan penonton sepanjang 100 meter menjadi konsentrasi penuh dengan sajian garapan pawai dalam batasan waktu 7 menit, tidak boleh ditawar lagi," ujarnya yang juga akademisi ISI Denpasar itu.
PKB ke-41 dengan narasi besar yang diusung tahun ini yaitu bayu. Bayu (unsur ke-empat dari Panca Maha Bhuta) merupakan refleksi energi yang sangat vital dalam kehidupan manusia, sehingga keberadaannya patut dijaga dan diberdayakan. Selanjutnya, bayu dirumuskan menjadi sebuah tema inti yakni "Bayu Pramana: Memuliakan Sumber Daya Angin".
Pemilihan tema Bayu Pramana ini juga bertujuan untuk mengimplementasikan visi pembangunan Bali 2018-2023, yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang diprogramkan pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur I Wayan Koster dan Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
Sementara itu, Koordinator Pawai Kadek Wahyudita mengatakan berbagai pemahaman tentang Bayu Pramana yang digali dari sastra-sastra tradisi, selanjutnya digunakan sebagai sumber inspirasi penciptaan seni.
"Untuk menerjemahkan bayu menjadi sumber inspirasi kreatif, para kreator/penggarap khususnya dari kabupaten/kota se-Bali diberi kerangka untuk menerjemahkan unsur bayu tersebut ke dalam sebuah bentuk garapan pawai budaya," ucapnya.
Secara umum, konsep pawai masih tetap berlandaskan pada konsep penggalian, pembinaan, pengembangan, dan pelestarian. Sebagai inti garapan, wajib menampilkan kekhasan budaya daerah masing-masing, serta garapan seni kolosal yang berhubungan dengan unsur angin.
Secara substansi, struktur materi pawai yang dibawakan oleh kabupaten/kota terdiri dari papan nama, lambang kabupaten/kota yang terbuat dari bahan-bahan ramah lingkungan, sebanyak 10 muda-mudi berbusana khas daerah masing-masing, sebanyak 20 orang pasukan membawa tedung khas kabupaten/kota, gamelan khas kabupaten/kota, sebanyak 100 orang menyajikan garapan kolosal yang merepresentasikan tema Bayu Pramana,dan sebanyak 100 orang menyajikan garapan kolosal yang diangkat dari tradisi budaya khas daerah masing-masing kabupaten/kota.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019