PT ASDP Indonesia Ferry akan menggandeng operator-operator kapal besar baik swasta maupun BUMN dalam upaya memperkuat pengembangan program tol laut, dengan memberikan pelayanan jalur penyeberangan baik orang maupun barang ke daerah-daerah terpencil di Indonesia.
'Kita ingin menguatkan konsep 'hub dan spoke' dalam pengembangan tol laut ini. Di mana nanti kita kerja sama dengan operator pelabuhan dan kapal-kapal besar, kemudian dari pelabuhan itu disebar ke daerah-daerah terpencil," kata Dirut ASDP Ira Puspadewi usai diskusi tol laut di dalam kapal ferry Portlink di Merak, Cilegon, Senin.
Ia mengatakan, dalam konsep 'hub dan spoke' untuk tol laut itu, pihaknya akan menggandeng perusahaan swasta maupun BUMN lain yang bergerak dalam operator kapal dan pelabuhan seperti Pelni dan Pelindo untuk mengangkut kebutuhan pokok atau logistik dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain yang besar.
Selanjutnya dari pelabuhan tersebut logistik diangkut dengan kapal-kapal ASDP yang lebih kecil ke daerah-daerah tertentu yang tidak bisa dijangkau dengan kapal besar atau ke daerah terpencil.
"Nanti kita angkut dengan kapal yang lebih kecil, ukuran kargo yang lebih kecil juga karena kita juga memiliki kapal yang bisa menjangkau sungai," kata Ira.
Pihaknya segera merealisasikan program tersebut sekitar Juli 2019 karena saat ini masih dilakukan pembahasan dengan pihak-pihak lain, baik swasta maupun BUMN lainnya. Pihaknya juga masih membahas lebih teknis mengenai jumlah pelabuhan dan kapal-kapal yang akan dioperasikan dalam program tersebut.
"Kita sudah memiliki kapal ternak dan juga kapal kargo. Kami operasikan dua kapal kargo dan rencananya lima tahun kedepan kita akan tambah 40an kapal," kata Ira Puspadewi.
Menurutnya, inti dari tol laut itu adalah bagaiaman ASDP mendukung dalam membuat harga-harga menjadi murah, dengan dukungan kapal-kapal logistik yang bagus salah satunya untuk mengangkut hewan.
Saat ini, kata dia, ASDP memiliki 154 kapal yang tersebar di 35 pelabuhan dan mengoperasikannya di 234 lintasan, diantaranya Pelabuhan Merak-Bakauheni yang dianggap paling signifikan karena merupakan perlintasan atau penyebarangan penduduk dan barang dari Jawa ke Sumatera.
Ratusan pelajar dan mahasiswa dari sejumlah sekolah dan perguruan tinggi (PT) di Banten mengikuti seminar nasional membahsa tol laut dan poros maritim dunia yang diselenggarakan diatas kapal ferry Portlink dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung dan kembali ke Merak.
Ratusan pelajar dan mahasiswa tersebut mengikuti jalannya seminar dan aktif menyampaikan sejumlah pertanyaan kepada para narasumber yakni Dirut ASDP Indonesian Ferry Ira Puspadewi, pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie serta arkeologi Ratno Lukito.
Seminar tersebut juga dihadiri Komisaris Utama PT ASDP Lalu Sudarmaji, sejumlah guru besar perguruan tinggi, unsur pimpinan perusahaan ASDP Indonesia Ferry serta perwakilan organisasi kepemudaan di Banten.
Sementara itu pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie mengatakan, jika melihat poros maritim dunia dari sipil harus bangga dengan apa yang sudah dicapai ASDP, karena tidak mudah menjadikan Kapal Ferry terbesar di dunia dengan banyaknya kapal serta pelabuhan yang dibangung dalam waktu yang sedemikian singkat. Tinggal saat ini terus didorong untuk peningkatan terhadap apa yang sudah dicapai oleh ASDP.
"Tetapi dari faktor 'defence' masih banyak 'pekerjaan rumah' kita. Menurut saya poros maritim dunia dari segi depence, kita harus segera menjadi 'great water navy' juga kekuatan yang terkuat di kawasan," kata Connie.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
'Kita ingin menguatkan konsep 'hub dan spoke' dalam pengembangan tol laut ini. Di mana nanti kita kerja sama dengan operator pelabuhan dan kapal-kapal besar, kemudian dari pelabuhan itu disebar ke daerah-daerah terpencil," kata Dirut ASDP Ira Puspadewi usai diskusi tol laut di dalam kapal ferry Portlink di Merak, Cilegon, Senin.
Ia mengatakan, dalam konsep 'hub dan spoke' untuk tol laut itu, pihaknya akan menggandeng perusahaan swasta maupun BUMN lain yang bergerak dalam operator kapal dan pelabuhan seperti Pelni dan Pelindo untuk mengangkut kebutuhan pokok atau logistik dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain yang besar.
Selanjutnya dari pelabuhan tersebut logistik diangkut dengan kapal-kapal ASDP yang lebih kecil ke daerah-daerah tertentu yang tidak bisa dijangkau dengan kapal besar atau ke daerah terpencil.
"Nanti kita angkut dengan kapal yang lebih kecil, ukuran kargo yang lebih kecil juga karena kita juga memiliki kapal yang bisa menjangkau sungai," kata Ira.
Pihaknya segera merealisasikan program tersebut sekitar Juli 2019 karena saat ini masih dilakukan pembahasan dengan pihak-pihak lain, baik swasta maupun BUMN lainnya. Pihaknya juga masih membahas lebih teknis mengenai jumlah pelabuhan dan kapal-kapal yang akan dioperasikan dalam program tersebut.
"Kita sudah memiliki kapal ternak dan juga kapal kargo. Kami operasikan dua kapal kargo dan rencananya lima tahun kedepan kita akan tambah 40an kapal," kata Ira Puspadewi.
Menurutnya, inti dari tol laut itu adalah bagaiaman ASDP mendukung dalam membuat harga-harga menjadi murah, dengan dukungan kapal-kapal logistik yang bagus salah satunya untuk mengangkut hewan.
Saat ini, kata dia, ASDP memiliki 154 kapal yang tersebar di 35 pelabuhan dan mengoperasikannya di 234 lintasan, diantaranya Pelabuhan Merak-Bakauheni yang dianggap paling signifikan karena merupakan perlintasan atau penyebarangan penduduk dan barang dari Jawa ke Sumatera.
Ratusan pelajar dan mahasiswa dari sejumlah sekolah dan perguruan tinggi (PT) di Banten mengikuti seminar nasional membahsa tol laut dan poros maritim dunia yang diselenggarakan diatas kapal ferry Portlink dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung dan kembali ke Merak.
Ratusan pelajar dan mahasiswa tersebut mengikuti jalannya seminar dan aktif menyampaikan sejumlah pertanyaan kepada para narasumber yakni Dirut ASDP Indonesian Ferry Ira Puspadewi, pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie serta arkeologi Ratno Lukito.
Seminar tersebut juga dihadiri Komisaris Utama PT ASDP Lalu Sudarmaji, sejumlah guru besar perguruan tinggi, unsur pimpinan perusahaan ASDP Indonesia Ferry serta perwakilan organisasi kepemudaan di Banten.
Sementara itu pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie mengatakan, jika melihat poros maritim dunia dari sipil harus bangga dengan apa yang sudah dicapai ASDP, karena tidak mudah menjadikan Kapal Ferry terbesar di dunia dengan banyaknya kapal serta pelabuhan yang dibangung dalam waktu yang sedemikian singkat. Tinggal saat ini terus didorong untuk peningkatan terhadap apa yang sudah dicapai oleh ASDP.
"Tetapi dari faktor 'defence' masih banyak 'pekerjaan rumah' kita. Menurut saya poros maritim dunia dari segi depence, kita harus segera menjadi 'great water navy' juga kekuatan yang terkuat di kawasan," kata Connie.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019