Jakarta (Antara Bali) - Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata  membidik pasar alternatif dengan mencari negara-negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya stabil atau surplus seperti Australia, China, dan India, serta ASEAN menyikapi krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.

"Yang mengkhawatirkan dan membutuhkan arah langkah dalam menggenjot pasar sektor pariwisata kita adalah krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat serta Jepang. Ini menyadarkan kita harus mulai selektif mencari pasar," kata Direktur Promosi Luar Negeri Kemenbudpar, Noviendi Makalam, di Jakarta, Selasa.

Oleh karena itu, pihaknya terus berusaha mencari pasar alternatif dengan melihat sebuah negara dari indikator makro ekonominya.

Ia mencontohkan, pihaknya mencari negara yang saat ini kondisi ekonominya sedang surplus dengan nilai tukar mata uangnya terus menguat terhadap dolar AS termasuk mencari daerah-daerah yang "in quatity" jumlahnya besar.

"Dari sisi mata uang, sisi GNP, sisi devisa, surplus neraca berjalan, sepertinya Australia, China, dan India, serta negara-negara ASEAN masih memiliki kekuatan," katanya.

Hal itu, berarti membuat pihaknya akan mendorong lebih keras upaya promosi di negara-negara tersebut ketimbang pasar Amerika Serikat dan Eropa yang kini mengalami penurunan daya beli secara drastis termasuk dari sisi pariwisata.

"Kita tidak bisa menunggu kondisi ini menjadi lebih baik atau pertumbuhan industri pariwisata kita akan turun dibandingkan tahun lalu," kata Noviendi Makalam.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011