Nusa Dua, Bali (Antaranews Bali) - Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI, Yanuar Nugroho mengatakan masalah pertumbuhan anak bertubuh pendek (stunting) disebabkan kurang gizi, karena itu perlu mendapatkan penanganan serius.
"Masih sekitar 30 persen pertumbuhan anak yang mengalami pertumbuhan tubuh pendek. Karena itu semua pihak harus ikut serta menangani permasalahan tersebut," kata Yanuar Nugroho saat menjadi pembicara pada "Konferensi Internasional Perlindungan Anak" di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Oleh karena itu, kata dia, melalui konferensi internasional ini diharapkan para peserta bisa saling bertukar pengalaman mengenai penanganan perlindungan anak, mulai dari asupan gizi hingga kesehatannya. Sehingga menjadi pertumbuhan anak yang sehat.
"Permasalahan terhadap anak tersebut menjadi sorotan dalam konferensi tersebut, karena itu semua pihak harus peduli terhadap kelangsungan anak itu," ujarnya.
Yanuar Nugroho lebih lanjut mengatakan selain masalah gizi buruk anak, perlu juga mendapatkan perhatian khusus terhadap imunisasi mereka, karena selama ini anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan kesehatan.
"Untuk masalah tersebut pemerintah sudah melakukan penanganan dengan sistem jemput bola," kata Yanuar Nugroho.
Selain itu, kata dia, masalah yang dihadapi anak saat ini adalah masalah bahaya rokok, sebab permasalahan ini menjadi momok menakutkan, sebab merokok menjadi kebiasaan di kalangan anak-anak. Untuk itu, kata dia, pemerintah sudah mendorong untuk menggencarkan kampanye anti-rokok. Sehingga kesehatan masyarakat ke depannya akan lebih baik.
Yanuar Nugroho lebih lanjut mengatakan pihaknya memuji acara konferensi internasional "Viable and Operable Ideas for Child Equality (VOICE) dengan tema "Finding Scientific Answers for the Challenges of the 21st Century for Family, Community and Public Policy", yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak di Universitas Indonesia (Puskapa) bekerja sama dengan "Care and Protection of Children (CPC) Learning Network di Columbia University".
"Acara ini menarik karena dapat melihat kenyataannya, bagaimana anak-anak dipandang tidak terpisah sebagai warga negara," ujarnya.
Yanuar Nugroho mengatakan perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada anak-anak tidak sekadar menyediakan fasilitas, tetapi tetap mengejar kualitas anak didik.
"Untuk itu sangatlah penting, kalau dunia pendidikan berpihak kepada anak-anak utamanya dalam menerapkan kurikulum di sekolah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Masih sekitar 30 persen pertumbuhan anak yang mengalami pertumbuhan tubuh pendek. Karena itu semua pihak harus ikut serta menangani permasalahan tersebut," kata Yanuar Nugroho saat menjadi pembicara pada "Konferensi Internasional Perlindungan Anak" di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Oleh karena itu, kata dia, melalui konferensi internasional ini diharapkan para peserta bisa saling bertukar pengalaman mengenai penanganan perlindungan anak, mulai dari asupan gizi hingga kesehatannya. Sehingga menjadi pertumbuhan anak yang sehat.
"Permasalahan terhadap anak tersebut menjadi sorotan dalam konferensi tersebut, karena itu semua pihak harus peduli terhadap kelangsungan anak itu," ujarnya.
Yanuar Nugroho lebih lanjut mengatakan selain masalah gizi buruk anak, perlu juga mendapatkan perhatian khusus terhadap imunisasi mereka, karena selama ini anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan kesehatan.
"Untuk masalah tersebut pemerintah sudah melakukan penanganan dengan sistem jemput bola," kata Yanuar Nugroho.
Selain itu, kata dia, masalah yang dihadapi anak saat ini adalah masalah bahaya rokok, sebab permasalahan ini menjadi momok menakutkan, sebab merokok menjadi kebiasaan di kalangan anak-anak. Untuk itu, kata dia, pemerintah sudah mendorong untuk menggencarkan kampanye anti-rokok. Sehingga kesehatan masyarakat ke depannya akan lebih baik.
Yanuar Nugroho lebih lanjut mengatakan pihaknya memuji acara konferensi internasional "Viable and Operable Ideas for Child Equality (VOICE) dengan tema "Finding Scientific Answers for the Challenges of the 21st Century for Family, Community and Public Policy", yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak di Universitas Indonesia (Puskapa) bekerja sama dengan "Care and Protection of Children (CPC) Learning Network di Columbia University".
"Acara ini menarik karena dapat melihat kenyataannya, bagaimana anak-anak dipandang tidak terpisah sebagai warga negara," ujarnya.
Yanuar Nugroho mengatakan perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada anak-anak tidak sekadar menyediakan fasilitas, tetapi tetap mengejar kualitas anak didik.
"Untuk itu sangatlah penting, kalau dunia pendidikan berpihak kepada anak-anak utamanya dalam menerapkan kurikulum di sekolah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018