Denpasar (Antaranews Bali) - Akademisi ISI Denpasar Dr I Gusti Ngurah Seramasara MHum mengingatkan pentingnya penguatan paham kebangsaan bagi kalangan mahasiswa agar tidak terjebak pada pandangan etnosentris.
"Apalagi mahasiswa itu terdiri dari berbagai macam etnis, golongan, suku dan sebagainya. Jadi, paham kebangsaan itu perlu terus dirajut, didekatkan, dan dibangkitkan," kata Seramasara yang juga Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan ISI Denpasar itu, di Denpasar, Sabtu.
Paham kebangsaan, lanjut dia, akan semakin kuat kalau mahasiswa dapat menguatkan empat konsensus dasar bernegara yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. "Keempatnya itu merupakan pilar kebangsaan yang harus dikuatkan untuk merajut kebangsaan dan penting bagi setiap warga negara," ucapnya didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama SE, MM.
Oleh karena itu, ujar Seramasara, hendaknya dimulai dari generasi muda sehingga terbentuk karakter "nation-sentris" dan bukan etnosentris.
Seramasara pun mengapresiasi Deklarasi Gerakan Mahasiswa Merajut Kebangsaan yang telah dilakukan oleh ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bali, dan tak ketinggalan mahasiswa ISI Denpasar juga terlibat dalam acara yang juga dihadiri oleh Menristekdikti Mohamad Nasir, Kapolda Bali Irjen Petrus R Golose dan sejumlah pimpinan perguruan tinggi tersebut.
Di ISI Denpasar, ujar Seramasara, juga setiap tahun rutin digelar acara bertajuk "Kita Loo Gini" sebagai salah satu kegiatan untuk membangun rasa tenggang rasa, toleransi, saling menghargai antarmahasiswa yang terdiri dari berbagai etnis dan suku bangsa.
Sementara itu, Novia Puspita, Ketua Senat Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar berpandangan senada, yang memandang penting adanya gerakan untuk menguatkan paham kebangsaan dan antiradikalisme di kalangan mahasiswa.
"Apalagi mahasiswa ISI Denpasar itu heterogen dari berbagai daerah, yang hidup di tengah berbagai isu berkembang di masyarakat. Namun, kami sadari kaum mahasiswa yang masih kelompok remaja belumlah memiliki dasar yang pas seperti orang dewasa," ujarnya.
Dengan gerakan penguatan paham kebangsaan, Novia mengharapkan agar mahasiswa tidak sedikit-sedikit terpengaruh pada isu-isu yang tidak jelas yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
Dalam Deklarasi Gerakan Mahasiswa Merajut Kebangsaan tersebut, sedikitnya 200 mahasiswa baru ISI Denpasar telah dilibatkan dan berbaur dengan ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Pulau Dewata itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Apalagi mahasiswa itu terdiri dari berbagai macam etnis, golongan, suku dan sebagainya. Jadi, paham kebangsaan itu perlu terus dirajut, didekatkan, dan dibangkitkan," kata Seramasara yang juga Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan ISI Denpasar itu, di Denpasar, Sabtu.
Paham kebangsaan, lanjut dia, akan semakin kuat kalau mahasiswa dapat menguatkan empat konsensus dasar bernegara yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. "Keempatnya itu merupakan pilar kebangsaan yang harus dikuatkan untuk merajut kebangsaan dan penting bagi setiap warga negara," ucapnya didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama SE, MM.
Oleh karena itu, ujar Seramasara, hendaknya dimulai dari generasi muda sehingga terbentuk karakter "nation-sentris" dan bukan etnosentris.
Seramasara pun mengapresiasi Deklarasi Gerakan Mahasiswa Merajut Kebangsaan yang telah dilakukan oleh ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bali, dan tak ketinggalan mahasiswa ISI Denpasar juga terlibat dalam acara yang juga dihadiri oleh Menristekdikti Mohamad Nasir, Kapolda Bali Irjen Petrus R Golose dan sejumlah pimpinan perguruan tinggi tersebut.
Di ISI Denpasar, ujar Seramasara, juga setiap tahun rutin digelar acara bertajuk "Kita Loo Gini" sebagai salah satu kegiatan untuk membangun rasa tenggang rasa, toleransi, saling menghargai antarmahasiswa yang terdiri dari berbagai etnis dan suku bangsa.
Sementara itu, Novia Puspita, Ketua Senat Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar berpandangan senada, yang memandang penting adanya gerakan untuk menguatkan paham kebangsaan dan antiradikalisme di kalangan mahasiswa.
"Apalagi mahasiswa ISI Denpasar itu heterogen dari berbagai daerah, yang hidup di tengah berbagai isu berkembang di masyarakat. Namun, kami sadari kaum mahasiswa yang masih kelompok remaja belumlah memiliki dasar yang pas seperti orang dewasa," ujarnya.
Dengan gerakan penguatan paham kebangsaan, Novia mengharapkan agar mahasiswa tidak sedikit-sedikit terpengaruh pada isu-isu yang tidak jelas yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
Dalam Deklarasi Gerakan Mahasiswa Merajut Kebangsaan tersebut, sedikitnya 200 mahasiswa baru ISI Denpasar telah dilibatkan dan berbaur dengan ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Pulau Dewata itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018