Bogor (Antaranews Bali) - Keberhasilan Indonesia menduduki peringkat pertama koleksi kayu (Xylarium) terbanyak dunia menjadikan Indonesia sebagai pusat kayu dunia.

"Dengan capaian ini tentunya nama besar Indonesia di mata dunia, menjadikan kita sebagai pusat kayu dunia," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dwi Sudharto di Bogor, Selasa.

Menurut Dwi, keberhasilan Indonesia menempati peringkat pertama dunia koleksi kayu terbanyak, berkat kerja sama semua pihak yang ikut mendukung kebijakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam mengumpulkan koleksi kayu Indonesia.

Ia mengatakan, sampai Januari 2018 Indonesia masih berada diperingkat keempat dengan koleksi 67.864 spesimen, setelah Belanda dengan 125 ribu spesimen, AS 105 ribu spesimen, dan Belgia 69 ribu. Tetapi per minggu kedua September ini telah berhasil dikumpulkan 183 ribu spesimen.

"Jumlah ini terus bertambah, siang ini sudah diposisi 185.647 spesimen. Ini yang akan diluncurkan oleh Presiden Jokowi di Yogyakarta tanggal 23 September mendatang," katanya.

Dwi mengatakan capaian ini sebagai sebuah prestasi yang patut disyukuri bersama, dan sebagai bukti nyata Indoensia mampu berkiprah pada tataran internasional dalam bidang pengelolaan keragaman sumberdaya hayati.

 "Karya fenomenal ini ditandai dengan penandatangan prasasti deklarasi Xylarium Bogoriense No 1 dunia oleh presiden," kata Dwi.

Menurutnya, keuntungan yang didapatkan Indonesia sebagai peringkat pertama dunia, selain mengangkat nama besar Indonesia, sekaligus menjadi basis data yang kuat tentang keragaman hayati kayu, memperlancar  Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), serta memudahkan supremasi hukum.

"Basis data kayu Indonesia jadi lebih lengkap, akan bertambah terus. sehingga kita memiliki basis data yang kuat, dan alat ukur yang akurat," kata Dwi.

Dengan didukung basis data yang kuat, Puslitbang Hasil Hutan juga berhasil mengembangkan inovasi alat deteksi kayu otomatis berbasis komputer vision dengan nama popular AIKO.

 Inovasi ini bersinergi dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui dukungan program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun 2017.

"AIKO ini mampu memangkas waktu identifikasi kayu yang selama ini dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu sampai dua minggu, kini bisa dilakukan dalam hitungan detik," kata Dwi.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018