Klungkung (Antaranews Bali) - Bupati Klungkung, Bali I Nyoman Suwirta menghadiri puncak kegiatan ritual "Aci Sang Hyang Grodog" di Desa Pekraman Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, sebuah pulau yang terpisah dengan daratan Bali yang masuk wilayah Kabupaten Klungkung.
   
Acara tersebut dihadiri Nyonya Ayu Suwirta, FKPC Nusa Penida, Perbekel Desa Lembongan Ketut Gede Arjaya, beserta undangan lainnya bertempat di Perempatan Catus Pata, Desa Pakraman Lembongan, Senin (30/7) malam.
   
Bupati  I Nyoman Suwirta memberikan  apresiasi kepada masyarakat Lembongan karena sudah menjaga adat dan tradisi yang sudah ada dari dulu. Meskipun dalam perkembangan pariwisata di Nusa Lembongan sangat pesat,  namun prosesi Sang Hyang Grodog yang sudah berjalan harus tetap dilaksanakan sebagai bukti rasa syukur kepada Ida Sang Hyang widhi Wasa.
   
Pihaknya juga berharap kebudayaan, adat, dan tradisi terus dijaga kelestariannya, sehinnga nanti upacara ini bisa menjadi daya tarik tersendiri sebagai penunjang pariwisata di Nusa Penida, dan Lembongan pada khususnya. Dan kedepan Pemerintah sudah membuatkan program pemebuatan panggung terbuka untuk pementasan budaya sebagai pelengkap pariwisata di Lembongan.
   
Sementara itu, I Nyoman Murta selaku ketua panitia menjelaskan, rangkaian upacara "Aci Sang hyang Grodog" diakhiri upacara Ngeluar/Ngelebar dan penurunan widiadara dan widiadari sebagai ucapan rasa syukur, kedamaian dan  kegembiraan atas turunnya berkah para dewa.
   
Melalui penurun widiadara dan widiadari dari atas Sang Hyang Bunga diibaratkan sebagai simbol menebarkan keharuman di jagat Lembongan.
   
Prosesi awal upacara Ngeluar/Ngelebar yang ditandai dengan mepeed Ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Lembongan dengan membawa sanganan yasa dari empat penjuru mata angin dengan warna yang berbeda diawali dari Utara dengan warna hitam, Timur  warna putih, Selatan  Warna merah dan Barat  warna kuning yang berkumpul dan pusatkan di Perempatan Catus Pata  Desa Pakraman Lembongan.
   
Tari Sang Hyang Grodog salah satu tarian yang sakral yang dikeramatkan masyarakat  Desa Lembongan. Selama ini Sang hyang Grodog  belum dikenal, perlunya pengemasan kebudayaa, namun tetap mempertahan yang sudah ada. Jumlahnya pun bukan hanya satu atau dua tetapi sekaligus ada 23 jenis Sang Hyang, yang kemudian dipersembahkan sebagai aci sakral di desa Pakraman Lembongan.
   
Rangkaian upacara diawali dengan matur piuning pada tanggal 28 Juni 2018. Untuk upacara Aci Sang Hyang Grodog akan berlangsung selama 11 hari, yakni dari tanggal 19 Juli-30 Juli 2018.
   
Adapun 23 jenis Sang Hyang Grodog tersebut yaitu Sang Hyang Sampat, Sang Hyang Bumbung, Sang Hyang Penyalin, Sang Hyang Lingga, Sang Hyang Joged, Sang Hyang Dukuh Ngaba Cicing, Sang Hyang Jaran, Sang Hyang Dukuh Masang Bubu, Sang Hyang Sampi, Sang Hyang Bangu-Bangu, Sang Hyang Kebo, Sang Hyang Tiling-Tiling, Sang Hyang Enjo-Enjo, Sang Hyang Manjangan, Sang Hyang Tutut, Sang Hyang Jangolan Dukuh Ngaba Penyu, Sang Hyang Barong, Sang Hyang Kelor, Sang Hyang Capah, Sang Hyang Perahu, Sang Hyang Sumbul, Sang Hyang Payung & Sang Hyang Bunga.
   
"Salah satu tujuannya untuk melestarikan warisan budaya leluhur Lembongan. Mengimplementasikan nilai budaya adi luhung yang terkandung didalam warisan budaya Sanghyang Grodog seperti meningkatkan kesadaran diri dan mempererat kerjasama dan gotong royong dan mewujudkan keselarasan dan keseimbangan alam semesta yang diimplementasi melalui konsep Tri Hita Karana," Ujar Murta. (*)

Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018