Badung (Antaranews Bali) - Sejumlah wisatawan mancanegara dari berbagai negara, mengaku antusias saat mengunjungi Festival Budaya Pertanian yang digelar di kawasan Jembatan Tukad Bangkung, Kecamatan Petang, Badung.
"Saya datang ke Bali karena ingin melihat sawah-sawahnya. Kemarin saya diajak pemandu wisata ke wilayah Tegalalang,Gianyar. Disana saya melihat sawah yang seperti tangga (terasering). Sekarang saya diajak melihat orang-orang yang menjual hasil dari pertanian itu," ujar wisatawan asal Australia, Cathryn, yang mengunjungi festival itu, Minggu.
Wisatawan asal Jerman, Oliv, mengaku, dirinya awalnya akan menuju ke kawasan Danau Batur, Bangli, Kintamani, namun pemandu wisata menawarinya untuk mengunjungi Festival Budaya Pertanian itu.
"Ya menarik, sangat senang melihat penduduk di desa bisa menawarkan hasil-hasil pertaniannya seperti ini. Saya sebenarnya senang dengan bunga warna-warni yang dijual tadi, cuma tidak dapat membawanya, akhirnya saya membeli buah-buahan saja," katanya.
Penyelenggaraan Festival Budaya Pertanian 2018 itu digelar untuk menjaga 'image' pertanian kawasan Badung Utara, menggali semangat budaya pertanian dan menciptakan pasar produk pertanian yang langsung melakukan proses transaksi petani setempat.
Festival tersebut nantinya diharapkan dapat menginisiasi tumbuhnya sinergi pertanian dan pariwisata, serta merintis tumbuhnya ekonomi kreatif dan daya saing yang berbasis pada sektor pertanian sekaligus memajukan sektor pertanian di Badung.
Sementara itu, Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta mengatakan, selain menggelar Festival Budaya Pertanian, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani di Badung, pemerintah akan mewujudkan Badan Pangan. Tak hanya itu, pihaknya juga akan menjalin kerja sama dengan masyarakat petani.
"Lahan pertanian seluas 50 hektare sampai 500 hektare pun tidak masalah. Petani akan menjadi komisaris untuk memenuhi kebutuhan hotel, memenuhi konsumsi masyarakat Badung, termasuk Bali bahkan Indonesia," katanya.
Ia menjelaskan, dengan adanya kerja sama pemerintah dan masyarakat petani, diharapkan tidak terjadi alih fungsi lahan, sehingga sektor pertanian dapat dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. "Saya berharap para petani Badung harus menjadi tuan di rumahnya sendiri," ujarnya.
Bupati Giri Prasta menambahkan, pemerintah juga telah memutuskan mencari tenaga ahli di bidang pertanian, baik peternakan hingga pertanian holtikultural. Bahkan, petani yang ingin belajar ke luar negeri akan dibiayai sepenuhnya.
"Petani yang mau belajar ke Bangkok, Thailand, misalnya, untuk belajar pertanian akan kami biayai, pulang dari sana akan kami ajak membangun Badung bersama," katanya.
Pada hari keempat atau hari terakhir Festival Budaya Pertanian Badung, kegiatan diawali dengan penyelenggaraan, "Badung Fun Run" dengan rute lari sekitar Jembatan Tukad Bankung.
Selain itu, juga digelar lomba mewarnai untuk pelajar SD, pameran hasil pertanian dan perkebunan serta acara penutupan yang ditandai dengan pagelaran kesenian dari Sanggar Dewi Ruci, Abiansemal, Badung. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Saya datang ke Bali karena ingin melihat sawah-sawahnya. Kemarin saya diajak pemandu wisata ke wilayah Tegalalang,Gianyar. Disana saya melihat sawah yang seperti tangga (terasering). Sekarang saya diajak melihat orang-orang yang menjual hasil dari pertanian itu," ujar wisatawan asal Australia, Cathryn, yang mengunjungi festival itu, Minggu.
Wisatawan asal Jerman, Oliv, mengaku, dirinya awalnya akan menuju ke kawasan Danau Batur, Bangli, Kintamani, namun pemandu wisata menawarinya untuk mengunjungi Festival Budaya Pertanian itu.
"Ya menarik, sangat senang melihat penduduk di desa bisa menawarkan hasil-hasil pertaniannya seperti ini. Saya sebenarnya senang dengan bunga warna-warni yang dijual tadi, cuma tidak dapat membawanya, akhirnya saya membeli buah-buahan saja," katanya.
Penyelenggaraan Festival Budaya Pertanian 2018 itu digelar untuk menjaga 'image' pertanian kawasan Badung Utara, menggali semangat budaya pertanian dan menciptakan pasar produk pertanian yang langsung melakukan proses transaksi petani setempat.
Festival tersebut nantinya diharapkan dapat menginisiasi tumbuhnya sinergi pertanian dan pariwisata, serta merintis tumbuhnya ekonomi kreatif dan daya saing yang berbasis pada sektor pertanian sekaligus memajukan sektor pertanian di Badung.
Sementara itu, Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta mengatakan, selain menggelar Festival Budaya Pertanian, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani di Badung, pemerintah akan mewujudkan Badan Pangan. Tak hanya itu, pihaknya juga akan menjalin kerja sama dengan masyarakat petani.
"Lahan pertanian seluas 50 hektare sampai 500 hektare pun tidak masalah. Petani akan menjadi komisaris untuk memenuhi kebutuhan hotel, memenuhi konsumsi masyarakat Badung, termasuk Bali bahkan Indonesia," katanya.
Ia menjelaskan, dengan adanya kerja sama pemerintah dan masyarakat petani, diharapkan tidak terjadi alih fungsi lahan, sehingga sektor pertanian dapat dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. "Saya berharap para petani Badung harus menjadi tuan di rumahnya sendiri," ujarnya.
Bupati Giri Prasta menambahkan, pemerintah juga telah memutuskan mencari tenaga ahli di bidang pertanian, baik peternakan hingga pertanian holtikultural. Bahkan, petani yang ingin belajar ke luar negeri akan dibiayai sepenuhnya.
"Petani yang mau belajar ke Bangkok, Thailand, misalnya, untuk belajar pertanian akan kami biayai, pulang dari sana akan kami ajak membangun Badung bersama," katanya.
Pada hari keempat atau hari terakhir Festival Budaya Pertanian Badung, kegiatan diawali dengan penyelenggaraan, "Badung Fun Run" dengan rute lari sekitar Jembatan Tukad Bankung.
Selain itu, juga digelar lomba mewarnai untuk pelajar SD, pameran hasil pertanian dan perkebunan serta acara penutupan yang ditandai dengan pagelaran kesenian dari Sanggar Dewi Ruci, Abiansemal, Badung. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018