Denpasar (Antaranews Bali) - Pemerintah Kota Denpasar, Bali, menyatakan kasus demam berdarah dengue (DBD) cenderung menurun berkat masyarakat peduli dengan lingkungan serta peran juru pemantau jentik atau jumantik.

"Kami sangat mengapresiasi kerja keras para jumantik sehingga jumlah kasus DBD di Kota Denpasar menurun signifikan. Bahkan peran jumantik ini telah membentuk jumantik mandiri di beberapa desa dan kelurahan," kata Pelaksana tugas Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara di sela penyerahan paket sembako kepada para jumantik di Denpasar, Kamis.

Meski demikian Jaya Negara tetap berharap agar masyarakat senantiasa menjaga kebersihan, begitu juga petugas jumantik supaya terus meningkatkan pemantauan lingkungan, serta mendata kawasan rawan demam berdarah di perkotaan.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr Luh Putu Sri Armini mengatakan jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2017 menurun sebanyak 67,5 persen dibandingkan tahun 2016.

"Kami merasa bangga karena sebagian besar daerah di Kota Denpasar dapat menekan kasus tersebut," katanya.

Ia mengatakan saat ini jumlah jumantik di Kota Denpasar sebanyak 474 orang jumantik dan telah mampu membentuk 143.745 kepala keluarga (KK) jumantik mandiri terlatih. Dengan keberadaan jumantik mandiri tersebut masyarakat semakin mengetahui dan sadar bahaya kasus DBD di Kota Denpasar.

Sri Armini lebih lanjut mengatakan di samping membentuk kader jumantik mandiri di masing-masing desa dan kelurahan, pihaknya juga telah membentuk jumantik mandiri di beberapa sekolah dasar.

"Terhitung mulai tahun 2018 telah terbentuk 4.140 kader jumantik mandiri dari 34 sekolah dasar di Kota Denpasar," ucapnya.

Sri Armini menambahkan meski terjadi penurunan kasus DBD, Pemerintah Kota Denpasar tetap melaksanakan penyemprotan massal (fogging massal). Karena pada bulan November dan Desember merupakan bulan musim hujan, sehingga akan menyebabkan banyaknya genangan air, seperti pada kontainer, selokan, tempat-tempat plastik atau pun kaleng bekas, kulit buah-buahan, lobang batu dan lainnya.

"Hal itu tentunya menjadi tempat yang sangat potensial bagi nyamuk Aedes Aegypti untuk bersarang dan berkembang biak yang berakibat pada meningkatnya penularan penyakit DBD, sehingga sering kali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)," ujar Sri Armini didampingi Kepala Bidang Bina Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Diskes Denpasar Ida Bagus Gede Eka Putra.

Menurut dia, salah satu bentuk kegiatan yang paling efektif dan efisien untuk mencegah kasus DBD adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018