Gianyar (Antaranews Bali) - Tradisi Mesabatan api atau perang api dengan serabut kelapa di Desa Adat Nagi, Kabupaten Gianyar, Bali, menjadi tontonan yang dikagumi wisatawan domestik dan mancanegara yang sedang berlibur di kawasan Ubud.
"Memang tradisi tahunan ini selalu menjadi objek wisata bagi wisatawan yang menginap di sekitaran Ubud," kata Bendesa Adat Nagi, Kabupaten Gianyar, I Ketut Markdi Gianyar, Jumat.
Menurut dia, tradisi tahunan itu sudah diwariskan oleh nenek moyang warga Desa Adat Nagi yang digelar sehari sebelum Hari Raya Nyepi untuk menciptakan keharmonisan, menyucikan alam dan sekaligus memupuk persaudaraan.
Dia tidak mengetahui persis kapan tradisi Mesabatan api itu mulai ada di Desa Adat Nagi, tetapi tradisi tahunan itu tetap dipertahankan sampai saat ini.
"Sampai saat ini belum ada sumber yang jelas menyebutkan kapan tradisi perang api ini ada dan darimana sumbernya, tetapi kami tetap pertahankan dan lestarikan sampai saat ini," ujarnya.
Menurut dia, tradisi tahunan yang menampilkan atraksi saling menyerang antarpemuda menggunakan serabut kelapa yang berisi api tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan.
Baca juga: Desa Nagi-Gianyar buat paket wisata perang api
Tidak hanya wisatawan domestik dan mancanegara, tetapi banyak juga wisatawan penggemar fotografi sengaja datang ke Desa Nagi untuk menyaksikan tradisi unik tersebut.
Anton, salah seorang pemandu wisatawan mengaku ia sengaja membawa tamunya untuk menonton perang api karena tamunya menginap di kawasan Ubud.
"Tamu saya kebetulan menginap di dekat sini, saya ajak nonton tradisi unik di Desa Nagi," ujarnya.
Dia berpendapat tradisi unik tersebut harus lebih sering dipromosikan kepada wisatawan agar lebih banyak wisatawan yang datang menyaksikan tradisi tahunan itu. (ed)
Video oleh Wira Suryantala
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Memang tradisi tahunan ini selalu menjadi objek wisata bagi wisatawan yang menginap di sekitaran Ubud," kata Bendesa Adat Nagi, Kabupaten Gianyar, I Ketut Markdi Gianyar, Jumat.
Menurut dia, tradisi tahunan itu sudah diwariskan oleh nenek moyang warga Desa Adat Nagi yang digelar sehari sebelum Hari Raya Nyepi untuk menciptakan keharmonisan, menyucikan alam dan sekaligus memupuk persaudaraan.
Dia tidak mengetahui persis kapan tradisi Mesabatan api itu mulai ada di Desa Adat Nagi, tetapi tradisi tahunan itu tetap dipertahankan sampai saat ini.
"Sampai saat ini belum ada sumber yang jelas menyebutkan kapan tradisi perang api ini ada dan darimana sumbernya, tetapi kami tetap pertahankan dan lestarikan sampai saat ini," ujarnya.
Menurut dia, tradisi tahunan yang menampilkan atraksi saling menyerang antarpemuda menggunakan serabut kelapa yang berisi api tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan.
Baca juga: Desa Nagi-Gianyar buat paket wisata perang api
Tidak hanya wisatawan domestik dan mancanegara, tetapi banyak juga wisatawan penggemar fotografi sengaja datang ke Desa Nagi untuk menyaksikan tradisi unik tersebut.
Anton, salah seorang pemandu wisatawan mengaku ia sengaja membawa tamunya untuk menonton perang api karena tamunya menginap di kawasan Ubud.
"Tamu saya kebetulan menginap di dekat sini, saya ajak nonton tradisi unik di Desa Nagi," ujarnya.
Dia berpendapat tradisi unik tersebut harus lebih sering dipromosikan kepada wisatawan agar lebih banyak wisatawan yang datang menyaksikan tradisi tahunan itu. (ed)
Video oleh Wira Suryantala
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018