Singaraja (Antaranews Bali) - Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja, Buleleng, Bali, melakukan "Tirtayatra" (perjalanan suci) ke Pulau Jawa guna menguatkan keyakinan dan keteguhan beragama bagi seluruh sivitas akademika perguruan tinggi keagamaan tersebut.
"Tirtayatra dilaksanakan selama empat hari dengan tujuan utama ke Pura Jagatkarta di wilayah Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat," kata Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Prof Dr Drs I Made Suweta MSi, di Singaraja, Buleleng, Bali, Minggu.
Di Pura Jagatkarta Gunung Salak, rombongan melaksanakan persembahyangan suci dipimpin oleh romo atau pemimpin ritual keagamaan di pura tersebut. Setelah selesai melaksanakan persembahyangan, kemudian rombongan melanjutkan dengan "mekemit" atau menginap di dalam Pura.
Sebelumnya, persembahyangan juga dilaksanakan ke Pura Kerta Gumi di wilayah objek wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII). "Saya sudah beberapa kali "tangkit dan bersembahyang" di kedua Pura tersebut. Sekarang melibatkan seluruh sivitas akademika di kampus kami pula," katanya.
Suweta menjelaskan bahwa tirtayatra hendaknya diyakini sebagai ritual suci guna semakin menguatkan iman dan taqwa melalui persembahyangan ke Pura-Pura di wilayah Pulau Jawa, bukan hanya di Bali semata.
"Tahun lalu sudah dilaksanakan tirtayatra ke beberapa wilayah di Bali sebagai "patilesan" Mpu Kuturan. Tahun ini perjalanan dilaksanakan di Gunung Salak sebagai salah satu Pura Kahyangan Jagat di Nusantara," kata Suweta.
Selain itu, tirtayatra merupakan program rutin tahunan, selain sebagai sarana mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, juga dijadikan sebagai sarana penyegaran dan liburan.
Ketua Panitia TIrtayatra, Drs I Wayan Gata MPd mmengatakan bahwa dalam konteks Hindu, tirtayatra merupakan ritual lengkap karena selain dapat bersembahyang juga dilaksanakan dharma wacana, dana punia dan pembagian makanan yang suci dan telah dipersembahkan kepada Tuhan sebelumnya.
Tirtayarta pun tidak hanya terpusat pada satu Pura semata, tetapi juga banyak Pura sehingga diyakini dapat memberikan dampak positif bagi yang melaksanakan.
"Tirtayatra ini lengkap sebenarnya. Semua dapat dilanjutkan menjadi satu. Perjalanan akan membawa berkah utama. Para tokoh yang ingin mendalami agama pasti akan melaksanakan ritual tersebut (tirtayatra)," kata Wayan Gata. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Tirtayatra dilaksanakan selama empat hari dengan tujuan utama ke Pura Jagatkarta di wilayah Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat," kata Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Prof Dr Drs I Made Suweta MSi, di Singaraja, Buleleng, Bali, Minggu.
Di Pura Jagatkarta Gunung Salak, rombongan melaksanakan persembahyangan suci dipimpin oleh romo atau pemimpin ritual keagamaan di pura tersebut. Setelah selesai melaksanakan persembahyangan, kemudian rombongan melanjutkan dengan "mekemit" atau menginap di dalam Pura.
Sebelumnya, persembahyangan juga dilaksanakan ke Pura Kerta Gumi di wilayah objek wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII). "Saya sudah beberapa kali "tangkit dan bersembahyang" di kedua Pura tersebut. Sekarang melibatkan seluruh sivitas akademika di kampus kami pula," katanya.
Suweta menjelaskan bahwa tirtayatra hendaknya diyakini sebagai ritual suci guna semakin menguatkan iman dan taqwa melalui persembahyangan ke Pura-Pura di wilayah Pulau Jawa, bukan hanya di Bali semata.
"Tahun lalu sudah dilaksanakan tirtayatra ke beberapa wilayah di Bali sebagai "patilesan" Mpu Kuturan. Tahun ini perjalanan dilaksanakan di Gunung Salak sebagai salah satu Pura Kahyangan Jagat di Nusantara," kata Suweta.
Selain itu, tirtayatra merupakan program rutin tahunan, selain sebagai sarana mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, juga dijadikan sebagai sarana penyegaran dan liburan.
Ketua Panitia TIrtayatra, Drs I Wayan Gata MPd mmengatakan bahwa dalam konteks Hindu, tirtayatra merupakan ritual lengkap karena selain dapat bersembahyang juga dilaksanakan dharma wacana, dana punia dan pembagian makanan yang suci dan telah dipersembahkan kepada Tuhan sebelumnya.
Tirtayarta pun tidak hanya terpusat pada satu Pura semata, tetapi juga banyak Pura sehingga diyakini dapat memberikan dampak positif bagi yang melaksanakan.
"Tirtayatra ini lengkap sebenarnya. Semua dapat dilanjutkan menjadi satu. Perjalanan akan membawa berkah utama. Para tokoh yang ingin mendalami agama pasti akan melaksanakan ritual tersebut (tirtayatra)," kata Wayan Gata. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018