Denpasar (Antaranews Bali) - Tiga "barong" atau bentuk kesenian Bali yang menggunakan simbol menyerupai singa dengan berbahan unik dari lontar, koran, dan daun pisang kering turut memeriahkan ajang "Denpasar Festival 2017" di kota setempat pada 28-31 Desember.
"Garapan yang kami namakan Mebarong-barongan ini sebagai refleksi tema Denpasar Festival tahun ini yang mengangkat tema Rawat Pusaka Cipta Inovasi. Tema itu kami implementasikan ke dalam garapan yang kami bawakan," kata Kelihan (Ketua) Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, di Denpasar, Sabtu.
Garapan Mebarong-barongan dengan menggunakan tiga barong berbahan unik tersebut akan memeriahkan ajang Denpasar Festival 2017 di Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung, Denpasar pada hari terakhir atau Minggu (31/12).
Tiga barong kreasi ini murni hasil tangan-tangan terampil seniman Penggak Men Mersi yakni Komang Marjana dan Putu Arif Suciawan.
Baginya, masing-masing barong tersebut memiliki makna tersendiri. Kraras (daun pisang kering) sebagai bahan dasar barong menyimbolkan daur ulang bahan alam yang sejatinya sangat bisa dimanfaatkan menjadi benda seni.
Bahan koran, sebagai bahan yang bisa didaur ulang menunjukkan daya kreatif seniman dalam memanfaatkan benda di sekitarnya. "Untuk barong dengan bahan lontar sebagai pemantik semangat dalam mengeksplorasi lontar sebagai simbol ilmu pengetahuan," ucapnya.
Sementara itu, Putu Arif Suciawan mengemukakan ide awal membuat barong dengan bahan yang cukup berbeda karena merasa tertantang untuk membuat sebuah karya seni.
Dengan memakan waktu hingga satu bulan, pihaknya bersama tim baru bisa menyelesaikan sebuah barong dengan bahan lontar.
"Lewat barong berbahan kraras-lontar-koran ini, kami ingin menunjukkan pentingnya membedakan barong sakral dan barong profan. Semoga dengan garapan ini nantinya bisa memunculkan barong-barong yang tampilnya berbeda dengan barong yang ada di pura," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Garapan yang kami namakan Mebarong-barongan ini sebagai refleksi tema Denpasar Festival tahun ini yang mengangkat tema Rawat Pusaka Cipta Inovasi. Tema itu kami implementasikan ke dalam garapan yang kami bawakan," kata Kelihan (Ketua) Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, di Denpasar, Sabtu.
Garapan Mebarong-barongan dengan menggunakan tiga barong berbahan unik tersebut akan memeriahkan ajang Denpasar Festival 2017 di Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung, Denpasar pada hari terakhir atau Minggu (31/12).
Tiga barong kreasi ini murni hasil tangan-tangan terampil seniman Penggak Men Mersi yakni Komang Marjana dan Putu Arif Suciawan.
Baginya, masing-masing barong tersebut memiliki makna tersendiri. Kraras (daun pisang kering) sebagai bahan dasar barong menyimbolkan daur ulang bahan alam yang sejatinya sangat bisa dimanfaatkan menjadi benda seni.
Bahan koran, sebagai bahan yang bisa didaur ulang menunjukkan daya kreatif seniman dalam memanfaatkan benda di sekitarnya. "Untuk barong dengan bahan lontar sebagai pemantik semangat dalam mengeksplorasi lontar sebagai simbol ilmu pengetahuan," ucapnya.
Sementara itu, Putu Arif Suciawan mengemukakan ide awal membuat barong dengan bahan yang cukup berbeda karena merasa tertantang untuk membuat sebuah karya seni.
Dengan memakan waktu hingga satu bulan, pihaknya bersama tim baru bisa menyelesaikan sebuah barong dengan bahan lontar.
"Lewat barong berbahan kraras-lontar-koran ini, kami ingin menunjukkan pentingnya membedakan barong sakral dan barong profan. Semoga dengan garapan ini nantinya bisa memunculkan barong-barong yang tampilnya berbeda dengan barong yang ada di pura," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017